MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Batik khas Malangan yang diproduksi oleh Batik Blimbing Malang nyatanya mendapatkan respon yang baik dari berbagai kalangan. Nyatanya, batik yang membawa corak dari ikon-ikon di Malang Raya tersebut memiliki peminat bahkan sampai ke mancanegara.
Diungkapkan pengelola Batik Blimbing Malang, Aulya Rishmawati yang mengatakan kepada Malang Posco Media bahwa konsumen luar negerinya tersebut berasal dari berbagai negara, mulai dari Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jepang, Singapura, Thailand, Malaysia dan masih banyak negara-negara lainnya.
“Kami ingin memperkenalkan batik khas dari Malangan ini tidak hanya ke pasaran lokal saja, namun juga bisa sampai ke pasaran mancanegara. Sejauh ini respon positif diberikan, ada yang memang memesan melalui media sosial, ada juga para turis asing yang datang ke tempat kami dan menjadikan Batik Blimbing khas Malang ini sebagai oleh-oleh,” terangnya.
Ia memproduksi dua jenis batik, yakni batik tulis dan batik cap. Untuk pasaran internasional, batik tulis masih menjadi primadona. Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengerjaannya, harganya pun jauh lebih tinggi dengan batik cap.
Dilanjutnya, batik-batik tersebut biasanya dijual dengan harga yang bervariasi. Untuk batik tulis di kisaran harga mulai dari Rp 500 ribu sampai dengan Rp 2 juta, tergantung dari kesulitan dalam pembuatannya. Sementara itu, untuk karya batik cap, biasanya dibandrol dengan harga Rp 100 ribu sampai dengan Rp 500 ribu.
“Hampir semua untuk pasaran mancanegara memilih batik tulis dibandingkan dengan batik cap. Karena kesan autentiknya ada disana. Sekali beli biasanya bisa lima sampai dengan sepuluh buah. Ini menjadi salah satu langkah pasti dari kami para perajin batik untuk membawa Batik Khas Malang ini Go International,” paparnya.
Corak yang dihasilkan oleh Batik Blimbing cukup beragam, salah satunya yang terbaru adalah corak penari topeng Malangan dan burung manyar. Keduanya sendiri merupakan ikon-ikon khas yang ada di Malang Raya. Motifnya yang tidak terlalu pakem seperti corak batik klasik, menjadikan batik Blimbing ini juga cocok untuk semua kalangan.
“Terutama anak-anak muda yang mungkin mencari batik tidak terlalu klasik, ini bisa menjadi solusi. Dari segi corak saja sudah banyak yang disesuaikan dengan kebutuhan, misal motif Kayutangan, motif topeng Malangan, motif Tugu Malang dan masih banyak yang lainnya. Sehingga anak-anak muda bisa ikut melestarikan batik ini,” ujarnya.
Setiap bulannya, ia bisa menjual batik tulis sebanyak sepuluh buah, sementara untuk batik cap sendiri bisa menjual sebanyak 50 buah. Disamping membawa batik khas Malangan ke kancah internasional, ia juga ingin mengenalkan batik kepada kalangan anak-anak muda.
“Tentu sebagai penerus bangsa harus cinta dan bangga dengan budaya yang dimiliki. Batik ini menjadi salah satu warisan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu. Sebagai generasi muda harus bangga ketika mengenakan batik. Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi. Jika tidak kita jaga, bukan tak mungkin nantinya batik ini akan hilang termakan oleh zaman,” tandasnya.
Oleh karenanya, untuk melestarikan batik dengan menggunakan canting dan lilin, ia turut memberikan edukasi kepada anak-anak penerus bangsa. Mulai dari membuka workshop hingga belajar membatik dengan menggunakan canting dan lilin malam, Aktivitasnya tersebut banyak digelar di rumah produksi yang berlokasi di Jalan Candi Jago Nomor 06, Blimbing, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. (adm/aim)