spot_img
Saturday, May 11, 2024
spot_img

Berdayakan Tetangga, Karyanya Bisa untuk Bermain Peran

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nani Eviati Sukadi, Konsultan Arsitek Banting Setir Jadi Perajin Boneka Karakter

Warga Jalan Sudarno Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu Kota Batu, pengrajin boneka  yang karyanya diminati masyarakat mancanegara. Ia juga mengajari anak disabilitas mengasah keterampilan membuat produk hand craft.

=========

MALANG POSCO MEDIA – Deretan boneka cantik terpajang rapi di atas lemari di ruang berukuran 3×7 meter. Boneka-boneka itu dikenakan aksesoris berbagai model.

“Ini tempat ibu-ibu bekerja untuk membuat boneka dengan menjahit. Ibu-ibu yang saya pekerjakan dari warga sekitar sini. Tapi ini ruangan belum dirapikan, ya. Masih berantakan,” ujar Evi saat Malang Posco Media ke rumahnya di Jalan Sudarno Nomor 10 Kelurahan Ngaglik Kecamatan/Kota Batu, Rabu (18/1) lalu.

Di rumah itulah Evi memproduksi boneka vakikus yang dibantu oleh empat ibu  yang dikenali saat menjemput dan mengantar anak sekolah. Satu ruang rumah lainnya berukruan 5 x 5 meter dijadikan tempat workshop.

“Istilah boneka vakikus  untuk brand. Karena dulu anak saya suka boneka yang terlihat anggun sekali,” ceritanya.

Usaha kerajinan tangan atau hand craft miliknya mulai dirintis sejak tahun 2017.  Saat itu, Evi menjadi seorang konsultan enginering bidang arsitek di suatu perusahaan yang ada di Surabaya sejak tahun 2014.

Kemudian ia banting setir ke kerajinan hand craft sejak tahun 2017. Dia menekuninya hingga saat ini. Hal ini bukan tanpa alasan. Saat itu, lanjut Evi, putrinya masih kecil ditinggal penuh waktu ke kantor. Sebenarnya Evi memperkerjakan seorang untuk menjaga. Namun, pembantu tersebut sering kali meninggalkan putrinya.

“Pembantu juga mencari kerjaan sampingan di tetangga lain di sekitar. Akhirnya kalau ditinggal, anak-anak saya kenapa-kenapa kan. Jadi yang mendorong saya memang anak yang masih kecil. Akhirnya saya memutuskan untuk menekuni hand craft di rumah,” cerita ibu tiga anak tersebut.

Pada saat awal-awal, Evi hanya menjual karyanya bila ada kegiatan atau acara seperti pameran. Seiring berjalannya waktu dan masifnya penggunaan internet, ia memanfakan untuk memasarkan produknya melalui media sosial (medsos), terutama Instagram. Dari sini mulai banyak yang tertarik dengan boneka yang dibuat Evi.

“Pernah ke Australia, Singapura, Malaysia, dan Canada,” ujarnya. Boneka dibuat dengan berbagai karakter. Mulai dari dokter, professor, dan astronot.

Ia pun menerima pembuatan boneka karakter sesuai keinginan pemesan. Karakter inilah yang menjadi ciri khas produk hand craft milik perempuan usia 53 tahun itu. 

Boneka yang dibuat berbentuk laki-laki dinamai Hansamu, biasanya dipasangi dengan aksesoris berkacamata. Sedangkan yang perempuan terkadang dibuatnya berponi. Beberapa waktu lalu, Evi mendapat pesanan seseorang dari Bali untuk mengenang anggota keluarga pemesan yang meninggal. “Anaknya orang (pemesan) dari Bali meninggal, terus pingin mirip anaknya. Pihak keluarga pingin dibuatin sesuai karakter anaknya untuk selalu mengenang,” ceritanya.

Ukuran boneka yang dibuat Evi tiga ukuran, ada 23 centimeter (cm), 33 cm, dan 50 cm. Dipatok harga Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu per boneka. Satu customer bisa membeli sampai tiga boneka dari luar negeri. Pengiriman barang menggunakan kantor pos. Namun, biasanya yang banyak itu dari dalam negeri dari sekolahan terutama saat perayaan wisuda.

“Boneka bisa dijadikan bermain peran dengan berbagai karakter. Karena bisa dimodeli busana seperti dokter, professor, dan astronot bisa juga busana wisudawan. Karena banyak juga pemesan dari sekolah untuk diberikan kepada yang melaksanakan wisuda,” urai mantan dosen UPN Veteran Surabaya yang mengajar sejak tahun 1994-2000 tersebut.

“Satu kelas 40 anak atau satu sekolah 80 anak. Modelnya sesuaikan anaknya. Yang cowok pakai kacamata, rambutnya panjang atau pakai poni atau krudungan untuk yang perempuan. Pesanannya banyak sampai pernah 80 biji,” sambungnya.

Per hari Evi dapat membuat tujuh hingga 10 boneka dibantu empat ibu-ibu pekerja. Ada yang membuat badan, baju, dan aksesoris. Hingga kini setiap bulan ia selalu menerima pesanan. Yang terbaru, mahasiswa dari Jakarta jurusan animasi untuk tugas akhir memesan boneka. Mahasiswa tersebut memesan tiga karakter.

“Alhamdulillah setiap bulan selalu ada. Omzet sekitar Rp 10 sampai 15 juta per bulan,” beber Evi.

Tak hanya memperkerjakan warga sekitar seperti ibu-ibu, Evi dengan keterampilannya juga mengajari anak disabilitas di Sekolah Luar Biasa (SLB) Eka Mandiri Kota Batu untuk membuat kerajinan hand craft, boneka maupun aksesorisnya. Ia mengajar di sana sejak lima tahun yang lalu. Jadwal mengajarnya setiap hari Rabu dalam seminggu.

Dalam pelatihan yang dilakukan kepada anak SLB yang berusia 12 hingga 17 tahun, Evi dibantu oleh para guru untuk memudahkan komunikasi. Hingga saat ini, sudah empat anak yang terampil membuat boneka. Empat anak tersebut kemudian diberikan bonus.

“Saya datang mengajari anak-anak keterampilan kerajinan tangan macem-macem. Setelah pintar mereka memproduksi. Jadi kalau sudah jadi prduknya saya bayar,” lanjutnya sembari mengatakan, selain akademik, anak- anak SLB Eka Mandiri memang diberikan keterampilan sesuai dengan kesukaan atau kemauan mereka masing-masing. Bahkan sekarang, ecoprint dan sablon mereka sudah sudah punya usaha.

Evi menambahkan, bekerja di bidang kreatif di era saat ini membutuhkan sinergi. Pun selama ada keterampilan bekerja di manapun bisa dilakukan. “Kalau kita memberikan keterampilan, dia selama hidupnya bisa pakai untuk hidup. Kalau makan dan uang, ya habis ya sudah. Kalau kita beri kail, dia bisa memanfaatkan itu,” tutupnya. (den/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img