.
Friday, November 22, 2024

Bila Esok Tak Lagi Sama

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Cerpen Oleh Elza Salsabilla

Udara segar serta semilir angin malam, menghidupkan kembali jalanan kota yang baru saja tersapu hujan. Seorang gadis dengan wajah lesu terlihat gusar memandangi handphonenya yang sedari tadi hanya mengeluarkan nada dering.

“Tiiiiiinnn…” bunyi klakson motor yang dikendarai oleh pria bertubuh tegap itu berhasil menarik perhatian Nesa yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya. Samar-samar aroma parfum yang tercium indranya membuat Nesa mengenali pemotor yang menuju tempatnya berdiri. Pria dengan hoodie hitam itu segera membuka helmnya dan memasang senyum jahil.

“Kamu kemana aja sih Ndre, aku sampe badmood nungguin kamu,” ucap Nesa dengan wajah cemberutnya.

“Iyaa maaf, gini nih kalau jomblo akut, dikit dikit bad mood terus. Senyum dong…,” ledek Andre sambil tertawa. Karena gemas, Andre mencubit pipi Nesa dan hal itu membuat Nesa sebal.

“Terusin aja ketawanya sampe pagi, seru yaa ngetawain diri sendiri. Emangnya kamu lupa Ndre, kan kamu juga jomblo, wlee…,” balas Nesa dengan wajah ledeknya.

“iih sok tau kamu!” sahut Andre sambil terus tertawa.

Tak seperti malam biasanya, jalanan terasa lengang. Pepohonan basah serta lampu jalan menjadi teman perjalanan mereka. Andre adalah teman masa kecil Nesa, gadis manis dengan lesung pipitnya. Bermain di sawah, bersepeda mengelilingi kampung, dan serunya permainan tradisional menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Walaupun pertemanan mereka harus berpisah, saat Andre dan keluarganya pindah keluar kota. Tapi takdir punya jalannya sendiri untuk mempertemukan mereka kembali. Persahabatan kadang kala memang bisa melebihi saudara, apalagi ketika hati sudah nyaman saat bersama.

“Nesa,” panggil Andre sambil menoleh ke kanan.

Nesa mendekatkan helmnya ke Andre, gadis itu tau jika sahabatnya ingin menanyakan sesuatu.

“Gimana tadi kuliahnya?” tanya nya basa basi. “Aku perhatiin, dari tadi kamu diem mulu… masih ngambek yaa?”

“Enggak kok, cuma cape aja. Hari ini jadwalku padet banget Ndre… yang presentasi lah, rapat organisasi, belum lagi ngerjain tugas kelompok, Huuff… sampai kapan kaya gini terus.” Keluh Nesa.

“Yaa yang pasti sampai selesai UAS lah,” sahut Andre asal.

“Iihh… nyebelin banget sih kamu Ndre, harusnya aku tuh dihibur apa ditraktir kebab gitu loh biar semangat lagi.” Ucap Nesa sambil memelas kepada Andre.

“Nes, kalau helm kita deketan kaya gini, mirip ceri yaa?” ucap Andre seraya mengganti topik pembicaraan.

“Ceri? Eh iya juga yaa,” jawab Nesa sembari memperhatikan helm merah yang mereka gunakan.

“Lohh kok jadi ceri sih, kamu mau kan beliin aku kebab? Yaa yaa? Hehee”

“Oke okee kita beli kebab,” jawab Andre seraya melajukan motornya lebih cepat.

Setelah mendahului beberapa kendaraan, dan jalanan kembali lengang. Andre kembali memanggil gadis yang diboncengnya.

“Nesa.”

“Hemm.”

“Saa…,” ucapnya lagi.

“Apa sih Ndre?” jawab Nesa kesal.

“Saa… yaang mau beli kebab dimana nih? uppss.”

Sambil melihat wajah Nesa di spion, Andre tak bisa lagi menyembunyikan gelak tawanya.

“Iih kamu apaan sih, nanti kalau aku baper kamu tanggung jawab loh.”

Entah perasaan apa yang telah memenuhi hatinya, seketika pipinya memerah. Karena malu ia langsung memukul pundak Andre sampai berkali-kali.

“Aduhhh… jangan gitu dong Sa, sakit nih.”

Andre yang menyadari tingkah salting sahabatnya itu, tak bisa berhenti tertawa sampai matanya berair.

“Jangan salting gitu dong sayang… hahaha.”

Perjalanan pulang kuliah selalu menjadi saat saat yang menyenangkan, jika kita bersama orang yang tepat. Entah berapa purnama yang telah mereka lewati bersama. Perbincangan hangat, impian, serta keluh kesah membuat mereka semakin dekat.

Kata orang, persahabatan antara laki-laki dan perempuan tak akan bertahan lama jika tidak ada rasa diantara mereka. Namun yang sebenarnya, persahabatan adalah sebuah ketulusan dan kebersamaan yang dirajut menjadi ikatan yang kuat. Namun semua yang ada di dunia ini pada akhirnya akan berubah, saat nyaman dan gelak tawa mengisi ruang ruang hampa, maka akan selalu ada rasa yang lebih dari suka.

Kepulan uap dingin gelato yang baru saja dipesan, berbanding terbalik dengan isi kepala Nesa yang rasanya ingin meledak. Jemarinya berlarian di keyboard seraya membolak-balik lembaran buku bersampul coklat itu.

“Nes, udah dulu ngerjain tugasnya.”

Ucap Grace sambil meletakkan satu bowl gelato macha kesukaan Nesa.

“Bentar Grace, nanggung nih…”

“Kalau gitu…,”

Tangan Grace mendekati gelato Nesa dan hendak menyendok bagian atasnya.

“Eh ehh Gracee… jangan usil deh, kan kamu tau gelato nya belum aku foto.” Nesa langsung menghentikan ulah temannya itu.

“Nah gitu dong, gelato nya diperhatiin.”

“Ihh kamu sengaja kan? Graceee sini deh, tanganku gemes banget pengen nyendok punyamu.”

Grace langsung menyelamatkan gelato fanilanya dari tangan Nesa. Lalu mereka tertawa bersama.

Semangkuk gelato dengan toping yang kelewat manis, merupakan surga ditengah teriknya matahari. Seketika kedai penuh sesak dengan pelanggan yang ingin meredakan dahaga. Anak kecil hingga orang dewasa terlihat sangat menikmati gelato dingin di mulut mereka masing-masing.

Suara riuh pelanggan serta alunan musik akustik menjadikan tempat ini lebih hidup. Memang tak salah jika Grace dan Nesa, memilih kedai ini sebagai tempat favorit mereka untuk sekedar bercengkrama.

“Eh bukannya itu Andre yaa?” Ucap Grace tiba-tiba sambil melihat ke tempat pemesanan kedai gelato.

“Oh yaa? mana?” mata Nesa langsung tertuju pada sosok pria dengan penampilan casual yang sedang membawa dua bowl gelato. Meskipun wajahnya tidak terlihat dengan jelas, namun saat Nesa memperhatikan Gaya rambut, dan jam tangan kulit yang melingkar di tangan kanannya, gadis itu semakin yakin jika itu Andre, Nesa tak mungkin salah mengenali sahabatnya sendiri.

Netra Nesa mengekori punggung Andre yang sedang berjalan menuju sebuah meja di area outdoor. Nampak ada seorang gadis yang duduk dihadapannya, mereka terlihat akrab. Dan saat Andre menyuapkan sesendok gelato ke mulut gadis itu, Nesa langsung memalingkan pandangannya. Pikirannya penuh dengan segala prasangka, hatinya terasa sesak melihat kebersamaan sahabatnya dengan gadis lain. Mungkinkah ini rasa cemburu?

“Loh, Andre punya pacar Nes?” tanya Grace sambil terus mengamati kebersamaan Andre dengan gadis itu.

“Nggak tau Grace, Dia nggak pernah cerita kalau dia udah punya pacar. Tapi akhir-akhir ini dia emang jarang nganterin aku pulang, katanya sih lagi banyak kerjaan.” Jawab Nesa terus terang.

“Owhh gitu, tapi kalian kan sahabatan, aku kira Andre cerita ke kamu.”

“Dia emang tertutup kalau tentang kehidupan pribadinya, dulu aku pernah nanya, tapi dia nggak pernah ngasih tau.”

Entah kenapa setelah menyaksikan kejadian itu, hati Nesa menjadi tak tenang. Nesa tak mampu menyembunyikan yang ia rasakan, Nesa tak tahu bahwa hatinya akan selemah ini. Bayangan saat Andre menyuapkan sesendok gelato ke mulut gadis itu, seketika menghancurkan segala angan yang Nesa impikan bersama Andre. Sahabat yang telah mewarnai hidupnya disaat semua terasa kelam.

“Kamu benar Ndre, kita memang seperti ceri. Dua ceri yang saling berdekatan, tapi tangkai kita tak di tempat yang sama.” Ucap Nesa lirih sembari menulis sesuatu di note book miliknya.

bila esok kau tertawa lepas

entah dengan siapa,

ketahuilah aku orang pertama yang paling merasa lega.

bila esok kau digenggam erat

entah dengan siapa,

ketahuilah tanganku menjadi raga

yang pertama ikhlas mendengarnya.

dan bila esok kau tlah bersamanya,

ingatlah hatiku adalah tempat pertama

yang diguyur hujan tak henti-hentinya.

– dari aku yang tak mampu berpura pura. (*/cerpenmu/bua)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img