spot_img
Sunday, December 22, 2024
spot_img

Pena de Portugal

Banyak Toko Daging Bersertifikat Halal, Senangnya Dikunjungi Mbak Yuni Sekeluarga dari Swiss

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Hidup di luar negeri apakah lupa dengan makanan Indonesia? Apakah lidah sudah menyesuaikan makanan kebule-bulean? Hidup di luar negeri apakah tak susah cari makanan halal? Begitulah rasa penasaran  yang menjadi pertanyaan. Alhamdulillah meskipun tinggal di luar negeri, Tuhan  kirimkan banyak rezeki dan kemudahan.

=========

Banyak kekhawatiran kalau tinggal di luar negeri akan sering makan roti dan pasta. Karena daging dan restoran halal susah didapatkan. Nyatanya, banyak sekali toko daging yang sudah tersertifikat halal di sini. Tinggal di Cascais – Lisbon yang merupakan salah satu kota turis terkenal pun juga ada. Letak toko dagingnya di pusat kota. Tidak berbentuk supermarket mewah, hanya tempat kecil seperti toko kelontong. Anak-anak kurang nyaman sehingga jarang ikut masuk ke dalamnya. 

Ada lagi di daerah Amadora – Lisbon. Harus menyetir sekitar 20 menit untuk tiba di toko daging ini. Tempatnya luas, seperti minimarket kecil yang ada di sebelah pom bensin. Tempat parkir mobil pun tersedia, jadi lebih nyaman berbelanja dan anak-anak pun suka. Pemilik toko berasal dari Uzbekistan. Tidak terlalu fasih Bahasa Inggris. Waduuh.

Berbekal kata-kata simple seperti Frango (ayam), Azas (sayap ayam), Perna (paha ayam), Bife (steak ayam), Bovino (sapi). Mulailah  menyebutkan pesanan. Pertama kali ke sana, saat ada kata-kata yang tidak diketahui, datang seorang bapak yang membantu menerjemahkan dalam Bahasa Inggris. Fyuuuh. Syukurlah aman. Namun saat kedua kali ke sana, terdapat kesalahpahaman. Sudah berbekal latihan pesan menggunakan Bahasa Portugis namun masih kurang. Pak pemotong daging mengambil kulit di paha ayam. Padahal Zirco suka sekali nih bagian kulitnya. Untungnya belum semua dikuliti. Hehehe.

Di samping toko itu juga ada toko daging halal lainnya. Cukup banyak pilihan, tapi belum pernah dicoba. Ada lagi dua daerah namanya Martim Moniz dan Almada. Semuanya ada di Lisbon. Cukup jauh dari rumah. Butuh waktu sekitar 40 – 60 menit. Di sana merupakan pusat tempat tinggal muslim. Banyak dari warga Pakistan, Bangladesh,  Uzbekistan, Arab dan India.  Toko daging halal dan supermarket Asia sudah berjejer.

Saat tinggal di Swiss pun juga begitu. Ada daerah tertentu yang cukup banyak umat muslimnya. Sehingga tidak perlu khawatir apabila tinggal di luar negeri ya. Sebelum menemukan toko daging halal, kami juga membeli daging di supermarket pada umumnya. Daging atau ikan segar. 

Makanan sehari-hari juga tetap memasak ala Indonesia. Pagi hari diawali sarapan simple. Seperti roti bakar, roti baguette, butter, cream cheese, keju, selai buah, yogurt, pancake, buah segar, susu, kopi, dan teh. Tidak semua langsung dimakan ya. Ganti-ganti  menunya. Sudah jarang makan nasi sebagai menu sarapan. Dua putra kami, Zirco  danZygmund (DoubleZ)  bahkan tidak mau makan nasi di pagi hari. Biasa sarapan sekitar pukul 08.00 WET.

Zirco ada snack time di sekolah, pukul 10.30 WET (Western European Time) dan lunch (bekal nasi dari rumah) pukul 13.00 WET. Suami saya, Papi Fariz lunch di kantor, tanpa bawa bekal karena sudah disediakan oleh kantor. Saya dan Zygmund makan masakan rumahan Indonesia. Biasanya satu menu masakan bisa untuk dua hari. Sekali masak agak banyak, sehingga tidak capek masak setiap hari. 

Menunya tidak jauh-jauh dari ayam bakar, soto daging, rawon, sayur kuning ikan, dll. Namun untuk menu sayur selalu ganti tiap hari supaya fresh. Beli sayurnya juga yang sudah potongan jadi simple tinggal tumis. Sat set wat wet berbekal garlic, salt, pepper jadi deh tumisan sayur. 

Ada yang paling disuka yaitu saat mendapat pesan Whatsapp (WA) dari tetangga. Tetangga Indonesia teman Papi Fariz di kantor yang jago masak. Rumahnya tidak satu gedung. Tapi naik mobil cukup lima menit sampai. Hehe. “Aku masak sayur asem, botok daging, dan klepon, mau kah? Kalau mau ambil ke sini jam 20.00 ya,” kata Mbak Ajeng. Seorang ibu yang memiliki seorang anak perempuan berumur 12 tahun. Dengan sigap, langsung dibalas WA-nya. “Siyaaaap”. Menunya simple tapi mewah sekali. Secara saya kalau buat sayur asem pakai bumbu jadi, buat botok dan klepon malah tidak pernah. Rasanya pun joooss. Sukses membuat kami late dinner karena wanginya yang menggoda. 

Ada lagi seorang ibu yang  hampir seumuran dengan neneknya DoubleZ. Ibu Salma nama bekennya. Hobinya masak. Beliau menerima pesanan tempe. Kalau ada yang pesan maka langsung sekalian buka open PO. Datang ke rumahnya bukan hanya sekadar ambil tempe. Tapi disuruh makan siang terlebih dahulu. Masya Allah, suguhannya adalah lontong sate padang, cah sayur, ayam goreng, lengkap dengan appetizers risoles, kroket, dan pastel. Serta ada dessert sagu mutiara. Pulang dari rumah beliau dipastikan kenyang sampai malam. Sehingga cukup makan malam lauk dan sayur tanpa tambahan nasi lagi. 

Hampir dua tahun tidak merasakan masakan buatan ibu. Alhamdulillah di sini bertemu ibu-ibu yang super baik sekali. Alhamdulillah. Kenikmatan hidup di perantauan. 

Dan baru seminggu yang lalu, datang teman dari Swiss. Mbak Yuni dan sekeluarga yang liburan di Lisbon. Dari jauh-jauh hari sudah saya pesan nginep di rumah saya saja. Meskipun jauh dari Lisbon. Tapi naik uber masih terjangkaulah. Datang bersama suami dan kedua putrinya Syifa dan Hafsah. Menginap empat  hari tiga malam. DoubleZ pun senang sekali kedatangan kakak-kakak yang mengajaknya bermain.

Sudah seperti suasana lebaran. Mbak Yuni datang membawa oleh-oleh rendang khas Sumatera yang onde mande enaak sekali, lumpia, saus keju, dan cokelat khas Swiss. Masih ada juga mainan mobil-mobilan buat Zygmund dan buku komik edukatif untuk Zirco. Masya Allah. Kami memberi tidak seberapa, dan menerima buanyaaaak sekali. Berkah selalu untuk keluarga Mbak Yuni.

Belum lagi terjadi drama saat mereka mau balik ke Swiss. Di malam hari Zirco tiba-tiba menangis sedih. Padahal itu sudah  pukul 23.00 WET. Habis bermain Nintendo bersama kakak-kakak cantik. Alhasil berhenti menangisnya karena diberi kakak Hafsah gantungan kunci dari Turki (saat mereka liburan di Turki). Diam seketika. Langsung minta dipasang di tas sekolahnya. Hati anak-anak langsung peka ya kalau tahu keluarganya akan balik kampung. Saya pun juga ikutan sedih karena teman berbagi cerita sudah mau pulang. Ditambah lagi Zirco dapat “unjung-unjung” juga. Langsung minta ditabung deh. 

Begitulah rasanya teman yang baru dikenal dua tahun  lalu di tahun 2021 yang sekarang rasanya jadi keluarga dekat. Karena di Lisbon belum bisa liburan bareng (Zirco masih sekolah, papi masih kerja), semoga suatu saat bisa diberikan rezeki untuk liburan bareng. Inginnya tahun 2024 bisa liburan ke Marroko – Afrika bersama-sama. Amin Amin Amin. (opp/van)
 

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img