MALANG POSCO MEDIA – Puasa Ramadan tinggal menghitung hari. Perbedaan awal dan akhir Ramadan 1445 Hijriyah atau 2024 Masehi harus disikapi dengan bijaksana. Tak perlu menjadi perdebatan terus menerus yang bisa mengarah pada perpecahan ukhuwah Islamiyah.
Demi menjaga ukhuwah Islamiyah itulah, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengimbau umat Islam bersikap toleran dalam menyikapi potensi perbedaan awal Ramadan. Imbauan Menag ini tertuang dalam edaran Nomor 1 tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.
Karena Menag mewakili negara, maka sebagai warga negara harus menaati dan bersikap taat. Bagi warga Muhammadiyah yang akan melaksanakan puasa pada 11 Maret adalah haknya. Begitu juga dengan jamaah tarekat yang akan melaksanakan awal puasa Ramadan pada 10 Maret.
Semua tak perlu dipersoalkan dan diperdebatkan lagi. Semua harus fokus pada Ramadannya. Pada esensi puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadan. Bila hasil isbat awal Ramadan 1445 H yang bakal digelar pemerintah pada 10 Maret 2024 hasilnya sama, 11 Maret maka harus diterima dengan lapang dada.
Dan bila hasilnya awal puasa ditetapkan pada 12 Maret 2024 maka itu juga keputusan yang sudah sesuai dengan pedoman sidang isbat yang dihadiri seluruh stakeholder terkait. Semua pihak tak perlu berkomentar yang tak penting. Apalagi perang komentar dan pendapat di media sosial. Sungguh itu hal yang tak perlu dilakukan karena tak akan merubah keputusan apapun.
Sebagai umat Islam yang makin dewasa dan matang dalam beragama, maka perbedaan itu diyakini sebagai rahmat Allah SWT. Karena dasar manusia diciptakan juga berbeda-beda, bersuku-suku dan berbahasa yang berbeda. Semua tujuannya satu, saling mengenal dan saling toleransi.
Tak ada yang benar sendirian. Tak juga golongan A, atau B, sementara golongan lainnya salah. Semua derajatnya sama di Mata Allah SWT. Karena hanya Allah SWT yang maha benar dan pasti benar. Sementara manusia, apalagi golongan sudah ditakdirkan sebagai tempat yang salah dan lupa.
Bila semua fokus pada ibadah Ramadannya, maka perbedaan itu akan menjadi indah. Bila semua berpikir positif dan menenangkan, maka itulah sifat utama Umat Islam yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Umat yang satu, sejuk dan menyejukkan bagi Alam semesta. Marhaban ya Ramadan.(*)