spot_img
Saturday, July 27, 2024
spot_img

Banyak Petani Beralih Tanam, Pilih Jeruk Hasil Lebih Menguntungkan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Tidak dipungkiri jika saat ini banyak petani di Kota Batu beralih tanam dari pertanian apel ke pertanian jeruk. Itu dilakukan karena dirasa petani lebih menguntungkan menanam jeruk dari pada menanam apel. Hal itu dibenarkan oleh anggota DPRD Kota Batu, Didik Subiyanto. 

“Tidak dipungkiri kalau biaya produksi menanam apel saat ini cukup tinggi. Sehingga tidak sebanding dengan hasil panen yang didapat oleh petani. Itu merupakan fakta di lapangan dimana semakin berkurang petani apel di Kota Batu untuk beralih ke jeruk dan sebagian ke jambu kristal,” ujar Didik kepada Malang Posco Media.

- Advertisement -

Kaji Bianto, sapaan akrabnya menerangkan jika para petani menanam apel per hektar bisa ditanami 1.000 pohon, mereka bisa merugi hingga Rp 50-100 juta. Kerugian tersebut karena harga jual apel hanya Rp 5 ribu perkilo.

“Apalagi saat ini harga pupuk terus melambung tinggi. Sehingga memperburuk keadaan. Belum lagi sudah banyak buah apel import yang memiliki kualitas baik membanjiri pasaran,” bebernya.

Berbeda dengan jeruk, lanjut anggota DPRD yang juga memiliki usaha pertanian jeruk ini, bahwa hasil yang didapat oleh petani lebih pasti. Dalam hal ini petani bisa mendapat keuntungan pasti.

Untuk harga jual jeruk saat ini per kilo mencapai Rp 13 ribu. Sedangkan untuk setiap pohon minimal berusia 4 tahun mampu memproduksi 50 kilogram dengan perawatan maksimal.

“Melihat banyak faktor tersebut setidaknya Pemkot Batu tidak perlu malu jika mengganti ikon apel menjadi jeruk. Karena yang utama saat ini bagaimana masyakarat dalam hal ini petani dan buruh tani di Kota Batu bisa sejahtera,” ungkapnya.

Sebelumnya disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Heru Yulianto mengatakan separuh petani apel di Kota Batu beralih tanaman sejak tahun 2012 hingga tahun 2023. Petani apel disebut Heru beralih menanam jeruk dan jambu kristal, seperti masyarakat di Desa Tlekung Kecamatan Junrejo.

“Di Tlekung dulunya produksi apel. Tapi sekarang beralih menanam jeruk dan jambu kristal. Ini karena pengaruh adanya global warming,” ujar Heru.

Penurun tanaman apel, lanjutnya, dikarenakan beberapa faktor. Yaitu penurunan tanah atau degradasi tanah, usia lebih dari 25 tahun dan iklim.

“Ini yang membuat kenapa kok tanaman apel sulit. Karena itu Dinas Pertanian Kota Batu membuat program revitalisasi apel ini dengan pemakaian pupuk organik,” sambung Heru.

Sedangkan untuk upaya pencegahan serangan hama terus dilakukan oleh DPKP maupun petani sendiri yang mensiasati.

“Untuk mencegah hama solusinya dibungkus atau dengan pestisida nabati yang ini dikembangkan kelompok tani,” lanjutnya.

Selain itu, terdapat laboratorium klinik penanaman terpadu yang dapat mengendalikan hama. “Jadi tidak hanya menggunakan pestisida kimia, namun juga pestisida hayanti dan nabati,” pungkasnya. (eri)

- Advertisement - Pengumuman
- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img