MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Keberadaan Hutan Kota Malabar memiliki potensi yang besar untuk wisata edukasi kepada masyarakat. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang bahkan telah membuat konsep perencanaan wisata edukasi yang menarik dan menjadi konsep baru yang ada di Jawa Timur
Kepala DLH Kota Malang Noer Rahman Wijaya mengungkapkan, sesuai konsep perencanaan, Hutan Kota Malabar dikonsep memiliki jembatan kaca yang melintang dan mengelilingi kawasan tersebut. Jika ini terwujud, Rahman menyebut jembatan kaca ini bakal lebih besar dibandingkan dengan yang ada di kawasan wisata Gunung Bromo.
“Jadi ada jembatan kaca, namun biayanya besar sekali sampai Rp 9 miliar sampai Rp 10 miliar. Kalau ada CSR yang bisa mendukung secara konsep perencanaan, saya rasa ini adalah yang pertama dan terbaru di Jawa Timur khususnya di Kota Malang,” ungkap Rahman kepada Malang Posco Media, Senin (13/5).
Ia menyebut, posisi jembatan kaca ini sesuai konsepnya akan dipasang di atas Hutan Kota Malabar. Sementara di bawah atau di dalam hutan, akan diadakan penampilan kesenian musik atau seni lainnya. Dengan dibuat mengelilingi kawasan tersebut, pengunjung yang naik ke jembatan kaca itu bisa berkeliling menikmati beragam jenis pohon yang ada di Hutan Kota Malabar sekaligus menyaksikan penampilan seni. Dengan konsep ini, ia pun masih mencari pendanaan dari pihak ketiga (CSR). Jika menggunakan APBD, sudah dipastikan bakal memberatkan.
“Ini masih konsep. Pihak CSR sudah ditawari tapi akhirnya sifatnya untuk kali ini hanya pembenahan dari yang sudah ada. Sehingga kami punya harapan, karena kami sudah mengantongi perencanaannya, harapannya ada CSR lain yang hadir, yang nanti akan kami tuangkan di Hutan Kota Malabar,” harap Rahman.
Dikatakan Rahman, di dalam Hutan Kota Malanar sendiri ada ribuan pohon dengan berbagai jenis dan varian yang bisa menjadi edukasi bagi masyarakat. Meski secara sepintas terkesan tidak terurus, Rahman menyebut hutan kota ini tiap kali penilaian Adipura selalu mendapatkan penilaian terbaik.
Baik dari segi keberagaman tanaman yang ada, kepadatan pohon, hingga kebersihannya. Oleh karenanya, Rahman berharap Hutan Kota Malabar ini nantinya menjadi wisata edukasi yang lebih baik.
“Saran akademisi, daun dan pelepah yang jatuh itu tidak perlu dibersihkan. Itu nanti akan membuat tingkat kesuburan di situ dan membuat aspek lain seperti kepadatan ini mendukung. Kesannya kelihatan kumuh, tapi secara penilaian itu malah bagus. Kalau kami bersihkan, saran akademisi itu nanti malah jadi kami indahkan nanti,” tandasnya. (ian/aim)