MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sebuah ungkapan keprihatinan mengenai pengusutan Tragedi Kanjuruhan diluapkan perajin batik di Desa Ngijo Kecamatan Karangploso dengan membuat motif khusus. Motif khusus Tragedi Kanjuruhan itu dibuat untuk mengingat kejadian dan para korban. Di mana, tragedi tersebut hingga kini masih berjalan proses hukumnya di Polda Jatim.
Batik tersebut dibuat perajin bernama Ita Fitriyah. Menurutnya, batik motif Tragedi Kanjuruhan sengaja dibuat bertujuan untuk membantu para korban yang hingga kini masih berjuang untuk mencari keadilan hingga tuntas. Mengingat, sudah tiga bulan lebih Tragedi Kanjuruhan terjadi seluruh prosesnya belum juga selesai.
Motif batik Tragedi Kanjuruhan sendiri diambil dari cerita anaknya bernama Lintang, yang hadir di Stadion Kanjuruhan dan menjadi saksi ketika salah satu tragedi kemanusiaan dalam sepakbola terbesar di dunia itu terjadi.
Tak hanya cerita dari anaknya, cerita dari beberapa masyarakat mengenai betapa memilukannya tragedi Kanjuruhan, juga menjadi inspirasi Ita.
“Batik lintang membuat suatu karya tentang motif Tragedi Kanjuruhan, berdasar dari cerita siswa siswi kami dan juga cerita anak kami,” kata Ita Fitriyah kepada Malang Posco Media, Senin (26/12) kemarin.
Dalam batik motif Tragedi Kanjuruhan itu,ita menggambarkan tangan berbentuk emoji atau simbol harapan, serta pita hitam tanda berduka. Tak hanya itu, motif gambar singa bermahkota, dan disertai asap berwarna merah seperti yang diderita korban, menggambarkan bagaimana pilunya peristiwa 1 Oktober itu.
“Motif batik menceritakan ada banyak korban jiwa, kami gambarkan dengan tangan berbentuk emoji harapan, ada yang minta tolong dalam tragedi tersebut. Lalu ada syal berwarna hitam tanda berduka. Kemudian ada singa bermahkota seperti patung yang ada di halaman Stadion Kanjuruhan,” urainya.
Motif lain, kata Ita juga menyertai yakni asap berwarna merah. Ia mengambil inspirasi dari warna mata merah yang diderita korban. “Lalu kepala kainnya berserakan puing-puing dan latarnya berwarna biru,” tambah ibu dua anak ini.
Ita membutuhkan waktu empat pekan untuk membuat konsep hingga memproduksi kain batik khusus Tragedi Kanjuruhan itu. Dimana dua minggu untuk penggambaran konsep dan dua mingu untuk proses pengerjaan batik tulis. Ita menceritakan bahwa motif Tragedi Kanjuruhan ini tidak ia perbanyak dan hanya dua kain yang ia produksi dan hanya untuk dilelang, untuk selanjutnya hasil lelang ia berikan seluruhnya untuk keluarga korban.
“Dan motif ini tidak diperbanyak karena bertujuan untuk didonasikan untuk korban tragedi tersebut dan perjuangan para korban yang sampai sekarang berjuang menuntut keadilan,” kata Ita.
Dirinya berharap dengan cara lelang batik hasil karyanya ini setidaknya bisa membantu para keluarga korban yang masih mencari keadilan hingga saat ini. “Kain ini kami lelang mulai sekarang sampai satu bulan ke depan, nantinya uang hasil lelang itu seluruhnya akan kami berikan kepada korban tragedi Kanjuruhan,” tukasnya.(tyo/nug)