.
Monday, December 2, 2024

Berhenti Kerja di Bank, Bermodal Pengalaman Bikin Film Waktu Kuliah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Wahyu Taufani Prialangga, Arek Malang Sutradara MV Artis Papan Atas

Di balik music video (MV) viral milik sejumlah penyanyi di Indonesia, ternyata ada sentuhan tangan ‘Arek Malang’ yang begitu penting. Sebut saja MV milik NOAH Feat BCL,  Mencari Cinta. Itu ada sentuhan karya Wahyu Taufani Prialangga, warga asal Lowokwaru, Kota Malang.

MALANG POSCO MEDIA – Sentuhan karya juga ada MV artis lain. Sebut saja Raisa – Bahasa Kalbu, Lyodra – Pesan Terakhir, Tiara Andini – Bukan Untukku, Slank – Catatan Si Boy, Keisya Levronka – Tak Ingin Usai, JKT 48 – Cakap Digital, hingga Rizky Febian – Luka yang begitu hits.

Wahyu Taufani Prialangga merupakan sutradara di balik deretan MV tersebut. Sedikitnya sudah 150 karya MV yang ia buat sejak berkiprah pada 2020 lalu. Mulai dari artis atau penyanyi lokal hingga penyanyi kenamaan di Indonesia sudah ia bidani pembuatan MV-nya.

“Sebelumnya, saya ini kerja di bank. Semasa kuliah itu kan saya ambil jurusan audio visual, yang notabene menangani film. Tiba-tiba waktu kerja itu ada kangen pengen bikin film video klip (MV). Akhirnya di situlah saya bantu bikin video klip Coldiac di tahun 2019. Ternyata dari video klip itu ‘dinotice’ (menarik perhatian) orang-orang (industri film) Jakarta,” ungkap Angga atau Prialangga, sapaan karibnya mengawali ceritanya kepada Malang Posco Media.

Tidak disangka, hasil MV bersama Coldiac berjudul TARA itu juga mendapatkan penghargaan bergengsi tingkat nasional. Yakni kategori Best Music Video (MV Terbaik) dalam ajang Panasonic Young Filmmaker 2019. Akhirnya, Angga pun ikut jejak Coldiac yang juga merupakan band asal Malang, untuk berkiprah ke jenjang nasional.

Singkat cerita, ia pun memutuskan  meninggalkan pekerjaannya di bank. Lalu  fokus meniti karir sebagai director atau sutradara MV yang profesional sejak tahun 2020. Ia yakin, bekal semasa kuliahnya, atau pengalaman membuat film sejak kuliah menjadi modal utama untuk kiprahnya kedepan.

“Kalau kuliah dulu sebenarnya banyak mengerjakan film pendek. Tapi malah ngga pernah lolos festival. Cuma karena pertemananku dengan band lokal seperti Brigade 07, Christabel Annora, Sal Priadi atau Atlesta, akhirnya sering bikinin video mereka. Ini jadi pengalaman yang berharga,” beber alumnus Ilmu Komunikasi UMM ini

Oleh sebab dirinya telah merasa mantap berkarir sebagai sutradara musik video, ia pun memutuskan untuk bertempat di Jakarta. Namun tiap beberapa kali, dia tetap pulang ke Malang, baik untuk sekadar pulang maupun syuting mengerjakan garapan musik video.

Misalnya, dalam waktu dekat ini, Angga juga akan melakukan syuting bersama Keysa Levronka untuk pembuatan MV salah satu lagunya, serta syuting pembuatan MV dari salah satu eks member JKT48.

“Itu nanti syutingnya di Malang. Jadi sekalian ya pulang menikmati Malang,” tambahnya.

Menurut Angga, selama beberapa tahun bekerja dalam pembuatan MV sejumlah artis nasional, ia merasa sangat menikmatinya. Bahkan, tidak disangka, hampir seluruh artis yang bekerjasama dengannya selalu enak dan asyik saat syuting pembuatan MV-nya. Meski, diakui juga oleh Angga, ia sempat merasa grogi.

“Sebenarnya ‘pressure’ sih awalnya. Kaget karena dari daerah kan, lalu tiba-tiba yang mengerjakan artis dan itu favorit saya. Saya pun merasa ini  kok serasa mimpi jadi nyata. Apalagi dibantu dengan tim yang bagus, walaupun mungkin persiapan lebih pendek, tetap siap. Ya sedikit-sedikit grogi, namanya bareng idola ya pasti grogi awalnya,” kenang pria kelahiran Lamongan ini.

Dikatakan Angga, sebagai seorang sutradara profesional, ia tentu berupaya memberikan yang terbaik terhadap artis atau partnernya. Tidak jarang, Angga juga selalu menawarkan ide dan konsep adegannya sebelum pembuatan MV. Angga mengaku punya gaya sendiri untuk pembuatan adegan-adegannya.

Gaya pembuatan MV Angga inilah yang membuat tiap karyanya penuh dengan ciri khas yang melekat padanya. Tidak heran, kini makin banyak artis yang mempercayakan pembuatan MV-nya kepada tangan dingin Angga.

“Kalau aku sih lebih fokus story telling. Lebih apa yang saya rasa sekarang, yang ada di sekitar atau true story. Jadi sebagai pembuat, itu secara jujur saja. Kalau tidak bisa vulgar, ya adegannya simbolik,” tegasnya.

Meski dirinya kini sudah berkiprah di Jakarta yang  merupakan pusat industri film di Indonesia, Angga tidak begitu saja melupakan rekan sejawat atau seprofesinya di Malang. Ia sering diskusi dan berbagi pengalaman bersama  mereka.

Angga bahkan juga mengajak mereka untuk keluar dari zona nyaman dan berkiprah ke industri yang lebih kompleks. Sebab seperti cara menghandle atau menangani artis nasional saja sudah berbeda dengan artis lokal. Apalagi, banyak peralatan yang lebih mumpuni yang bisa menunjang hasil karya MV.

“Saya juga sering sampaikan ke teman- teman, peluang pembuatan MV ini lebih menjanjikan dibandingkan pembuatan film. Tapi tidak masalah kalau memang tetap di film itu kan tidak bisa dipaksakan. Yang pasti saya selalu pesannya sederhana; tidak ada hal yang tidak mungkin. Harus konsisten dan jangan ada mindset; satu, dua kali gagal sudah selesai. Harus terus berusaha dan mencoba,” pungkasnya. (ian/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img