spot_img
Tuesday, January 14, 2025
spot_img

Belajar Kesatria dari Gus Miftah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Tuhan punya cara yang sangat indah buat hambanya. Mengangkat derajat orang yang terhina. Menurunkan derajat orang yang menghina. Siapa pun itu dan apapun jabatannya. Mungkin tak pernah terlintas dalam pikiran Miftah Maulana Habiburrahman yang akrab disapa Gus Miftah kalau kalimatnya kepada penjual es teh malam itu berujung dirinya akhirnya mundur.

Sembari bergetar dan mengusap air matanya, Gus Miftah yang selama ini dikenal garang dan urakan, sampai pada titik: memohon maaf kepada masyarakat Indonesia, terkhusus kepada Presiden Prabowo Subianto yang sudah mengangkat derajatnya menjadi Utusan Khusus Presiden bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.

Gus Miftah sudah mengaku salah. Gus Miftah sudah mendatangi rumah Sonhaji penjual es teh. Puncaknya Gus Miftah akhirnya mundur sebagai bentuk rasa cinta, hormat dan tanggungjawabnya yang mendalam kepada Presiden Prabowo Subianto dan seluruh masyarakat. Gus Miftah pun menegaskan sikap mundurnya sebagai bentuk sikap kesatria.

Masyarakat harus memberikan apresiasi atas sikap yang ditunjukkan secara tegas oleh Gus Miftah. Ditunjuk menjadi Utusan Khusus tentu bukan sulapan. Gus Miftah ikut berjuang keras memenangkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka saat Pilpres. Karena itu, Presiden Prabowo memberikan posisi yang nggak kaleng-kaleng.

Effendi Ghozali Peneliti Komunikasi menyebut mundurnya Gus Miftah ini mundur paling cepat dari jabatan publik di Indonesia. Maka positifnya, ke depan sikap ini bisa menjadi rule model bagi pejabat-pejabat lain bila melakukan kesalahan atau kekhilafan. Apalagi melakukan kesalahan fatal dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat publik.

Bukan malah sebaliknya. Mentang-mentang menjadi pejabat publik, jangankan mundur, mengaku salah dan minta maaf kepada rakyat saja belum tentu mau. Yang ada selalu merasa benar, rakyat yang salah. Selalu merasa melayani, rakyat yang harus mengalah. Fasilitas harus nomor satu, rakyat sejahtera atau sengsara itu nomor selanjutnya. Manusia memang ditakdirkan sebagai tempat salah dan lupa. Namun jangan pernah lupa ketika sudah diangkat derajatnya. Jangan merendahkan orang, apalagi di depan umum. Jangan mengolok-olok dengan kalimat yang tak pantas. Meskipun seringkali dibarengi dengan guyonan. Sepandai apapun, sekaya apapun, setokoh apapun, kalau semesta sudah tersakiti, semua bisa selesai.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img