.
spot_img
Saturday, October 26, 2024
spot_img

Bawa Misi Kenalkan Lurik ke Kalangan Muda

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Di tengah gempuran tren mode modern, Siti Chodijah, owner Lurike Gendhuk, menegaskan komitmennya dalam melestarikan budaya lokal Indonesia melalui karyanya yang berbahan dasar kain lurik. Chodijah yang memiliki latar belakang dalam seni kriya dan lingkungan, melihat kain lurik bukan hanya sebagai bahan baku melainkan sebagai simbol nilai luhur yang perlu diwariskan, khususnya kepada generasi muda.

Kecintaan Chodijah pada kriya dan budaya nusantara membuatnya mendirikan UMKM Lurike Gendhuk. Awalnya, usaha ini berfokus pada kerajinan tangan, namun pada 2018 ia mengalihkan fokusnya untuk menggabungkan kriya dan fashion dengan lurik sebagai ciri khas.

- Advertisement -

 “Saya ingin membuat produk yang memiliki identitas dan makna, sesuatu yang bisa dikenalkan pada anak-anak muda sebagai warisan budaya yang bisa mereka banggakan,” jelasnya.

Bagi Chodijah, lurik bukan sekadar kain bergaris-garis sederhana, tetapi kain yang sarat akan makna dan filosofi kehidupan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap motif lurik mengandung pesan yang dalam. Memahami nilai ini penting, terutama bagi generasi muda yang mungkin belum mengenal sejarah dan filosofi di balik kain lurik.

Salah satu inovasi unik yang dihadirkan Lurike Gendhuk adalah penggunaan kain lurik perca, yaitu kain sisa dari pengrajin surjan. Dalam semangat zero waste, Chodijah memanfaatkan potongan-potongan kain ini untuk diolah menjadi beragam produk kriya dengan nilai estetis dan ekonomis tinggi. Dari potongan sisa yang mungkin dianggap tidak bernilai, Chodijah menyulapnya menjadi produk kreatif yang bernilai tinggi, seperti tas, aksesoris, dan elemen fashion lainnya.

“Misi utamanya saya adalah mengenalkan kembali identitas budaya kepada masyarakat luas, khususnya generasi muda, bukan sekadar berorientasi bisnis.

Anak muda sekarang cenderung lebih mengenal tren mode dari luar negeri. Saya ingin memperkenalkan mereka pada produk kearifan lokal yang dikemas modern dan tetap relevan,” tuturnya dengan optimis.

Sebagai orang Jawa asli, Chodijah merasakan panggilan untuk mendalami kain lurik, dan menemukan filosofi yang terkandung di dalamnya. Menurutnya, kain lurik bisa menjadi medium untuk memperkenalkan kembali jati diri dan budaya asli kepada anak-anak muda yang sering kali jauh dari akar budayanya.

“Ini tantangan sekaligus tujuan saya untuk menjadikan produk lurik ini lebih modern dan diterima oleh generasi muda,” ucap  alumni UB itu.

Ia juga mengungkapkan upaya pelestarian lurik ini mendapat dukungan penuh dari keluarga, terutama karena dirinya bukan hanya seorang pengrajin dan seniman, tetapi juga seorang konsultan lingkungan. Ia menyampaikan pengalamannya di bidang lingkungan membuatnya semakin sadar akan pentingnya praktik produksi yang ramah lingkungan.

Selaras dengan prinsip zero waste, Chodijah selalu memastikan proses produksi produknya meminimalkan limbah. Lurike Gendhuk dirancang untuk mengedepankan proses yang efisien dan ramah lingkungan. “Dengan memanfaatkan kain perca, saya tidak hanya menjaga agar proses produksi tidak menyisakan limbah, tetapi juga menciptakan nilai tambah yang berarti dari sisa-sisa kain ini,” ujarnya.

Chodijah juga percaya kain lurik dapat menjadi simbol gaya hidup modern yang tetap mempertahankan akar tradisional. Ia memiliki cita-cita agar suatu hari kain lurik bisa diterima di kalangan muda sebagai tren fashion yang modis dan sarat makna.

“Saya ingin lurik dikenal tidak hanya sebagai kain tradisional, tetapi juga sebagai bagian dari identitas anak muda yang bangga akan warisan budaya. Saya  ingin menunjukkan bahwa produk lokal Indonesia memiliki potensi untuk bersaing, bahkan berkontribusi dalam memperkuat ekonomi kreatif di tanah air,” tandasnya. Lurike Gendhuk adalah bukti nyata bahwa budaya Indonesia masih memiliki tempat di hati generasi muda. Dengan semangat pelestarian dan inovasi, Chodijah berharap bahwa warisan kain lurik akan terus hidup, tidak hanya sebagai tradisi, tetapi sebagai identitas yang membanggakan bagi generasi Indonesia ke depan. (adm/nda)

- Advertisement -
spot_img
spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img