MALANG POSCO MEDIA – Pilkada Malang Raya tampak adem ayem, itu bukan masalah. Yang justru jadi masalah adalah adanya oknum-oknum yang menyebar black campaign alias kampanye hitam kepada masyarakat. Apalagi materi kampanye yang dilakukan sama sekali tidak memberikan edukasi kepada masyarakat.
Yang ada kampanye hitam justru menurunkan simpati masyarakat dan derajat para penyebar kampanye hitam itu sendiri. Apalagi tulisan dalam banner yang dipasang itu menyebut diksi yang tak etis. Bagi masyarakat, kalimat yang tak etis tentu tak nyaman dibaca, dirasa tidak enak di hati dan merusak pikiran masyarakat.
Kampanye hitam sarat kebencian dan fitnah serta berbau tuduhan. Logikanya siapa yang diserang dalam kampanye hitam ini? Karena ada kata Kota Malang, maka kampanye hitam ini bisa mengarah kepada semua calon walikota dan wakilnya yang saat ini sedang berkontestasi di Pilkada Kota Malang. Yang pasti cara-cara seperti ini tak sehat dan tak membuat demokrasi jadi lebih baik.
Kalau tak suka dengan para calon yang berkontestasi dalam Pilkada Kota Malang saat ini, maka masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk melakukan ‘perlawanan.’ Masyarakat punya hak pilih, siapa yang cocok dengan hati nuraninya. Kalau pun nanti walikota sudah terpilih, maka yang berseberangan bisa menjadi oposisi.
Menjadi masyarakat yang kritis terhadap kebijakan demi perubahan dan masa depan Kota Malang. Bukan karena tidak suka dengan walikota-wakil walikotanya. Konsisten berjuang di jalur yang berbeda tapi sejalur pada tujuan pemberdayaan, keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Posisi itu tak kalah mulia dengan jabatan walikota.
Kampanye hitam, apapun medianya pasti butuh biaya besar. Butuh tenaga dan personel yang mendukung misi kampanye hitam itu hingga sukses. Daripada biaya besar untuk menghasut, menghina, mencela, dan menebarkan semangat negatif di masyarakat, lebih baik melakukan kampanye yang sehat.
Kampanye hitam tak menjamin sukses. Buktikan politik tak kotor dengan cara-cara yang sehat dan menggembirakan. Pasti masyarakat makin simpatik!(*)