MALANG POSCO MEDIA, MALANG– Balai Pusat Latihan Perhotelan (BPLP) Brawijaya berikan pelatihan barista pada 10 siswa alumni SLB Pembina awal pekan kemarin. Hal tersebut dilakukan untuk membuktikan bahwa keterampilan meracik kopi bisa dikuasai siapapun, termasuk penyandang disabilitas. Sekaligus, membuka pintu peluang baru di industri kopi.
Sepuluh peserta tersebut dengan beragam latar belakang disabilitas Tuna Rungu, Tuna Grahita, dan Cerebral Palsy serta dibimbing langsung oleh para ahli untuk menguasai teknik menyeduh kopi layaknya barista profesional. Tak hanya teori, mereka juga diajarkan praktik langsung, mulai dari mengenal biji kopi, metode seduh, hingga kreasi kopi susu kekinian.
“Kami ingin buktikan bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk berkarya. Setiap peserta akan dapat sertifikat kompetensi sebagai bekal kerja atau usaha,” tegas Munirul Ikhwan, Manager Operasional BPLP Brawijaya.
Munirul menyampaikan, pelatihan ini merupakan bentuk komitmen BPLP dalam membuka akses pelatihan ke semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. Ia menegaskan bahwa keterampilan meracik kopi adalah keahlian yang bisa dipelajari siapa saja, tanpa memandang latar belakang fisik.
“Teman-teman dari SLB kami dampingi agar mereka punya kesempatan yang sama untuk menjadi barista. Harapannya, sertifikat ini bisa mereka gunakan untuk melamar kerja atau membuka usaha sendiri,” imbuhnya.
Sementara itu, pihak sekolah menyambut baik pelatihan ini karena membuka peluang baru bagi para alumninya yang belum memiliki pekerjaan tetap. Menurut guru SLB Pembina, Achmad Iskandar, program ini menjadi jalan alternatif bagi anak-anak disabilitas untuk mandiri secara ekonomi. “Dengan modal kecil, mereka bisa buka usaha kopi rumahan. Sekolah siap dukung promosi,” ujarnya.
Beberapa alumni SLB Pembina telah meniti karier di perusahaan mitra. Seperti PT. Bintang Tarikutra dan PT. Google Laundry. Namun, pelatihan barista ini menjadi alternatif segar bagi yang ingin mandiri di dunia wirausaha. “Kami harap makin banyak pihak yang membuka kesempatan bagi disabilitas. Mereka punya potensi besar, hanya perlu diberi ruang,” tandas Iskandar.
Dengan semangat inklusi, BPLP Brawijaya tak sekadar merayakan hari jadi, tapi juga menebar inspirasi: kopi tak hanya nikmat disruput, tapi juga bisa jadi jembatan menuju kemandirian. (hud/udi)