MALANG POSCO MEDIA, SURABAYA – Mental pemain Tim U-17 Indonesia kian terangkat. Bukan hanya hasil imbang 1-1 melawan Ekuador U-17 saja yang membuat anak asuh Bima Sakti ini lebih percaya diri jelang laga melawan Panama U-17, Senin (13/11) malam ini di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya. Akan tetapi, ada kunjungan dari bintang sepak bola keturunan Indonesia yang berkarier di Italia, Radja Nainggolan turut datang memberikan semangat. Selain itu, hasil kejutan di hari kedua juga turut meningkatkan motivasi Figo Dennis dkk.
“Kebetulan kemarin pagi pemain Tim U-17 dikunjungi bintang Eropa, Radja Nainggola. Dia datang memberikan semangat. Satu yang disampaikan Radja, di sepak bola apa saja mungkin,” kata Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali menceritakan bagaimana kondisi pemain jelang laga melawan Panama.
Menurut dia, Radja datang memberikan banyak support dan tip. Banyak kata-kata penyemangat yang didapatkan, dan kemudian diperkuat ketika sore serta malam harinya, dua tim favorit juara justru tumbang di laga perdana.
Brasil kalah dari Iran 2-3. Sedangkan Argentina ditaklukkan Senegal dengan skor 1-2. Padahal Brasil adalah juara bertahan di Piala Dunia U-17. “Ya itu, di sepak bola apa saja mungkin. Awalnya mungkin kita pasti yakin Brasil menang, Argentina menang. Tetapi ternyata tidak. Sehingga, ucapan Radja tersebut dicamkan para pemain, apa saja bisa terjadi,” terang Zainudin Amali ketika mengunjungi Information Center di Grand Swiss Belhotel Darmo, Surabaya, Minggu (12/11) kemarin.
Begitu pula ketika Indonesia sejatinya tak diunggulkan lawan Ekuador. Bahkan, bisa saja Tim Garuda Asia ini jadi lumbung gol lawan. “Prediksinya kan kita kemasukan banyak gol lawan Ekuador. Alhamdulillah tidak juga,” tambahnya.
Menurut pria yang juga mantan Menpora tersebut, saat bertemu Radja para pemain muda tersebut juga meminta masukan mengenai mengatasi tekanan. Mantan pemain AS Roma tersebut dikatakan Zainudin memberikan tips untuk tidak menghiraukan apa itu tekanan.
“Tipnya adalah jangan hiraukan iktu. Ada yang kalian tidak suka, gak usah dibaca. Jadi kan anak-anak itu saya tanya, bagaimana dibully atau ditekan di media sosial seperti ini, mereka menjawab ‘tidak apa-apa pak, itu mendewasakan kami,’ begitu jawabannya. ‘Namanya main bola ada yang suka, ada yang gak suka dengan kami. Kami pahami keinginan dan ekspektasi publik yang besar’,” jelas Zainudin Amali menerangkan bagaimana tanggapan para pemain.
Nah, dengan kondisi tersebut diakuinya para pemain kini memiliki banyak modal. Akan tetapi, mereka tidak boleh menganggap remeh Panama. “Mental harus dipersiapkan dan ditekankan bila semua sama. Lawan di atas, lawan di bawah tidak boleh dibedakan. Kuncinya persiapkan diri sebaik-baiknya,” imbuh dia. (ley)