.
Friday, December 13, 2024

Temuan Komnas HAM Terkait Tragedi Kanjuruhan

Bukan Disebabkan Aremania

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Komnas HAM telah mendapat temuan awal terkait Tragedi Kanjuruhan. Kerusuhan tidak disebabkan karena suporter yang menyerang pemain dengan masuk ke lapangan.

Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan/Penyelidikan Choirul Anam mengungkapkan, situasi tidak langsung rusuh ketika suporter masuk ke lapangan. Bahkan suporter yang masuk tujuannya bertanya mengapa bisa kalah dan memberikan semangat kepada pemain.

“Kalau ada yang bilang eskalasi (penambahan/peningkatan) penanganan itu timbul karena suporter merangsek masuk ke dalam lapangan, kami mendapat informasi bahwa tidak begitu kejadiannya,” tuturnya.

Choirul Anam mengakui telah melakukan pengecekan kepada suporter yang turun ke lapangan. Begitu pula ke sejumlah pemain Arema FC. Dari investigasinya yang didapatkan bukanlah niatan membuat suasana rusuh. Sebaliknya suporter yang awalnya turun ke lapangan itu hanya ingin memberikan semangat kepada para pemain yang baru saja menelan kekalahan.

Sebagai bukti, para pemain tidak mendapatkan luka atau perlakuan tidak menyenangkan dari suporter. “Jadi ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pascawasit meniup peluit panjang. Suasana masih terkendali, walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan,” katanya.

Menurut dia, bila ada informasi serangan kepada pemain, sekali lagi dikatakannya tidak ada kekerasan. “Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain. Mereka bilang tidak ada kekerasan,” ungkap dia. “Para pemain tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami,” sambung Choirul Anam.

Dengan temuan tersebut, dikatakan Choirul Anam bisa menjadi gambaran bagi siapapun yang penasaran mengenai kejadian. Sebab, banyak informasi berkembang termasuk pernyataan awal dari kepolisian, penyebab kerusuhan karena berusaha melindungi pemain dari serangan suporter.

Dia pun mempertanyakan alasan aparat keamanan menembakan gas air mata ke tribun  penonton. Sebab, dari temuan Komnas HAM, kondisi korban rata-rata imbas gas air mata. Jenazah menjadi biru, mata merah, dan mulut berbusa

“Kondisi jenazahnya sendiri secara fisik, ada beberapa yang sangat-sangat memprihatinkan dan ini menunjukkan sebenarnya kurang lebih menjadi potensi penyebab kematian. Pertama kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru, jadi muka biru ini banyak. Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa,” terang dia.

Ditambahkannya keterangan terkait kondisi para korban yang meninggal dunia didapatkan dari keluarga, sesama Aremania, dan juga relawan yang menangani jenazah Tragedi Kanjuruhan.

“Jadi teman-teman, khususnya keluarga, Aremania, maupun relawan yang menangani jenazah memberikan informasi terkait hal tersebut,” kata dia.

Sementara itu perwakkilan suporter Sepak Bola Seluruh Indonesia menemui Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, kemarin.

Mereka datang untuk memberi masukan terkait tragedi yang menewaskan 131 orang tersebut. Pertemuan dipimpin Deputi III Kemenko Polhukam bidang Hukum dan HAM, Sugeng Purnomo yang juga bagian dari TGIPF Tragedi Kanjuruhan. Hadir pula anggota TGIPF Tragedi Kanjuruhan lainnya di antaranya Akmal Marhali dan Kurniawan Dwi Yulianto.

Perwakilan suporter sepak bola yang hadir berasal dari tokoh The Jakmania (sebutan untuk suporter Persija) Ferry Indrasjarief. Dia tampak memberikan masukan terkait pengamanan suporter sepak bola saat menonton pertandingan.

“Saya juga respek ketika Pak Presiden minta untuk kasus ini segera dituntaskan, dan banyak sekali perkembangan yang menurut saya memang bentuk perhatian serius kepada kejadian ini. Tapi kalau menurut saya, sanksi, hukuman, terus kemudian pembuktian siapa yang bersalah itu cuma kilas balik, bagaimana kita mengevaluasi apa yang sudah kejadian,” katanya.

“Tapi saya sebetulnya lebih ingin kita, itu benar (mencari siapa yang bertanggung jawab), tapi bagaimana ke depannya. Karena kalau kita cuma bisa ini yang salah, ini yang dihukum, ini nggak boleh lagi (bertugas) seumur hidup, tapi ke depannya bagaimana?” sambung  Ferry di hadapan TGIPF Tragedi Kanjuruhan. (ley/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img