.
Thursday, December 12, 2024

Miyosi Margi Utami Berkisah dalam 66 Buku

Berbulan-Bulan Kumpul Data Agar Tak Sekadar Menulis

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Suka menulis sejak kecil menjadi jalan Miyosi Margi Utami menghasilkan puluhan buku. Perempuan asal Desa Junrejo Kecamatan Junrejo  Kota Batu ini mengabadikan beragam pengalamannya dalam buku. Mulai dari pengalaman spiritual hingga menjelajah di negeri seberang.

======

Alumnus SMAN 3 Malang ini telah menulis 66 buku. Baik solo, duo hingga antologi. Miyosi, sapaan akrabnya berbagi cerita bagaimana ia  bisa aktif dan menghasilkan puluhan karya yang dicetak oleh penerbit mayor.

“Saya suka menulis sejak kecil. Itulah membuat aku aktif berkarya sampai saat ini. Tapi baru serius menekuni untuk benar-benar membuat karya pada tahun 2009 setelah menikah,” kata Miyosi memulai ceritanya.

Prinsip Miyosi, menulis membuatnya akan tetap hidup dan berguna selamanya. “Bagi saya  membaca membuat kita tahu banyak sisi lain kehidupan. Sedangkan menulis melatih berani menyampaikan gagasan,” katanya. “Membaca dan menulis  dua hal yang tak bisa dipisahkan. Melatih kepekaan dan kepedulian sebagai manusia,” sambungnya.

Dia  melangkah sebagi penulis dimulai dengan hal remeh temeh. Seperti saat mengurus kebutuhan administrasi di instansi pemerintah, perjalanannya ke suatu tempat, hingga pengalamannya menjadi seorang ibu dan mengurus anak. Ya, memulai dari sesuatu yang  ringan kemudian berbobot mejadi sebuah karya.

Namun tidak sedikit rintangan yang harus dihadapi. Salah satunya  cemohan orang di sekitarnya. Seperti ada yang menganggap menulis pekerjaan orang yang nganggur. Namun pendapat itu tak membuatnya patah semangat. Sebaliknya makin kreatif.

“Dari situlah saya ingin lebih melakukan sosialisasi lagi bahwa menulis itu menyenangkan. Siapa pun bisa kalau mau. Kalau toh bukan untuk tujuan komersial, setidaknya menulis bisa sebagai teman perjalanan hidup,” kata alumnus Universitas Brawijaya (UB) ini. 

“Melalui tulisan saya membayangkan cucu dan cicit saya kelak bisa mengenal saya dengan dekat. Walau mungkin secara fisik enggak bisa,  tapi membaca tulisan-tulisan saya setidaknya membuat mereka mengenal saya,” terang Miyosi.

Istri Ryan Ariefiansyah ini masih ingat karya pertama yang berhasil cetak adalah antologi 24 Jam bersama Forum Lingkar Pena. Sedangkan buku anak yang paling menarik yang pernah ditulis berjudul “Sportif”.

Ia menjelaskan kenapa  suka buku tersebut. Karena di dalamnya berisi tentang ajakan kepada anak-anak untuk sportif sejak dini. “Simpelnya mengakui kehebatan orang lain, mau belajar untuk lebih baik. Itu yang harus kita tanamkan pada anak-anak usia dini,” imbuhnya.

Bagi ibu satu anak ini, menulis juga cara lain untuk mengamalkan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah. Miyosi tidak pernah merasa predikat cumlaude saat lulus kuliah sia-sia karena ia bisa mengaplikasikannya lewat tulisan. Hingga saat ini, ratusan artikel ekonomi dan akuntansi sudah ia hasilkan. Enam buku bertema sama ia terbitkan bersama suami yang sama-sama alumnus Akuntansi UB. 

Di sisi lain, dengan menulis menjadi salah satu sumber pendapatan Miyosi. Selain itu mendapat pengalaman dan teman baru. Dua hal terakhir adalah pengalaman yang tak ternilai harganya.

Sedangkan teknis penulisan, untuk satu buku bisa seminggu hingga dua minggu. Itu bisa dibilang cepat. Yang lama proses pengumpulan datanya. Proses pengumpulan data bahkan bisa berbulan-bulan, bahkan tahun. Karena sumber literatur sangat beragam. Mulai dari buku, wawancara ahli, pengamatan dan pengalaman.

“Saya tidak mau hanya sekadar menulis. Proses pengumpulan data bisa berbulan-bulan bahkan tahun. Agar apa yang saya kerjakan tak sekadar merangkai kata menjadi kalimat. Namun memiliki pesan dan bermanfaat bagi pembaca,” katanya.

Memang benar dengan karya yang memiliki bobot, ia tak perlu susah payah menerbitkan buku. Sejauh ini buku-buku karyanya lebih banyak diterbitkan penerbit mayor sepeti Gramedia. Sehingga tidak mengeluarkan biaya.

“Tapi yang jelas tujuannya saya menulis karena ingin “ngeracun” orang-orang bahwa menulis itu jelas ada gunanya, mudah, membentuk peradaban bangsa. Terakhir siapa pun bisa menulis,” paparnya.

Setiap karya memiliki cerita serunya masing-masing. “Namun kalau boleh saya bilang, buku-buku yang paling berkesan ada enam buku solo genre traveling yang terbit tahun 2021. Buku-buku tersebut menceritakan hal-hal yang saya alami di perantauan,” ungkapnya.

Beberapa buku tersebut menceritakan tentang dirinya setelah menikah, hidupnya berpindah-pindah mengikuti suami bertugas ke beberapa daerah seperti Bekasi, Lampung, Balikpapan, Tsukuba di Jepang  dan saat ini Manado.

“Bersyukur, cerita-cerita seru dari masing-masing tempat singgah saya  tersebut bisa  diabadikan dalam tulisan. Berharap, tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga orang lain (pembaca),” harapnya.

Melalui tangan dingin Miyosi, berapa buku telah diterbitkan. Untuk buku yang ditulis baik solo maupun duo sebanyak 50 buku. Kemudian antologi 16 karya. Selain itu juga mencicipi profesi di dunia literasi seperti menulis konten atau content writer hingga editor lepas. (kerisdianto/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img