spot_img
Monday, June 9, 2025
spot_img

Berkarya Gunakan Air Belerang, Rangkul Disabilitas

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Inovasi Menghasilkan Goresan Batik dari Kain Sutra

Identitas suatu daerah dapat dieksplorasi ke berbagai karya. Contohnya dalam coretan kain berupa batik. Salah satunya Paulus Andik Dwi Cahyono. Warga Kota Batu ini berinovasi menghasilkan goresan batik dari kain sutra. Menariknya kain sutra tersebut ia produksi sendiri.

MALANG POSCO MEDIA– Didik, sapaan akrab Paulus Andik Dwi Cahyono  mulai memproduksi batik sejak tahun  2017.  Yakni  dengan nama Griya Shiny Kupu Sutra. Seperti namanya, karya tersebut selalu identik dengan kupu-kupu yang memiliki beragam warna cerah.

Namun ada yang berbeda dalam proses pembuatan batik karyanya. Warga Dusun Santrean  Desa Sumberejo  Kecamatan Batu ini menggunakan air belerang dalam proses mewarnai batik.

“Ide menggunakan air belerang karena berpikiran bagaimana caranya agar dapat dan bisa dikatakan benar-benar memiliki ciri khas dari Kota Batu yang tidak ada di tempat lain,” kata Didik kepada Malang Posco Media, Minggu (8/6) kemarin.

Penggunaan air panas belerang ia ambil di bawah Candi Supo yang berlokasi di Songgoriti, Kelurahan Songgokerto.

Dia menjelaskan bahwa air belerang tersebut di pergunakan sebagai bahan campuran pewarna untuk membatik.  Hasilnya setelah dicoba berkali-kali memberikan ciri khas khusus kepada pewarna tersebut.

“Sehingga campuran air yang mengandung belerang atau sulfur memberikan reaksi kepada pewarna,” imbuh pria kelahiran Malang, 4 Agustus 1978 ini.

Tidak hanya untuk pewarna saja, lanjut dia, penggunaan air belerang juga dapat dibuat untuk bahan membuat teknik eco print. Dengan metode pembuatan eco print yang memanfaatkan panas air untuk mengaktifkan pigmen zat warna alami dari daun, bunga, atau bahan alam lainnya agar bisa berpindah ke kain dan membentuk pola.

Caranya kain yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian dikondisikan dengan air belerang untuk meningkatkan kemampuan kain menyerap warna.

“Percobaan menggunakan air belerang ini termasuk masih baru. Tepatnya saya uji coba sejak akhir 2023 lalu. Pada edisi perdana seri Songgoriti saat itu, hasil karyanya di bawa  warga USA yang tidak sengaja berkunjung ke Kota Batu ke tempat kami,” bangganya.

Bahkan  membatik dengan air belerang pernah dipraktikan bersama-sama dengan Balai Diklat Industri Surabaya dan DPR RI. Dimana saat itu ada pelatihan membatik 50 peserta.

Tak hanya membatik, Didik juga budidaya ulat sutra di rumahnya. Untuk sementara bahan baku hasil ulat sutra sebagian ia setor ke Lawang, Kabupaten Malang dan sebagian ia gunakan untuk belajar membuat benang sendiri.

Nama Didik sudah tidak asing bagi komunitas Shining Tuli Kota Batu. Shining Tuli adalah sebuah komunitas penyandang disabilitas tunarungu di Kota Batu yang fokus pada pembuatan batik.

Didik menjadi salah satu orang yang mendampingi dan membimbing Shining Tuli menjadi sebuah komunitas bagi disabilitas yang dapat berkarya dan memiliki manfaat ekonomi.

“Tapi saya melepas temen-temen Shining Tuli sejak tahun 2017. Karena saya menilai  temen-temen telah bisa berjalan dan mempunyai produk sendiri,” ungkapnya.

Meski begitu, ia tak melepas begitu saja. Ia tetap berdampingan dan mendampingi saudara difabel sampai saat ini.

Terbaru Didik, juga mendampingi teman-teman difabel Kota Batu ikut lomba maskot Porprov Jatim IX 2025. Dalam lomba maskot tersebut, rekan-rekan difabel masuk 10 besar.

Kini selain bergelut dengan batik, ia bersama rekan-rekannya tengah berupaya untuk bisa menghadirkan Taman Pendidikan Al-Qur’an bagi tuna netra di Kota Batu. Pasalnya sampai saat ini belum ada Taman Pendidikan Al-Qur’an bagi tuna netra yang telah memiliki 25 anggota.

“Di Batu kan belum ada, tapi yang belajar sudah ada dan sekarang kami berupaya bagaimana caranya di Batu itu menjadi ada wadahnya. Kami berharap pemerintah dan swasta bisa menaungi adanya Taman Pendidikan Al-Qur’an bagi tuna netra di Kota Batu,” harapnya. (eri/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img