Petani Milenial Kota Batu Sukses Ekspor Tanaman Hias
Sektor pertanian potensi yang dimiliki Kota Wisata Batu. Namun tak banyak milenial yang menoleh atau tertarik terjun di sektor pertanian karena dinilai masih konvensional.
Namun pandangan tersebut dimentahkan oleh Mochammad Setiawan Putra.
MALANG POSCO MEDIA– Wawa, sapaan akrab Mochammad Setiawan Putra telah merasakan betapa asiknya menjadi seorang petani yang mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah. Itu berkat ekspor produk pertanian yang telah dilakoninya.
Di usia cukup muda, yakni 25 tahun warga Jalan Indragiri RT 4 RW 10 Desa Sumberejo, Kecamatan Batu ini sukses berbisnis ekspor bunga hias. Meski mau tak mau diakui bahwa dirinya terjun di sektor pertanian akibat pandemi Covid-19.
“Jadi awalnya saya terjun di pertanian waktu awal Covid-19. Saat itu saya kuliah Jurusan Hukum di Universitas Brawijaya. Saya juga kerja sampingan sebagai fotografer dan videografer,” kata Wawa kepada Malang Posco Media mengawali ceritanya.
Akibat pandemi Covid-19, kerja atau usaha sampingan sebagai fotografer dan videografer sepi mampring. Akhirnya putuskan untuk pulang ke desa ikut berbisnis dengan sang ayah yang merupakan petani bunga hias.
“Nah ketika saya masuk, saya mulai benahi manejemen dan buka pasar ekspor untuk tanaman hias. Saat itu semua masih konvensional untuk manajemen. Pasar pun masih lokal,” kenangnya.
Di awal ia fokus pada marketing online. Yakni dengan memasarkan tanaman hias milik keluarganya melalui iklan medsos. Dampaknya Wawa bisa berjejaring dengan buyer dan costumer dari luar negri.
Mulai dari UK, Amerika Latin, Amerika Serikat, Kanada hingga Thailand. Dari situ kemudian membuka jalan bagi usaha miliknya yang dinamai SNS Nursery untuk ekspor.
“Kebanyakan tanaman yang saya ekspor adalah tanaman hias koleksi. Dengan harga per pot minim harga Rp 1 juta. Biasanya saya kirim atau transaksi setiap kirim diatas Rp 100 juta agar tidak rugi diongkir,” ungkap alumni SMPN 3 Kota Batu ini.
Diketahui saat itu untuk ekspor tanaman belum banyak dilakukan anak muda Kota Batu. Tak mau egois, sukses ekspor, kemudian dia mengajak rekan-rekannya petani muda di Kota Batu untuk belajar bareng dan buat komunitas yang dinamai GoCakrigo.
“Disitu kita belajar bareng dan tunjuk orang yang benar-benar tahu tentang izin ekspor. Sehingga sampai sekarang siapapun orang Batu yang mau ekspor bisa lewat kita. Semuanya kita yang uruskan,” paparnya.
Tak berhenti dengan kesuksesannya dalam ekspor tanaman hias. Pada tahun 2024 Wawa tertarik ikut Abang Tani Class yang merupakan sebuah program inovatif dalam mendukung petani milenial agar siap menghadapi tantangan pertanian modern.
Abang Tani Class diikuti sekitar 50 petani muda. Ia keluar sebagai juara I. Dimana terdiri dari dua kategori, ide usaha dan usaha yang berjalan. Ia juara Ide Usaha.
“Ketika itu saya bawa ide tentang laboratorium pertanian. Pasalnya di Kota Batu branding pertanian sudah bagus, tapi belum memiliki laboratorium pertanian sendiri. Yang ada waktu itu hanya laboratorium pertanian khusus jeruk,” kata Wawa.
Tapi untuk pertanian tanaman hias, bunga dan sayur belum ada. Sehingga petani masih bingung harus kemana ketika ada permasalahan. Dari ide laboratorium pertanian yang nantinya secara universal tersebut akan dapat meneliti tentang semua permasalahan sektor pertanian, mulai dari pupuk, bibit penyakit hingga obat-obatan.
Apalagi di Kota Batu masih banyak petani yang belum tepat terkait pemberian obat maupun identifikasi penyakit. Laboratorium ini yang nantinya akan menjadi salah satu usaha koperasi Cooperative Smart Agriculture Ecosystem (CooSAE).
“Saat ini CooSAE masih berjalan dijual beli komoditas pertanian yang telah mencatatkan kontrak kerja sama senilai Rp 20 miliar dari kesepakatan pengiriman 288 ton produk pertanian unggulan Kota Batu,” bebernya.
Produk pertanian meliputi komoditas kentang, wortel, brokoli, apel, jeruk, jambu, kol ungu, kubis, kesemek dan lebak.
Kontrak kerja sama ini secara resmi ditandatangani antara Koperasi SAE (CooSAE) Kota Batu dengan Koperasi Produsen Taruna Bina Mandiri asal Kutai Timur, Kalimantan Timur.
“Keberhasilan ini tak lepas dari sinergi bersama Pemkot Batu dan arahan dari Wali Kota dan Wawali Batu,” imbuh Ketua Petani Muda Berjaya ini.
Bahkan ia juga menyampaikan kepada Wali Kota Batu dan Dinas Pendidikan untuk memaksimalkan program beasiswa 1.000 sarjana untuk jurusan pertanian. Hal tersebut bertujuan agar muncul lebih banyak lagi petani milenial dari Kota Batu. (eri/van)
-Advertisement-.