Perjuangan Sivaraja, Owner Amstirdam Coffee di Dunia Kopi
Kecintaan pada kopi membawa Sivaraja menekuni dunia perkopian. Salah satunya ia berhasil mengantongi sertifikasi sebagai juri kompetisi kopi dari World Certiffied Coffee.
MALANG POSCO MEDIA – Bermula ketika Sivaraja kuliah di Australia pada tahun 2000. Kala itu daerah tempat ia tinggal mulai banyak hadir coffee shop dan penikmat kopi. Yang cukup mengagetkan adalah, kopi-kopi yang dinikmati merupakan kopi dari Malang, khususnya dari daerah Dampit.
Dari sana, Siva mulai terketuk untuk menekuni dunia perkopian. Ia bercita-cita mengenalkan kopi Malang, sebagai tanah kelahirannya untuk bisa lebih dikenal di kancah internasional.
“Apa yang terjadi di Malang saat ini adalah gambaran keadaan Australia di tahun 2000-an. Jadi banyak specialty coffee shop yang tumbuh dan berkembang menggunakan berbagai jenis kopi, salah satunya adalah Coffee Java Jampityang mungkin kita kala itu tak pernah dengar dan kurang umum. Itu sangat terkenal di Australia,” jelasnya
Rasa penasaran ingin mencoba kopi tersebut, setelahnya membuat Siva ketagihan dengan cita rasa khas yang dimiliki oleh masing-masing kopi. Akhirnya di tahun 2010 pulang ke Indonesia dan mencoba mencari kopi-kopi yang pernah ia nikmati saat di Australia, namun tidak ketemu.
“Sampai di Malang kok tidak ada yang saya cari, ternyata memang kopi-kopi dari Malang yang gradenya tinggi itu diekspor ke luar. Baru sisa ekspor yang beredar di pasar lokal. Dari sana melihat peluang untuk bisa mengembangkan lagi kopi-kopi premium asal Malang,” papar alumni Teknik Industri UNSW ini.
Keseriusannya dalam dunia kopi mengantarkannya mendapatkan sertifikasi dari World Certified Coffee, yakni suatu organisasi yang memberikan sertifikasi bagi mereka yang paham terkait dunia perkopian. Awalnya hanya penikmat, kini fokus untuk bisa memasarkan dan mengenalkan kopi Malang ke dunia luar sekaligus menjadi Juri Kopi Internasional.
“Awalnya tahun 2016 ikut ujian untuk menjadi Juri Kopi Nasional. Kemudian lulus dan aktif di kegiatan lomba kopi nasional, akhirnya tahun 2018 direkomendasikan untuk daftar juri di tingkat dunia,” ujarnya.
Kini setidaknya dalam satu tahun, ia biasa pergi paling tidak ke tiga negara yang berbeda untuk melakukan penjurian dalam kompetisi kopi tingkat dunia atau World Coffee Championship. Biasanya ketika pulang dari menjuri, ia akan membawa oleh-oleh berupa biji kopi dari negara tersebut.
Bukan hanya sekadar membawa sebagai oleh-oleh, namun Siva juga menelitinya. Jika kopi yang dibawa terasa enak, maka ia akan mencari tahu apa saja faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi cita rasa dari kopi tersebut.
“Begitu juga saya ketika menjadi juri di berbagai negara, pasti akan saya bawa juga dan saya kenalkan kepada para juri di sana. Dan pasti komentar mereka selalu sama, bahwa kopi yang saya bawa ini memiliki potensi untuk dikembangkan kedepannya,” terangnya.
Menurut dia kopi Indonesia unik dibandingkan dengan lainnya. Itu karena dipengaruhi topografi dan juga perlakuan pasca panen dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia. Kopi dari Aceh sampai dengan Papua memiliki karakteristik masing-masing.
“Ada yang cenderung lebih buah-buahan sampai dengan bunga-bungaan itu ada semua. Inilah yang membuat kopi Indonesia ini unik dan peminatnya juga cukup banyak. Karena memang cita rasa ini dipengaruhi oleh banyak faktor, dan kopi ini prosesnya juga cukup panjang kan,” paparnya.
Siva juga telah berkecimpung sebagai juri di berbagai kompetisi kopi, salah satunya pada bulan Juli lalu, ia pergi ke Kopenhagen, Denmark untuk menjadi juri perlombaan Latte Coffee dan Turkish Coffee.
“Kedepannya mungkin targetnya mengangkat kopi-kopi Malang, agar kualitasnya dapat meningkat terus. Suatu saat juga bisa digunakan untuk kompetisi di tingkat nasional bahkan dunia,” tandasnya.(adam malik/van)