spot_img
Thursday, April 25, 2024
spot_img

BERGURU TELADAN PADA ULAMA, HARLAH 1 ABAD NU

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Menurut data yang dirilis oleh World Population review, hari ini Islam merupakan agama terbesar kedua di dunia, jumlahnya 1,9 miliar yang tersebar di seluruh dunia dengan populasi terbanyak berada di Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Barat dan Afrika Utara.    Faktanya, dari data yang sama menunjukkan bahwa dari 1,9 miliar umat Islam yang ada di dunia hari ini, mayoritasnya ada di Indonesia, 84 persen penduduk Indonesia adalah penganut Islam yang jumlahnya kurang lebih 229 Juta jiwa.

          Di satu sisi, dunia hari ini juga dihadapkan pada sebuah fakta bahwa angka “fertility rate” di dunia kecenderungannya menurun. Menurut data yang dirilis oleh United Nation, sejak tahun 1990 hingga saat ini fertility rate dunia memiliki kecenderungan menurun, bahkan diprediksi pada tahun 2045 hingga 2100 jumlah perempuan yang melahirkan anak akan semakin berkurang, bahkan angkanya di bawah 2. Artinya rata-rata pasangan suami istri hanya akan memiliki anak 1 atau 2.

          Menariknya, di negara-negara yang mayoritas populasinya muslim kondisi paradox justru terjadi, “fertility rate” nya justru naik. Sebut saja misalkan Pakistan, Nigeria, Afghanistan, Sudan dan negara mayoritas muslim lainnya. Negara-negara tersebut justru fertility ratenya di atas 5 bahkan 7. Artinya satu pasangan melahirkan anak 5 sampai 7 orang. 

          Diprediksi pada 10 hingga 50 tahun mendatang negara-negara mayoritas muslim ini justru akan menjadi negara yang mengalami “boom population.” Mereka akan berkelimpahan Sumber Daya Manusia, di tengah negara-negara lain mengalami penurunan jumlah penduduknya termasuk Indonesia.

          Berbicara populasi muslim dunia dan Indonesia, maka tidak terlepas dari ormas Islam yang lahir di Indonesia 1 abad yang lalu. 16 Rajab 1444 merupakan peringatan 100 tahun berdirinya ormas Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh Ulama pejuang kharismatik KH. Hasyim Asyari, KH. Abdul Wahab Hasbullah, dan KH. Bisri Syansuri di Jawa Timur.

          Organisasi yang didirikan sebagai respon dari runtuhnya kekhalifahan Islam Turki Usmany dan mulai masuknya berbagai aliran Islam modernis ini, membawa semangat untuk menjaga ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja).

          100 tahun perjalanan NU di Indonesia tidak terlepas dari warna perjuangan yang menyertai. NU menjadi ormas yang turut memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, dan bahkan bukan hanya perjuangan kemerdekaan, pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia NU juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam mengisi kemerdekaan.

          Maka layak jika hari ini Nahdlatul Ulama (NU) menjadi ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan mungkin dunia karena peran, kontribusi dan pengaruhnya yang tidak diragukan lagi bagi umat Islam dan negara.

          Bahkan hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada Februari 2019 lalu, menunjukkan bahwa NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Pasalnya, hasil survei tersebut menetapkan ormas Nahdlatul Ulama (NU) pada posisi teratas dengan jumlah persentase 49,5 persen.

          Survei yang melibatkan sebanyak 1.200 responden ini dilakukan melalui wawancara secara langsung yang dipilih menggunakan multistage random sampling. Dari total responden, komposisi pemilih Muslim sebesar 87,8 persen, sedangkan pemilih minoritas 12,2 persen. Sedangkan margin of error atau tingkat kesalahan survei ini berjumlah pada kisaran 2,9 persen.

          Survei LSI ini membuktikan bahwa, saat ini NU bukan hanya sebagai pemilik ormas terbesar dalam skala nasional saja, namun juga membuktikan bahwa NU adalah ormas terbesar di dunia. Jika saat ini total seluruh penduduk Indonesia berjumlah kurang lebih 250 juta penduduk dengan jumlah penduduk muslim yang berkisar 87 persen, maka NU dengan persentase 49,5 persen yang dimiliki, memiliki basis massa yang berjumlah kurang lebih 108 juta orang.

          Tentu ini tidak terlepas dari perjuangan para kiai yang telah menjadi motor penggerak awal lahirnya organisasi NU ini. Tiga kiai yang di masa-masa awal tersebut yaitu Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, Kiai Abdul Wahab Hasbullah, dan Kiai Bisri Syansuri. Dan ketika kita mempelajari dengan mendalam tentang sosok ketiga kiai founding Father Organisasi NU ini, tentu kita akan mendapatkan banyak pelajaran akan fitur-fitur tulen seorang ulama dan pejuang.

          Beliau bertiga, founder sekaligus pimpinan tertinggi NU tiga periode berturut-turut ini telah menunjukkan sebuah model kepemimpinan Ulama dengan persiapan terbaiknya, yakni Well Led, Well Trained, Well Managed, Well Prepared, Well Organized, Well Ecosystem.

          Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia tentu memiliki tanggungjawab besar untuk mewarnai dan mendorong lahirnya tatanan masyarakat yang berdaulat dan pemerintahan yang berintegritas. Mayoritas pendudukan Indonesia yang beragama Islam, mayoritas juga mereka adalah bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama.

          Prediksi “fertility rate” di Indonesia yang kecederungannya mengikuti trend mayoritas negara-negara muslim lainnya merupakan peluang sekaligus tantangan tersendiri. Ledakan jumlah penduduk muslim selayaknya diikuti dengan meningkatnya kualitas dan daya saing dengan negara lain.

          Berguru teladan pada ulama adalah kunci untuk mewujudkan kegemilangan dan keluhuran perjuangan sebagaimana yang dilakukan oleh pendiri ormas terbesar ini. Kegigihan, ketulusan, keikhlasan dan kelurusan niat yang dimiliki untuk menghubungkan, menyatukan, menumbuhkan, membangkitkan dan membangun bangsa dan agama sejak satu abad yang lalu merupakan potret, bahwa membawa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan berdaya saing bukanlah perkara yang mustahil.

          Peran serta NU untuk melahirkan generasi yang berdaya saing dan maju merupakan jawaban atas situasi yang sekarang terjadi. Kehidupan dunia yang terus berubah, tantangan persaingan yang semakin rumit dan ancaman dekadensi moral anak bangsa yang menghantui merupakan tantangan NU sebagai ormas terbesar di Indonesia untuk menjawabnya dengan melahirkan generasi Islam terbaik dan unggul di era sekarang.

          Dan di usia NU yang 100 tahun ini sangat wajar apabila perubahan fundamental untuk melahirkan generasi gemilang itu bisa diwujudkan dan dilahirkan dari Rahim Nahdlatul Ulama.

          Selamat Harlah 1 abad NU, “Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru.”

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img