Mikhael Yusak Wirawan, Pembuat Action Figure yang Mendunia
Mimpi sederhana seorang anak yang hanya bisa melihat tokoh-tokoh komik kesayangan di halaman buku, kini Mikhael Yusak Wirawan menjadi perajin aksesori action figure yang karyanya mendunia. Lewat MY Enterprise, rumah produksinya di kawasan Sawojajar Kota Malang berhasil menciptakan berbagai action figure karakter superhero.
Karya mainan dari tokoh fiksi seperti superhero Marvel dan DC, hingga tokoh film nasional seperti Gundala dan Gatotkaca, juga lahir dari tangan dinginnya. Perjalanan Mikhael menuju kesuksesan tidaklah mudah. Lahir dari keluarga sederhana, Mikhael kecil hanya bisa bermimpi memiliki action figure idamannya.
“Sejak kecil, saya tidak pernah membeli mainan karena tidak punya uang. Akhirnya saya berpikir, kenapa tidak membuat mainan sendiri dari karakter komik yang saya suka,” ceritanya.
Langkahnya dimulai sejak 2016 lalu. Berbekal kecintaan pada menggambar dan imajinasi tanpa batas, Mikhael mulai belajar membuat sendiri aksesori karakter yang ia kagumi.
Perlahan tapi pasti, hobi masa kecil itu telah berkembang menjadi usaha yang menghidupi dirinya dan dua kawannya. Setiap bulan, mereka mampu memproduksi sekitar 50 unit aksesori action figure, dengan harga mulai Rp 350 ribu hingga Rp 8 juta setiap karakternya.
Karyanya tak hanya digandrungi pasar lokal saja, seperti di Kota Malang maupun Jawa Timur. Kini, hampir 80 persen produk Mikhael telah dipasarkan ke luar negeri. Pelanggan setianya datang dari Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jepang hingga Taiwan.
“Orang luar negeri tahu produk saya dari Instagram dan Facebook. Biasanya mereka tertarik dengan diorama base untuk karakter seperti Batman atau Spiderman,” ujar Mikhael.
Proses pembuatan karyanya itu dimulai dari desain digital yang dicetak menggunakan printer 3D. Setelah itu, masuk ke proses cetak menggunakan resin atau fiber glass. Semua detail, mulai dari pengamplasan hingga pewarnaan, dilakukan dengan cermat untuk memastikan hasilnya sempurna.
“Pengerjaan detail ini kami lakukan, dengan cermat dan hati-hati. Kami juga memastikan tingkat akurasi dengan karakter aslinya,” sebut pria 37 tahun, itu.
MY Enterprise yang sudah memiliki nama di pasar internasional, Mikhael merasa Kota Malang belum sepenuhnya mendukung seniman seperti dirinya. “Saya berharap ada ruang bagi kami, misalnya pameran seni rupa yang berkaitan dengan mainan atau hobi. Jika diadakan di tempat strategis seperti Kayutangan, pasti akan menarik perhatian banyak orang, termasuk wisatawan,” katanya penuh harap.
Mikhael percaya bahwa industri seni rupa, termasuk pembuatan aksesori action figure, memiliki potensi besar jika diberi dukungan lebih. Baginya, karya seni bukan hanya soal bisnis, tetapi juga cara untuk mewujudkan mimpi dan menginspirasi orang lain.
“Dari tidak punya apa-apa, sekarang saya bisa melihat karya saya dinikmati orang di berbagai penjuru dunia. Itu yang membuat saya terus semangat,” tutupnya.
Dari Malang untuk Dunia, kisah Mikhael adalah bukti bahwa mimpi besar bisa dimulai dari langkah kecil dengan sedikit keberanian untuk mewujudkannya. (rex/aim)