Lulusan sekolah menengah kejuruhan semakin mempunyai banyak pilihan, itulah mengapa akhir-akhir ini SMK semakin diminati masyarakat, khususnya siswa. Hal tersebut dikarenakan sekolah kejuruhan melahirkan dan mencetak generasi yang kompeten dan profesional serta siap kerja. Sehingga masyarakat dengan alasan-alasan tersendiri memilih SMK sebagai tempat untuk anak-anak mereka.
Sekolah kejuruhan seolah menjawab permasalahan yang dihadapi oleh para orang tua. Masyarakat sebagian menginginkan setelah menempuh pendidikan menengah anak-anak dapat mandiri dan memiliki kompetensi yang bisa untuk mencari pekerjaan ataupun menjadi wirausahawan.
Sebagian lagi ada orang tua yang menginginkan mereka memiliki dasar keahlian yang ke depannya bisa dipertajam di bangku kuliah. Dan semua itu bisa diwujudkan melalui sekolah kejuruhan, untuk itu perlu kerja nyata dari semua warga dan pemangku pendidikan.
Setiap lulusan sekolah kejuruhan akan dibekali ilmu untuk mempersiapkan kelanjutan dan aplikasi dari hasil belajarnya. Kerja keras dari kepala sekolah dan guru haruslah berorientasi pada kebutuhan siswa atau calon lulusan. Tuntutan dari lulusan yang sering diistilahkan dengan BMW.
“Istilah BMW adalah singkatan dari Bekerja, Melanjutkan Pendidikan dan Wirausaha. Ketiga pilihan tersebut tentunya memiliki risiko dan tantangan masing-masing. Untuk itu, SMK berkewajiban untuk mendidik, melatih, menempa siswa siswinya agar memiliki keterampilan/ skil untuk siap Bekerja, Melanjut atau berwirausaha,” kata Ervawi kepada rri.co.id, Senin (16/1/2023).
Juga menurut Rofiq Ali Muhsin dalam artikelnya yang berjudul “Memajukan SMK dengan BMW” di website Gurusiana.id menjelaskan jenjang SMK lulusan yang dihasilkan orientasinya adalah Bekerja, Melanjutkan dan Wirausaha (BMW).”
Dari hal tersebut maka memicu semua pemangku pendidikan bergerak dan berlomba untuk memperbarui proses belajar mengajar baik strategi maupun model pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan pun sangat dipengaruhi oleh perubahan teknologi penerapan strategi maupun model pembelajaran haruslah sesuai perkembangan zaman.
Proses dan tujuan pembelajaran haruslah yang bermakna dan mampu mengakomodir kebutuhan calon lulusan dan kebutuhan masyarakat. Akhir-akhir ini pembelajaran berdiferensiasi menjadi primadona dan terus diterapkan. Diyakini pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengatasi permasalahan atas perubahan-perubahan yang terus terjadi. Pembelajaran berdiferensiasi diterapkan baik dari segi konten, proses maupun produk.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Pembelajaran berdiferensiasi awalnya dikenalkan oleh (Carol AnnTomlinson & Moon, 2014); (Carol Ann Tomlinson, 1999) yang menyatakan pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir, melayani, dan mengakui keberagaman siswa dalam belajar sesuai dengan kesiapan, minat, dan preferensi belajar siswa.
Di sekolah menengah kejuruan atau SMK diferensiasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan murid yang berorientasi pada 3 hal yaitu dikenal dengan istilah BMW (Bekerja, Melanjutkan, Wirausaha).
B yaitu bekerja
Pada kelompok ini beranggotakan siswa yang setelah lulus sekolah sudah mempunyai rencana untuk bekerja. Untuk itu maka pembelajaran untuk kelompok ini lebih banyak dilakukan di Dunia Industri. Mengaplikasikan kompetensi yang dimiliki di dunia industri.
Pihak sekolah bekerjasama dengan Dunia Industri sebagai tempat belajar. Murid ditempatkan di industri sesuai jurusan masing-masing. Misal jurusan Tata Kecantikan para siswa akan lebih banyak belajar di Industri Kecantikan.
Untuk jurusan perhotelan mereka akan belajar di hotel begitu juga jurusan lainnya akan disesuaikan dengan industri yang relevan dengan jurusannya. Harapannya setelah lulus mereka akan langsung terserap dan diterima bekerja di industri yang ditempati.
Sebagai pendidikan menengah kejuruan, SMK sejak awal memang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didiknya agar dapat langsung masuk ke dunia kerja setelah menamatkan pendidikan. Apalagi, sertifikat kompetensi yang dimiliki para lulusannya, serta pengalaman selama praktik kerja industri (prakerin) tentu bisa menjadi modal untuk melamar pekerjaan.
M yaitu melanjutkan
Dalam kelompok ini beranggotakan siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya. Pada kelompok ini siswa yang ingin melanjutkan pendidikan akan diarahkan dan dibimbing untuk dapat masuk ke Perguruan Tinggi yang diinginkan sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Pilihan melanjutkan kuliah tidak hanya bisa dilakukan oleh lulusan SMA/MA, melainkan lulusan SMK juga bisa.
Pilihan untuk melanjutkan studi juga sama ragamnya. Artinya, tidak ke akademi atau politeknik saja, tetapi bisa juga ke universitas. Sehingga dalam kelas melanjutkan siswa akan lebih banyak pengayaan dan belajar sebagai persiapan ujian seleksi masuk perguruan tinggi.
W adalah Wirausaha
Pada kelompok ini beranggotakan siswa yang ingin mempunyai usaha sendiri atau ingin menjadi pengusaha atau entrepreneur. Sehingga pada kelas ini siswa akan lebih banyak belajar tentang kewirausahaan. Selain itu para calon lulusan juga bisa belajar di teaching factory ataupun unit produksi sekolah untuk menciptakan suasana pembelajaran bernuansa kewirausahaan.
Pembelajaran di unit produksi atau teaching factory sekolah siswa dilatih untuk terjun langsung dan berinteraksi dengan konsumen. Setiap jurusan memiliki unit usaha yang sesuai jurusan. Seperti salon untuk jurusan tata kecantikan, usaha jahitan dan butik untuk jurusan tata busana serta restoran untuk jurusan tata boga.
Melalui unit usaha/ unit produksi sekolah ini para siswa dilatih mengelola usaha dan membuat produk yang sesuai jurusan masing-masing. Sehingga diharapkan jiwa wirausaha akan muncul dan ketika lulus mereka dapat membuka usaha sesuai bidang masing-masing.
Untuk mewujudkan generasi yang memiliki bekal BMW maka guru sebagai agen perubahan dan transformasi yang paling berpengaruh untuk masa depan haruslah selalu update dan terus upgrade ilmu yang dimiliki. Terus menganalisis tantangan yang ada dan membuat variasi ataupun diferensiasi perencanaan pembelajaran.
Juga harus aktif memodifikasi, mengadaptasi, atau merancang dan mempersiapkan pendekatan baru dalam pembelajaran sebagai respon atas kebutuhan, minat dan preferensi belajar siswa.(*)