MALANG POSCO MEDIA -Ekspresi diri dan jiwa bisa melalui apa saja. Tak jarang, melalui hobi dan aktivitas seni bikin seseorang lebih merasa bermakna dalan hidup. Seperti yang dialami Lusiana Dwi Andini.
Perempuan asal Kelurahan Karang Besuki, Sukun, Kota Malang ini merasa tumbuh dengan musik dan seni peran. Dua aktivitas yang ditekuninya hingga kini.
Saat dihubungi Malang Posco Media, ia baru saja selesai dari kesibukannya mengajar full time di salah satu lembaga bimbingan belajar di Kota Malang. Dia bercerita proses mengenal seni peran dan teater yang sebenarnya sudah ada ketertarikan sebelumnya.
“Mengenai seni peran dan teater, kalau ditelusuri sebenarnya saya sudah lama tertarik di dunia tersebut. Namun, baru berani terjun memasuki dunia peran dan teater di akhir tahun 2019,” cerita Lusi, sapaannya.
Di akhir tahun 2019, ia mengalami masa peralihan dari revisi skripsi menuju kelulusan. Saat itu ia sempat bertanya ke diri sendiri, sebenarnya apa yang dia dia suka dan ingin didalami. Merasa belum terarah sesuai keinginan hati, ia mencoba banyak hal.
“Akhirnya cari info ada acara Malam Prosa. Di situ konsepnya membacakan kumpulan cerita atau puisi. Dari Malam Prosa saya tahu kalau ada komunitas teater di Kota Malang namanya Ruang Karakter. Saya ikut lah,” katanya.
Perlahan, teman-teman dengan ketertarikan serupa mulai bermunculan dan sering berinteraksi dengan Lusi. Sampai suatu ketika, ia diajak ikut terlibat banyak dalam suatu pentas.
“Dulu diajak pertama kali pentas musikal di bulan Januari 2020. Di situ pertama kali saya mendapat peran yang ada nyanyi solonya. Saya ingat lagu pertama saya pentas musikal itu adalah ‘’Creep’’ versinya PMJ Haley Reinhart. Takut banget karena genrenya sedikit vintage sementara teori vokalku nol,” ceritanya.
Pentas demi pentas mulai biasa dilakoninya. Perempuan kelahiran November 1995 itu mulai menyenangi aktivitas barunya.
Pentas musikal lagi-lagi menantangnya berekspresi. Ia juga harus memainkan karakter yang harus bernyanyi solo dalam pentas. Kala itu itu pentas di Hawai dan Smart Arena, dengan lagu disney ‘’Little Town’’ Beauty and The Beast, Lusi menikmati peran.
Ia juga pernah membawakan pertunjukan story telling di Gedung DPRD Kota Malang. Bercerita dengan musik yang diciptakan sendiri, Lusi memberi judul “Anak Sapi dan Burung Layang-Layang”. Lusi menyebut bahwa ia terinspirasi dari lagu Donna Donna – Joan Baez.
“Setelah itu ikut menggarap pertunjukan’Rumah Yang di Kuburkan’ sutradara Bapak Donikus Indarto. Waktu itu saya menjadi pengiring musiknya. Memakai gitar kecil, saya membuat serangkaian musik dan lagu pengiring dari plot awal sampai akhir. Kira-kira ada lima plot musik. Setelah itu, saya berkesempatan untuk ikut lagi di pertunjukkan pentas tonil Chungking Djakarta di Gedung Gajayana tahun 2022,” kenangnya.
Saat itu berkesempatan menyanyikan dua lagu “Rindu Lukisan” dan “Selendang Sutra” bersama Cak Gik Arbanat dan group keroncong Malang Sekar Kinanthi.
“Kemudian berkesempatan juga membuat lagu di salah satu film animasi anak yang diadakan oleh Badan Bahasa bersama Stormy studio dan Vidyasa Duta (Devarmax),” tambahnya.
Karakter dalam teater dan musik yang dibawakan memberikan banyak dampak bagi kejiwaannya. Terutama bagaimana ia berproses menjadi pribadi yang lebih percaya diri.
Darah seni ternyata juga diturunkan dari kedua orang tua Lusi. Ayah Lusi dulu dikenalnya sebagai pemain karawitan yang mahir. Sementara sang ibu sempat ikut teater dalam waktu yang singkat semasa SMA. Sementara Lusi, sejak dulu memang suka bercerita, menulis buku harian dan sering ikut lomba story telling semasa SMP.
“Yang membuat aku tertarik di bidang seni peran dan musik adalah menemukan kebebasan berekspresi di kedua hal ini. Perjalanan panggung, berperan, bermusik adalah perjalanan saya untuk mengenali diri lebih jauh dan bertumbuh. Saya bisa katakan, saya ngga bisa hidup dan bertumbuh tanpa seni sih,” ungkap Lusi. (tyo/van)