MALANG POSCO MEDIA, JAKARTA – Banjir di Jalan Kebon Pala II, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur hingga Selasa sore kemarin, mencapai tiga meter sehingga akses untuk evakuasi warga terdampak semakin sulit, kecuali berenang.
“Jalur evakuasi sulit, akses jalan sudah ketutup, salah satu akses jalan yaitu berenang. Paling tinggi itu 3,5 meter yang dekat bantaran kali,” kata Ketua RT 11 RW 05, Kebon Pala, Kampung Melayu, Jatinegara, Eka Kurniawan saat ditemui di lokasi banjir, Selasa (4/3).
Eka menyebut, banjir tahun ini merupakan salah satu banjir terbesar setelah banjir pada 2007. “Paling parah 2007, waktu itu empat meter sekarang 3,5 meter,” ujar Eka.
Eka menjelaskan, sebanyak 20 kepala keluarga (KK) dari 150 KK belum dilakukan evakuasi dan memilih bertahan di lantai dua rumah mereka masing-masing. “Masih ada 20 KK, kebanyakan rata-rata jarang mengungsi kalau bukan lanjut usia (lansia) atau manusia lanjut usia (manula), lalu untuk keluarga muda mengungsi di lantai atas,” ucap Eka.
Eka menjelaskan, bagi warga yang bertahan akan dikirimkan makanan oleh tim gabungan jika ada bantuan nasi boks dari kelurahan. Saat ini, Eka dan warga lainnya masih menunggu banjir surut. Belum ada informasi lebih lanjut terkait banjir karena banjir atau tidaknya tergantung intensitas hujan dan bendungan yang ada di Bogor.
Hingga sore kemarin, warga bolak balik menyelamatkan pakaian dan dokumen pentingnya dari rumah ke permukiman atas. Untuk menuju ke rumahnya pun ada yang harus menggunakan perahu karet atau baju pelampung. Terlihat juga beberapa warga masih bertahan di rumahnya. Sebagian ada yang bertahan di ruang lantai atas miliknya. Petugas terus berusaha mengevakuasi warga yang hendak pindah ke pengungsian ataupun yang mau ke rumahnya untuk mengambil barang bawaannya.
Terpisah, sebanyak 100 kepala keluarga di Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, yang menjadi korban bencana alam banjir di wilayah itu masih mengungsi. “Ada yang masih mengungsi di masjid sekitar. Lumayan banyak ada sekitar 100 kepala keluarga yang masih bertahan di pengungsian,” kata Plt. Camat Pagedangan H Daniel saat dikonfirmasi di Tangerang, kemarin.
Ia mengatakan ratusan pengungsi warga Pagedangan itu menempati masjid di sekitar lokasi atau di titik aman bencana banjir tersebut. Pihaknya telah membangun dapur umum darurat sebagai tempat pendistribusian logistik kebutuhan korban bencana.
Menurutnya, berdasarkan laporan petugas di lapangan terdapat 350 kepala keluarga dari tiga rukun tetangga (RT) menjadi korban bencana alam tersebut. “Total ada tiga RT, sekitar 350 KK yang terdampak. Dan itu pun korban terdampak yang lokasi rumahnya berada di bantaran sungai,” ungkapnya.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang melaporkan sekitar 3.000 jiwa warga di daerah itu terdampak banjir akibat hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan volume aliran sungai meluap sejak Senin (3/3).
Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Ujat Sudrajat mengatakan bencana banjir yang berdampak terhadap ribuan jiwa ini telah merendam dengan ketinggian air bervariasi, mulai dari 50 centimeter sampai dengan 1 meter. “Sejak kemarin saja sudah ada 2.000 jiwa warga Kabupaten Tangerang terdampak bencana banjir, saat ini bisa sampai 3.000 jiwa,” ujarnya.
Menurut dia, banjir yang melanda di enam wilayah kecamatan antara lain di Pagedangan, Teluknaga, Legok, Tigaraksa, Panongan, dan Jambe dengan belasan desa. “Wilayah yang terparah itu ada di kecamatan Teluk Naga yaitu di desa Tanjung Burung, di sana sudah dilanda banjir sejak kemarin pagi dengan korban terdampak ratusan kepala keluarga (KK),” jelasnya.
Hingga kini, tim BPBD Kabupaten Tangerang juga terus melakukan pemantauan dan monitoring di beberapa titik terjadinya bencana banjir. Hal tersebut dilakukan, sebagai upaya penanganan dan evakuasi terhadap korban yang membutuhkan bantuan. (ntr/udi)