.
Friday, December 13, 2024

BELAJAR DARI SITI HAJAR DAN ISMAIL

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Kisah istri Nabi Ibrahim yakni Siti Hajar dan anaknya Ismail mungkin sudah sangat populer bagi kita. Keteguhan, keyakinan dan ketaatannya kepada Allah SWT sudah tidak diragukan lagi. Kepatuhan Nabi Ibrahim untuk melakukan hijrah meskipun harus meninggalkan istri dan putranya yang masih kecil. Keteguhan dan ketaatan serta kepasrahan Siti Hajar ketika ditinggal sendiri di lembah padang pasir yang tidak ada satu pun makhluk hidup di sana baik hewan dan tumbuhan. Serta ketaatan Ismail sebagai seorang anak ketika Allah memerintahkan untuk menyembelihnya, menjadi narasi populer yang sudah familiar bagi kaum muslimin.

Salah satu “angel” yang menarik dan menjadi penebal benang merah akan banyak teori kehidupan dan bisnis adalah tentang kerja keras atau ikhtiar maksimal yang dilakukan oleh Siti Hajar dan Ismail kecil ketika beliau berusaha untuk “survive” di tengah padang pasir yang tidak satu pun makhluk hidup ada di sana.

Ketika melihat Ismail sudah mulai kelaparan, Siti Hajar berusaha untuk untuk mencari solusi dengan mencari air. Siti Hajar berjalan dan lari dari bukit Shafa ke bukit Marwah bermaksud untuk melihat dimana ada sumber air. Beliau mengulang-ulang naik ke bukit Shafa belum kelihatan pindah ke bukit Marwah belum ketemu juga kemudian balik lagi ke bukit Shafa belum ketemu lagi balik lagi ke bukit Marwah belum ketemu juga sampai tujuh kali.

Di larinya yang ketujuh antara bukit Shafa dan Marwah, Ismail yang merespon dengan menangis sambil menghentak-hentakkan kakinya tiba-tiba keluar Air yang memancar dari kakinya Ismail kecil. Spontan Sang ibu (Siti Hajar) mengucapkan “zam-zam, zam-zam” yang artinya berkumpullah, dan ternyata berkah air yang memancar dari kaki Ismail ini sekarang yang kita kenal dengan Air Zam-Zam yang konon tidak pernah kering sampai detik ini.

Inilah rezeki yang diterima dari Allah untuk bunda Siti Hajar dan Ismail, dan yang perlu kita garis bawahi, air itu tidak begitu saja keluar, akan tetapi dia keluar setelah Bunda Siti Hajar melakukan serangkaian aktivitas usaha yang berat dengan berlari-lari dari bukit Shafa dan Marwah.

Seperti itulah kira-kira algoritma rezeki, dia akan datang sesuai usaha kita. Semakin kita sungguh-sungguh, berdisiplin, tidak mudah menyerah, terus berusaha dan mencari jalan meskipun sulit, mampu menahan emosi, berani membuat keputusan, memiliki kinerja yang memadai dan memiliki spiritualitas yang tinggi, maka bisa dipastikan rezeki dan kemakmuran akan datang bersama kita.

Sebagaimana hasil yang diperoleh oleh Siti Hajar berupa air yang terkumpul meski secara kasat mata hal itu mustahil karena berada di tengah padang pasir. Tapi itulah cara Allah untuk menunjukkan kebesarannya kepada hamba-Nya.

Hal ini ternyata senada dengan hasil sebuah riset yang dilakukan oleh Sam Walker  terhadap 12.000 tim olahraga yang sukses yang populer dikenal dengan “Tujuh ciri Elite Captains”, bahwa karakter pertama yang harus dimiliki oleh orang yang sukses dan makmur adalah memiliki perilaku “Extreme doggedness (persistence) & focus in competition.” Yakni karakter tangguh, tekun, gigih dan fokus pada tujuan, bahwa para juara yang memenangi di setiap pertandingan adalah mereka yang memiliki ketangguhan ekstrem dan tetap fokus pada kompetisi.

Ketangguhan ekstrem adalah ciri utama bagi para pejuang kehidupan untuk kemuliaan dan kehormatan dirinya. Mereka memiliki ambang batas gairah dan semangat tertinggi, kegigihannya dalam melewati setiap fase kehidupan tidak membuatnya surut apalagi berhenti untuk sampai pada tujuan. Para pemilik ketangguhan ekstrem adalah mereka yang rela bekerja dan berkarya di atas kenormalan orang pada umumnya, mereka memiliki standar sendiri sebagai seorang “outliers.”

Ketangguhan ekstrem yang dicontohkan oleh Bunda Siti Hajar dan Ismail pada waktu itu merupakan gambaran nyata bahwa tidak ada tujuan yang mustahil dan tidak ada perkara yang “imposible” dalam kehidupan ini. Situasi sulit yang dihadapi oleh Bunda Siti Hajar saat itu untuk memperjuangkan hidupnya dan kehidupan putranya Ismail menjadi sebuah gambaran bahwa sesulit apapun kondisi yang ada pasti Allah SWT akan memberikan jalan keluar sesuai dengan kadar perjuangan dan pengorbanan kita.

Usaha keras dan ketangguhan ekstrem Bunda Siti Hajar dengan berlari-lari dari bukit Shafa ke bukit Marwah pada situasi yang panas, tidak ada resources sama sekali dan tanpa henti hingga bertemu dengan sumber air di bawah kaki Ismail merupakan bukti logis bahwa kemuliaan dan kemakmuran itu memang harus diperjuangkan dengan kegigihan yang tinggi.

Terkadang kita merasa menjadi orang yang paling tidak beruntung se-dunia, bisnis stagnan, jualan tidak laku, keuangan amburadul, bisnis ini gagal bisnis itu gagal, adanya resesi, krisis dan segudang alasan lainnya. Patutlah kita belajar dari kisah Bunda Siti Hajar dan putranya Ismail, betapa memang kemuliaan, kesuksesan dan kemakmuran itu harus dibayar dengan mahal, harus dibayar tunai dengan kerja keras, harus dibeli dengan mentalitas baja pantang menyerah, harus didapatkan dengan ketangguhan ekstrem dan disiplin tinggi untuk tetap fokus pada apa yang hendak kita capai dan harapkan.

Penggalan peristiwa yang dialami oleh Bunda Siti Hajar seolah memberikan pelajaran bagi kita semua, bahwa ketulusan perjuangan, kegigihan yang ekstrem dan tetap fokus pada apa yang diupayakan dan dikerjakan sampai berhasil, sampai menghasilkan dampak perubahan merupakan cara terbaik bagi kita untuk mencapai kemuliaan dan kemakmuran daripada menyalahkan keadaan.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img