spot_img
spot_img
Thursday, March 28, 2024
spot_img
spot_img

Berhitung Dampak Arema FC Bubar

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Tekanan bertubi-tubi terhadap Arema FC membuat manajemen klub mengisyaratkan menempuh langkah ekstrem. Eksistensi klub yang selama ini dijaga, bisa saja diakhiri alias bubar. Namun harus ekstra hati-hati, mempertimbangkan berbagai konsekuensinya. (baca grafis)

Hal ini bisa berarti klub dibubarkan apabila tidak mendapatkan titik temu mengatasi krisis yang terjadi pasca-Tragedi Kanjuruhan. Wacana esktrem tersebut keluar dari mulut Komisaris PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI) Tatang Dwi Arifianto menanggapi kondisi yang terjadi pada klub Arema FC. Puncaknya, Minggu (30/1) lalu, kantor tim Singo Edan dan official store, menjadi sasaran aksi Arek Malang.

“Tentu kami merespon atas insiden ini. Direksi dan manajemen berkumpul, membicarakan langkah berikutnya seperti apa,” kata Tatang.

Dia mengakui  sebelum ini sejak pasca-Tragedi Kanjuruhan, pihaknya berusaha menempuh cara untuk memulihkan tim. Hal ini sebagai respon setelah Tragedi Kanjuruhan yang dikatakannya juga ditanggapi dengan maksimal oleh klub.

Upaya yang di tempuh dan dihadapi klub Arema FC setelah Tragedi Kanjuruhan sudah dilakukan. Itu dimulai dengan membuka crisis center untuk membantu penanganan korban, hingga menghadapi proses dan gugatan hukum baik pidana dan perdata.

“Lalu  menjaga eksistensi klub agar tetap menjalani kompetisi meskipun dengan berbagai sanksi dan denda dari federasi, memberikan layanan trauma healing, serta menjaga eksistensi klub agar tetap bertahan. Kami sangat memahami suasana duka yang berkepanjangan, kami akan terus berusaha dan berupaya agar situasi ini kembali normal,” paparnya.

Namun tak sedikit yang menilai upaya tersebut kurang. Termasuk manajemen yang dianggap tidak mendampingi suporter untuk mengusut tragedi tersebut, sekalipun Tatang menyebut bila timnya juga berjuang dengan jalan lainnya.

Protes pun diarahkan ke manajemen klub. Puncaknya pada Minggu, akhir pekan lalu, yang berujung pada wacana bubar dari perwakilan direksi klub tersebut.

“Tapi jika upaya dan itikad dari Arema FC kurang atau dianggap kurang memenuhi banyak pihak serta semakin membuat situasi tidak kondusif, mungkin kami sebagai direksi dan manajemen akan mempertimbangkan  eksistensi klub ini. Kami langsung berkumpul dan berkoordinasi, direksi dan manajemen membicarakan langkah berikutnya,” tambah Tatang.

Arema FC  juga memikirkan banyak orang yang mencari pekerjaan di dunia sepak bola. Seperti UMKM dan pedagang kaki lima dan usaha kecil lainnya.

“Tapi jika dirasa Arema FC ini dianggap mengganggu kondusivitas tentu kami ada pertimbangan sendiri terkait eksistensi Arema FC mau seperti apa. Kami mungkin ada rapat lagi,” jelas dia.

Terkait wacana tersebut, manajemen dipastikan memperhitungkan banyak hal. Tidak sekadar mengakhiri eksistensi, namun kocek yang tak kalah besar ketika membubarkan tim. Mulai dari sanksi mengakhiri kompetisi atau mundur, kompensasi untuk pemain dan official tim hingga sponsor. Baik sponsor pribadi klub maupun sponsor kompetisi.

Sanksi dan denda pada tim yang mundur, tertulis dalam Pasal 7 Regulasi BRI Liga 1 2022/2023. Yakni tentang pengunduran diri setelah kompetisi dimulai. Disebutkan bahwa klub yang mengundurkan diri harus membayar biaya kompensasi terhadap kerugian yang timbul dan dialami oleh klub lainnya, PSSI, LIB, sponsor, televisi, dan pihak terkait lainnya. Adapun nilai kompensasi akan ditetapkan oleh LIB. Selain itu, Arema FC juga diwajibkan membayar denda sebesar Rp 5 miliar karena mundur kompetisi pada putaran kedua terhitung pekan ke-18 sampai ke-34.

“Klub yang mengundurkan diri dihukum denda sebesar Rp. 3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah) apabila mengundurkan diri pada putaran 1 (pekan Pertandingan ke-1 hingga ke-17) dan sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) apabila mengundurkan diri pada putaran 2 (pekan Pertandingan ke-18 hingga ke-34),” bunyi regulasi Pasal 7 ayat 1e.

Arema FC pun diharuskan mengembalikan seluruh kontribusi atau subsidi yang diterima selama pelaksanaan Liga 1. Untuk subsidi klub saja, dalam satu musim kompetisi bila berkaca musim 2020 sebelum pandemi Covid-19 sebesar Rp 5,2 miliar.

Kemudian sanksi yang diterima bagi tim yang mengundurkan diri di tengah kompetisi adalah larangan untuk berpartisipasi dalam Liga 1 untuk 2 musim ke depan. Alhasil, bila Arema FC mengundurkan diri maka mereka harus rela absen dari Liga 1 untuk musim 2024 dan 2025. Tim tetap bisa berkompetisi di bawah naungan PSSI, tetapi untuk level kompetisinya ditentukan oleh PSSI, yaitu bisa bermain di Liga 2 atau bahkan juga diberikan sanksi yang lebih berat di Liga 3.

Arema FC juga akan mendapatkan sanksi tambahan dari komisi disiplin. Untuk sanksinya nanti akan diumumkan setelah pelaporan dan peninjauan oleh komisi disiplin.

Tidak hanya berdampak secara pribadi, bila Arema FC mundur tentunya akan berdampak pada kompetisi. Sebab seluruh hasil pertandingan yang telah dijalankan oleh klub yang mengundurkan diri dibatalkan dan dinyatakan tidak sah.

Semua poin dan gol yang diraih dalam pertandingan-pertandingan tersebut, baik oleh klub tersebut maupun klub lawan, tidak akan dihitung dalam hal menentukan klasemen akhir dan dihilangkan dari Klasemen BRI Liga 1.

Hal ini berarti, tim-tim yang yang sempat bermain imbang atau menang melawan Arema FC poinnya akan ditarik kembali dan berpotensi mengubah susunan klasemen. Begitu juga dengan gol-gol pemain ke gawang Arema FC juga tidak dianggap sah. Penarikan gol-gol ini akan memengaruhi perhitungan top skor di akhir musim nanti.(ley/van/bua)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img