Biasanya warung tempat mencari keuntungan. Namun, warung Komunitas Sedekah Subuh ini beda. Bertahan sejak tahun 2016 lalu. Pengurusnya menyediakan makanan gratis di Jalan MT Haryono Kota Malang setiap hari, kecuali Ahad.
=======
Warung makanan itu ukurannya sekitar 3 x 4 meter. Di dalamnya ada kulkas dan wadah makanan untuk prasmanan. Wadah dari stainless steel berjejer di atas meja. Di dalam dan depan warung, kursi plastik tertata rapi sudah disediakan untu Warung itu dinamakan warung gratis Sedekah Subuh. Cikal bakalnya, para anggota belakangan kerap salat subuh berjamaah.
Penggagasnya bernama Teguh Rendra. Pria berusia 47 tahun itu mengelola warung dengan dibantu sedikitnya enam orang. Disebut penggerak sedekah. Mereka ini yang mempersiapkan sajian makanan. Mulai dari membeli keperluan bahan masakan, menyiapkan, memasak hingga menyajikan makanan.
Mulai subuh, Teguh memantau penggerak sedekah mengolah makanan untuk disajikan di warung. Penggerak sedekah sukarela ini memasak di rumah masing-masing. Lalu makanan yang sudah siap dibawa ke warung.
Jenis makanan yang disediakan seperti pada umumnya. Telur, ayam, sayur, nasi, dan lauk pauk lainnya.
“Menu utama kami sediakan seperti, telur, ayam, nasi. Ada juga menu tambahan seperti, jus, buah, dan kopi,” urainya, Rabu (24/5) kemarin.
Sekitar pukul 09:00 WIB, rolling door dibuka. Bertanda warung sudah bisa dikunjungi bagi siapa saja yang membutuhkan. Setiap hari, makanan siap santap itu disediakan minimal 200 porsi. Sejauh ini biasanya masyarakat tercukupi. Setelah makan bisa langsung pulang. Tanpa membayar sepersen pun.
Warung Komunitas Sedekah Subuh dioperasikan berawal dari sebuah hutang. Saat itu, Teguh yang menjadi pengurus di Komunitas Anti Riba. Banyak menemukan anggotanya, terhimpit hutang di lembaga pemberi peminjam. Dia meyakini bahwa, sedekah sebagai cara untuk mencari jalan keluar mengurangi dan melepas beban hutang anggotanya.
Pria asal Dinoyo Lowokwaru Kota Malang itu, kemudian menggagas konsep untuk memberi sedekah. Teguh mengajak anggotanya membuka warung sedekah, menyediakan makanan untuk masyarakat, terutama yang kurang mampu. Komunitas Anti Riba juga beralih menjadi Komunitas Sedekah Subuh dan memiliki warung prasmanan gratis bagi masyarakat yang membutuhkan.
“Makanan di warung ini memang untuk masyarakat yang merasa kurang mampu,” tutur Teguh. “Dulunya pegiat Komunitas Anti Riba banyak yang terkena hutang riba. Kami yakin, melalui sedekah ini dapat memperbaiki kami, disaat kami susah,” sambungnya.
Komunitas warung sedekah itu didirikan tahun 2016. Warung sedekah beberapa kali pindah lokasi. Kini warung makanan gratis itu berada di Jalan MT Haryono Kelurahan Dinoyo Lowokwaru Kota Malang. Sudah 1,5 tahun beroperasi. Setiap hari. Kecuali hari Ahad, warung itu libur. Sebelum jam 12:00 WIB, biasanya makanan sudah ludes. Betapa senangnya Teguh, melihat makanan itu habis.
Alhamdulilah para donatur semakin banyak menyalurkan donasinya.” Insya Allah kami tambah porsinya,” ucapnya.
Komunitas Sedekah Subuh mendapat penunjang dari para donatur. Baik dalam bentuk bahan mentah maupun dana. Donatur dari individu, asosiasi dan lembaga. Setiap bulan, para pengurus Komunitas Sedekah Subuh telah mengatur penunjang untuk menyediakan makan gratis. Itu dilakukan agar makan gratis untuk masyarakat yang membutuhkan tetap terlaksana.
“Setiap bulan kami mengatur dana dari para donatur. Supaya tetap aman dan kegiatan tetap berlangsung. Karena dari donatur kami kembalikan ke masyarakat yang membutuhkan,” cerita alumnus SMAN 1 Malang tersebut.
Teguh melanjutkan, dana yang dikeluarkan untuk makan gratis tergantung persediaan bahan sesuai kebutuhan dan keperluan. Dia mencontohkan, di saat persediaan bahan mentah dari donatur tercukupi, penggerak Komunitas Sedekah Subuh tidak terlalu mengeluarkan dana yang begitu tinggi. Pun sebaliknya. Saat bahan mentah untuk sajian makanan prasmanan kurang, dana yang dikeluarkan besar.
“Sejauh ini, dana untuk keperluan pernah sampai Rp 3 juta untuk satu hari. Tapi biasanya kurang dari itu. Karena tergantung persediaan bahan untuk kebutuhan,” paparnya.
Warung itu kerap didatangi oleh berbagai latar belakang. Mulai dari juru parkir, pengayuh becak, pengemis, dan beberapa ojek online yang memang membutuhkan. (den/van)