.
Friday, November 22, 2024

Berlomba Habiskan Lira, Lalu Jalani Karantina Selama Tiga Hari di Jakarta

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media Full Cover Liga 1 Berlanjut ke Turki (habis)
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tuntas sudah perjalanan wartawan Malang Posco Media Stenly Rehardson dan Arema FC Women ke Turki. Dua pekan di Antalya dan Istanbul, berujung dengan kewajiban menjalani karantina bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang dalam waktu dekat bakal coba dihapus oleh pemerintah.
Usai tiga hari di Istanbul, kami mengakhiri perjalanan di Mall of Istanbul. Pusat perbelanjaan di kawasan Basaksehir, sekitar 30 menit dari Besiktas Inonu Stadium. Di sana, rombongan mendapatkan kesempatan waktu sangat lama, sekitar enam jam untuk shoping atau sekadar cuci mata, sebelum kembali ke Indonesia.
Memang tidak semua mungkin berbelanja. Sebab, beberapa hari di Istanbul yang saya tahu, semua sudah mendapatkan kesempatan untuk berburu makanan khas Turki di kawasan Sultan Ahmet dan Grand Bazaar. Malahan, tak jarang ketika ke Mall of Istanbul, pemain berlomba untuk menghabiskan Turkish Lira.
Ya ketimbang membawa pulang kembali mata uang Turki tersebut kembali ke Indonesia tentunya tak bisa digunakan untuk bertransaksi. Atau menukarkan kembali ke Rupiah, nilainya pasti lebih rendah. Akhirnya, rombongan benar-benar terpisah ketika memasuki mall. Memiliki minat sendiri-sendiri untuk melihat outlet-nya, yang didominasi dengan brand-brand lokal Turki. Mungkin ada beberapa yang brand internasional, seperti Zara, Pull and Bear, Berskha, atau Stradivarius, ada pula LC Waikiki, Aldo, Lacoste hingga Mango.
Di sana, saya tak banyak berminat berbelanja. Kecuali membeli kopi. Pertama Starcbuck yang harganya jauh lebih murah ketimbang di Indonesia. Satu gelas coffee latte ukuran kecil, harganya 23 Turkish Lira. Medium, 27 Turkish Lira. Kalau di Indonesia, minimal Rp 45 ribu. Ukuran medium, di atas Rp 50 ribu.
Selain Starbuck, saya ke Kahveci Dunyasi. Semacam dunia kopi Turki di sana. Salah satu yang teramai, karena selain berjualan kopi juga ada beberapa jenis cokelat yang bisa menjadi oleh-oleh. Waktu yang lumayan lama, saya mencoba ke food court. Dari puluhan outlet, terlihat hanya 2-3 yang berjualan nasi. Jangan ke KFC atau McD, karena dipastikan tak ada menu Panas Special yang berisi nasi dan potongan ayam.
Setelah enam jam perjalanan di Istanbul pun berakhir. Karena selanjutnya kami bersiap ke Bandara Istanbul, persiapan pulang ke Indonesia. Flight kami pukul 02.30 dinihari. Proses check in pun simpel dan cepat. Tak ada pemeriksaan tiket di pintu masuk, apalagi harus check in PeduliLindungi.
Kami hanya menuju counter Turkish Airline, untuk check in dan menyerahkan bagasi. Di counter check in, yang ditanyakan pun cuma paspor dan hasil PCR. Itu pun beberapa tak dilihat, hanya paspor. 26 orang, kira-kira hanya butuh 30 menit. Selesai.
Jam 10.30 malam, sampai jam 2. Lumayan, 3,5 jam kami menunggu flight di Gate D-17. Paling ujung keberangkatan internasional. Setelah masuk pesawat, bersiap-siap bosan selama 12 jam untuk balik ke Indonesia.
Nah, ketika ke Indonesia, maka kami sudah bersiap karantina. Di pintu kedatangan, sudah mendapatkan penjagaan berlapis. Harus lapor ke bagian pertama, menyerahkan tiket dan hasil PCR di Turki. Mendapat kupon, berlanjut antre ke bagian kedua. Verifikasi PCR, vaksin dan mendapatkan kupon PCR di Bandara Soekarno Hatta. Setelah itu, antre lagi untuk PCR.
Belum selesai. Masih antre lagi di Imigrasi. Finish, tentu belum. Karena untuk keluar bandara, kami dipanggil satu-satu. Itu pun belum sampai pintu keluar. Masih di ujung, menunggu jemputan dari hotel tempat karantina. Justru proses untuk keluar bandara di sini, prosesnya sekitar 2 jam. Lumayan melelahkan. Belum lagi menunggu jemputan bus menuju karantina.
Di hotel pun, masih harus mengisi data dan menunggu sekitar satu jam. Lagi-lagi dipanggil satu-satu, untuk memakai gelang tanda ‘pasien karantina’ baru bisa masuk ke kamar. Nyaris tengah malam.
Beruntung, masa karantina kami lebih cepat. Ketika kami sampai di Indonesia, baru saja muncul peraturan tentang kewajiban PPLN untuk karantina hanya tiga hari saja. Meski belum vaksin booster. Padahal, kami sudah bersiap lima hari.
Dan benar, selama karantina tak bisa kemana-mana. Hanya di dalam kamar. Keluar pun hanya bisa di lantai yang sama. “Kalau mau makanan atau order makanan online, nanti kami yang antarkan ke depan kamar,” tutur petugas Amaris Hotel Mangga Besar, tempat tim Arema FC Women dikarantina.
Mereka pun mewanti-wanti untuk tidak keluar, apalagi kabur. Sebagai jaminan, paspor kami ditahan pihak hotel dan baru diserahkan begitu masa karantina selesai. Sebelum lulus dari karantina, pagi harinya kami dipastikan harus sehat terlebih dulu. Menjalani PCR jam 5 pagi, hasilnya keluar jam 3 sore.
Yes lulus. Pikir saya ketika mendapatkan kabar kami bisa keluar karantina sore hari, jam 4 sore dan mendapatkan surat selesai karantina sebagai tanda kami bisa mulai melanjutkan perjalanan berikutnya. (ley)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img