Malang Posco Media – Maraknya penggunaan android khususnya dalam pembelajaran daring di masa pandemi Covid mengigatkan saya akan sebuah brand ponsel yang merajai pasaran di awal 2000an. Ponsel sejuta umat dengan slogan Connecting People yang sempat berjaya di tahun tersebut akhirnya gulung tikar di tahun 2014. Hal ini menjadikan sebuah renungan, bagaimana mungkin perusahaan sebesar Nokia yang sangat berjaya pada akhirnya bisa tumbang dan tergerus persaingan.
Studi mengungkapkan bahwa kebangkrutan Nokia disebabkan oleh tiga hal berikut:
Pertama, budaya kerja mencekam. Pemimpin yang temperamental sehingga level di bawahnya menjadi tertekan. Kedua, gagal berinovasi. Para pegawai saling melemahkan sehingga perusahaan makin rentan dan tergerus arus kompetisi. Ketiga, para pemimpin kurang mendengarkan pelanggan, mitra, serta karyawannya. Sehingga ketidakmauan menerima masukan menjadi boomerang bagi perusahaan.
(tekno.kompas.com, 30/3/2021)
Dengan tiga alasan kuat di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut berhenti belajar di masa emasnya. Belajar dari pengalaman tersebut, sebuah organisasi selayaknya belajar agar tidak mengalami nasib serupa. Untuk sukses, diperlukan Learning Organization/organisasi belajar yang baik.
Dalam KBBI organisasi didefinisikan sebagai kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu. Beberapa contoh dari organisasi yang dimaksud antara lain perusahaan, institusi pendidikan, dan lembaga pemerintahan.
Sedangkan Organisasi belajar atau Learning Organization adalah sebuah institusi belajar, kuat dan kolektif yang merubah dirinya untuk menggunakan pengetahuan secara lebih baik untuk kesuksesan korporat, memberdayakan orang di dalam dan di luar organisasi untuk belajar sekaligus bekerja dan menggunakan teknologi untuk memaksimalkan pembelajaran dan produksi (Suryono: 2011, h.137).
Dalam buku The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization, Peter M Senge menyebutkan bahwa ada lima elemen utama yang harus dijalankan sebuah organisasi untuk bertahan:
Shared Vision
Selama ini kebanyakan visi organisasi disusun oleh pendiri/pemimpin. Visi yang ditulis bukanlah visi yang mewaklili sebagian besar individu di dalam perusahaan. Organisasi yang berhasil adalah yang visinya selaras dengan masing-masing individu dalam organisasi. Bagaimana mungkin visi bisa masuk ke dalam mindset seluruh pihak jika hanya disusun oleh orang-orang tertentu saja?
Bisa dibayangkan jika visi dibuat oleh pemimpin/orang tertentu. Jika suatu saat pemimpin tersebut pindah ke organisasi lain, maka visi akan ikut berubah.
Agar sebuah organisasi mudah diingat, perlu dibuat visi singkat dengan slogan sederhana yang mengena. Misalnya Mengatasi masalah tanpa masalah (Pegadaian), Just Do It (Nike), New brand, It’s My dream (Malang Posco Media), dll.
Personal Mastery
Organisasi terdiri individu-individu yang memiliki kemampuan khas. Ibarat sebuah pesawat, masing-masing komponen di dalamnya memiliki fungsi yang berbeda. Maka, individu sebagai pembelajar seumur hidup harus memaksimalkan kemampuannya secara mandiri. Membekali diri serta meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang positif akan membantu meningkatkan kapasitas diri.
Membaca buku, mengikuti seminar/pelatihan, mendengarkan pendapat dan pengalaman orang-orang sukses adalah beberapa cara yang bisa ditempuh. Jangan sampai mereka terlambat menyadari bahwa mereka yang sekarang dengan sepuluh tahun yang lalu masih memiliki strategi, pola pikir, dan pengetahuan yang sama.
Team learning.
Individu yang pintar tidak menjamin organisasi akan pintar. Tanpa kerjasama dalam kelompok, organisasi akan diam di tempat. Agar berjalan cepat, sebuah organisasi harus berjalan searah (memiliki visi yang sama). Sehingga masing-masing individu tidak hanya harus ahli di bidangnya tetapi juga harus saling melengkapi.
Mental Model
Secara singkat bisa diartikan sebagai kondisi spirit dalam diri manusia. Mindset yang selalu positif, penuh semangat, kreatif, inovatif, pantang menyerah, serta suka berbagi adalah mental yang harus dibangun dalam sebuah organisasi.
Mental individu yang mampu berpikir cepat serta mengedepankan solusi dalam menghadapi masalah akan memberikan kontribusi positif untuk kemajuan organisasi. Kita contoh saja para pengusaha sukses di negeri ini. Mereka adalah orang-orang yang memiliki antusiasme tinggi serta enerjik dalam bekerja. Mereka tak cepat puas akan hasil kerja serta lebih berani mengambil risiko ketimbang orang lain.
Banyak kisah sukses pengusaha yang pernah jatuh berkali-kali tapi akhirnya sanggup melalui dan berhasil. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai prinsip “tidak penting berapa kali jatuh melainkan berapa kali mampu untuk kembali bangkit.”
System Thinking
Pada umumnya orang hanya berkutat pada hal yang kecil tetapi lupa akan peta besarnya. Mereka melupakan masalah yang sebenarnya harus dihadapi. Musuh dari sebuah organisasi yang sebenarnya adalah individu atau grup yang masih terkotak-kotak.
Kepentingan pribadi dan golongan cenderung membuat organisasi lambat mengambil keputusan. Keegoan individu/grup yang hanya mementingkan kepentingan sendiri akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Jika kelima elemen tersebut telah mengakar dan membudaya dalam sebuah organisasi, maka dipastikan akan menjadi sebuah Learning Organization yang hebat. Pada dasarnya, Learning organization bukan bertujuan untuk mengajak kita untuk belajar, belajar, dan belajar saja. Melainkan belajar untuk memperbaiki proses pekerjaan serta layanan dalam organisasi kepada para pelanggan/mitra. Jika pelanggan/mitra puas, maka organisasi akan mendapatkan tempat tersendiri dalam masyarakat.
Tugas seorang pemimpin adalah mengkomunikasikan serta mengedukasi bawahan. Sehingga diharapkan visi yang dibangun dalam organisasi tidak hanya menjadi hafalan semata melainkan masuk ke dalam relung sanubari.
Dalam menghadapi kesulitan apapun, perlu digaris bawahi bahwa mental model yang mesti dibangun adalah yang terpenting bukanlah “the boss idea” melainkan “the best idea.” Sehingga cita-cita organisasi akan lebih mudah diraih.
Akhirnya, semoga kita bisa memberi kontribusi positif terhadap organisasi dimana kita bernaung. Sehingga organisasi kita tidak hanya akan semakin maju melainkan mampu bersaing dan bertahan di segala zaman.(*)