Hampir sembilan tahun pasangan suami istri (pasutri) asal Kota Malang ini menekuni kerajinan clay. Produk mereka diminati oleh pasar mancanegara.
====
Pasutri Rika Budi Santosa dan Rochmi Indrawati memilih tekuni kerajinan clay. Mulanya Rochmi Indrawati yang memulai. Yakni sekitar tahun 2014 lalu dengan brand Clay Garden.
Wanita yang hobi menggambar ini mengenal kerajinan clay dari teman kerjanya. Dia pun mulai mempelajari cara membuat karakter dari clay secara otodidak. Selain itu berbekal tutorial dari YouTube, juga belajar kepada sesama pengrajin clay. Namun jauh hari sebelumnya, Rochmi sempat mengikuti kursus kerajinan clay. Itu pada tahun 2005 lalu, selama satu bulan.
“Baru kemudian memperlancar dan memahami teknik-teknik lebih mendalam,”ceritanya.
Untuk diketahui, dalam dunia kerajinan clay bisa diartikan sebagai tanah liat buatan. Ada berbagai macam bahan yang digunakan untuk membuat clay. Salah satunya adalah tepung sagu atau tepung tapioka. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat clay di antaranya adalah tepung sagu, benzoat, lem kayu serta pewarna. Kerajinan clay membutuhkan ketelitian dan ketelatenan.
Alumnus Universitas Brawijaya (UB) ini sebenarnya menekuni kerajinan clay sejak keluar dari pekerjaannya di salah satu pabrik. Ia
coba-coba berwirausaha membantu suami. “Berbagai kerajinan sudah saya coba, mulai dari merajut hingga flanel. Namun saya lebih condong ke kerajinan clay ini,” jelasnya.
Berbekal ketekunan, akhirnya Rochmi mencoba memasarkan produk-produknya melalui media sosial. Selain itu juga menawarkan kepada teman-teman kerjanya.
“Karakter pertama yang saya buat waktu itu Angry Bird. Karena memang masih booming ya. Saya jual ke teman-teman kerja saya yang ada di Mojokerto. Kemudian saya mencoba juga jual di Facebook ternyata mendapatkan sambutan yang baik. Mulai dari sana saya menekuni usaha ini,” tuturnya.
Alumni SMA Negeri 3 Malang tersebut mulanya memasarkan produknya di pasaran lokal. Hal tersebut didukung tingginya peminat produk kerajinan clay untuk kebutuhan dekorasi. “Saya mengambil peluang tersebut. Kebanyakan kita kirim ke Jakarta, Medan, Surabaya dan beberapa di wilayah Malang,” kata dia.
Seiring waktu, pasarnya makin luas. Pasutri asal Jalan Kavaleri Blimbing Kota Malang ini kini berhasil menembus pasar ekspor dengan produk kerajinan clay buatannya. Setiap bulannya mengekspor produk buatan mereka ke berbagai negara. Mulai dari Australia, Belanda, Belgia, Romania United State, United Kingdom, serta beberapa negara lainnya.
“Setiap bulannya kami mengirim kurang lebih 5.000 buah kerajinan clay ke beberapa negara tersebut. Kebanyakan mereka ini sudah langganan di kami, dan biasa repeat order setiap bulannya,” ungkap Rochmi kepada Malang Posco Media.
Rochmi bersama suami mulai ekspor produk ke berbagai negara sejak tahun 2015. Kian dikenal pada tahun 2017 serta terus berkembang hingga sekarang.
“Di tahun 2017, peminat dalam negeri mulai menurun. Akhirnya kami lebih banyak memfokuskan target konsumen dari luar negeri. Alhamdulillah semakin hari lebih banyak konsumen dari berbagai negara,” imbuhnya.
Bersama 10 karyawannya, Rochmi bersama suami mampu memproduksi karakter clay setiap harinya sebanyak 50 buah. Dibanderol dengan harga paling murah Rp 15 ribuan hingga yang paling mahal Rp 300 ribuan. Mereka mampu menghasilkan omzet hingga puluhan juta setiap bulannya.
“Semua tergantung dari kerumitan serta besar kecilnya karakter yang dibuat. Semakin rumit dan banyak pernak-pernik yang digunakan tentu harganya juga semakin mahal. Begitu juga dengan besarnya kecilnya karakter, ” jelasnya.
Sedangkan sang suami, Rika Budi Santosa yang pada mulanya bekerja di PT Cort Indonesia memutuskan resign dan membantu usaha istrinya sejak 2015. Sejalan pekerjaan sebelumnya di bidang pengecatan yang berkutat dengan warna, Budi, sapaan akrab lelaki tersebut bertugas untuk mencampurkan berbagai warna hingga mendapatkan warna yang diinginkan.
“Sesuai pekerjaan saya dahulu, jadi di usaha ini saya yang mencampurkan berbagai warna hingga mendapatkan warna yang sesuai dengan karakter yang nantinya akan dibuat,” ungkap pria kelahiran Jombang tersebut.
Ia menuturkan kebanyakan karakter yang dibuat di Clay Garden adalah karakter dari Disney. Namun hal tersebut juga disesuaikan kebutuhan dari konsumen. Beberapa di antara konsumen juga bisa meminta desain khusus dengan minimal pemesanan.
“Kita sesuaikan dengan karakter yang lagi booming atau dalam even-even tertentu. Misal kemarin saat Paskah, kebanyakan konsumen meminta karakter yang bertemakan Paskah,” tutur pria alumni SMK Sultan Agung 1 Tebuireng itu.
Dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina cukup terasa. Budi mengatakan saat ini produk yang diekspor pun tidak sebanyak di tahun-tahun sebelumnya. Sehingga untuk akhir-akhir ini mereka mulai fokus mencoba untuk mengelola target pasaran lokal. Salah satunya menggandeng beberapa instansi.
“Kami juga mendapatkan rekomendasi dari Pemkot Malang untuk menjadikan studio kami sebagai wisata edukasi. Oleh karenanya kami saat ini sedang bersemangat untuk mencapai dalam terwujudnya wisata edukasi tersebut,” pungkasnya. (adam malik/van)