MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Universitas Wisnuwardhana Malang (Unidha) kembali mengadakan Bincang Santai. Temanya, Peran Shadow Dalam Membentuk Karakter Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Kegiatan ini dilaksanakan secara luring pekan lalu.
Menghadirkan Maria Yosepha, S.Psi sebagai narasumber. Ia merupakan pakar terapis ABK lembaga psikologi terapan Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang. Acara dipandu oleh moderator, Alfredo Putut Prahoro.
Maria mengatakan bahwa peran shadow dan guru pendamping khusus (GPK) berbeda. GPK memiliki tujuan sebagai konsultan pembelajaran ABK di lingkungan lembaga pendidikan inklusif. Kemudian, GPK merupakan penghubung antara orang tua dan guru kelas baik dalam pembelajaran mau di luar pembelajaran.
Sedangkan shadow sendiri adalah pendamping utama untuk anak berkebutuhan khusus di dalam ruang lingkup kelas. Serta membentuk kemandirian ABK dalam beradaptasi di lingkungan sekitar.
“Kalau shadow nanti membantu guru utama untuk mengarahkan dan membimbing ABK agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik di kelas. Tugas utama shadow itu membentuk kemandirian ABK,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwasannya ABK yang masuk ke dalam kelas reguler harus memiliki shadow. Sebab, pada saat mengikuti pembelajaran di kelas, seringkali ABK mengalami hambatan. Seperti komunikasi dan beradaptasi. Contohnya, saat ABK mengalami tantrum disitulah peran shadow dilaksanakan.
Dengan adanya shadow dapat membantu ABK dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru kelas. Apabila ABK masih tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, maka akan ditempatkan di kelas khusus inklusif.
“Jadi dapat dikatakan shadow itu memiliki peran dalam lingkaran perkembangan ABK. Bahkan, shadow sendiri harus mengikuti latihan khusus sebelum menangani ABK,” lanjutnya.
Dikatakan oleh Maria, bahwa belum ada pelatihan khusus untuk shadow secara umum. Namun, baru-baru ini Unidha menggelar pelatihan khusus untuk relawan yang ingin menjadi shadow.
“Beberapa waktu lalu kami mengadakan pelatihan shadow. Sehingga mereka tahu bagaimana caranya menghadapi ABK. Karena sejatinya, shadow harus memahami karakteristik ABK,” sambungnya.
Namun, selama pelatihan masih dikatakan belum terealisasikan. Penyebabnya, karena beberapa peserta shadow kurang bersabar dan tidak telaten. Padahal, karakteristik ABK berbeda-beda. Serta emosional yang berbeda.
Adapun trik khusus dalam melatih shadow, diantaranya pelatihan khusus selama enam bulan dan praktek lapangan. Masing-masing shadow akan menangani satu ABK. Sebab, shadow berbeda dengan GPK.
“Shadow dan GPK memiliki skill berbeda. Mulai dari pelayanan. Kalau shadow lebih ke mengimplementasikan, sedangkan GPK hanya menyampaikan secara teori saja,” ungkapnya.
Beberapa kualifikasi sebagai shadow meliputi, mengenal karakteristik ABK, memahami dasar ABK, sabar, menyukai anak-anak, berkompeten dalam membimbing ABK, tanggung jawab, jujur, serta ingin bekerja sama dalam tim.
“Shadow harus bisa bersifat terbuka terhadap saran yang diperoleh,” ucapnya.
Bincang santai yang diadakan Unidha merupakan kegiatan rutin setiap bulannya. Tujuannya memberikan ilmu yang disampaikan langsung oleh pemateri yang kompeten dan ahli dalam bidangnya. (mda/imm)