spot_img
Thursday, June 26, 2025
spot_img

Buktikan Musik Seperti Kopi, Selalu Bercerita untuk Dinikmati

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Radit Lesmana, DJ Bikin Suasana Intim Sekaligus Bernostalgia

Disc Jockey (DJ) seringkali identik dengan gemerlap lampu klub malam dan dentuman musik yang menendang  telinga. Namun Radit Lesmana, pria asal Pekanbaru ini  membawa warna berbeda. Dengan koleksi vinyl dan alat DJ analog, ia justru menghibur pengunjung kedai kopi, menciptakan suasana yang intim sekaligus bernostalgia.

MALANG POSCO MEDIA– Selama dua tahun terakhir, Radit telah membawakan musik ciri khasnya di berbagai kota seperti Malang, Surabaya, dan Yogyakarta. Membuktikan bahwa musik analog tetap memiliki tempat di hati penikmatnya. 

Radit bukanlah DJ biasa. Ia seorang kolektor vinyl yang jatuh cinta pada piringan hitam sejak masih duduk di bangku SMA. Kesukaannya terhadap piringan hitam ini tanpa sengaja.

“Awalnya saya mengantar sound ke seorang kolektor vinyl. Saat lihat koleksinya, langsung tertarik, tapi waktu itu ekonomi saya belum memungkinkan,” kenangnya. 

Ketika Pandemi COVID-19 melanda, Radit yang kala itu sudah  tinggal di Malang bersama istri yang sedang hamil, memutuskan untuk tak lagi bermain band. Hobi tersebut ia jeda agar   bisa terus di rumah bersama keluarga, karena jika main band pasti jarang di rumah.

“Kalau ngeband, pasti jarang di rumah. Saya ingin lebih banyak waktu bersama keluarga, apalagi di masa pandemi,” ujarnya. 

Di tengah situasi pandemi, ia justru menemukan peluang. Banyak kolektor yang menjual kaset dan vinyl dengan harga murah. Radit pun mulai mengumpulkan koleksinya, bahkan kadang memperjualbelikannya.

Namun ada momen yang membuatnya sedih. Suatu hari, seorang teman yang ingin beli kopi tertarik dengan vinyl dan memaksa membeli empat album Pink Floyd miliknya, koleksi yang sangat berarti baginya.

“Saya kasih harga tinggi supaya nggak dibeli, tapi mereka transfer langsung. Saya sempat kesal, tapi ya sudahlah,” ceritanya sambil tersenyum. 

 Berbeda dengan DJ digital yang menciptakan beat dan remix sendiri, Radit memilih menjadi DJ selector memutar lagu-lagu dari vinyl dengan transisi yang halus dengan mengatur  tempo supaya perpindahan lagu enak didengar. Bahkan pendengar sering nggak sadar kalau lagu sudah berganti.

Ia belajar secara otodidak, berawal dari sekadar iseng main di komunitas Rekam Jaya. Tak disangka, tawaran manggung pun berdatangan. Kini, ia kerap membawakan berbagai genre, mulai dari rock klasik hingga hip-hop, sesuai permintaan tempat ia tampil. 

Ditemui Malang Posco Media, di rumahnya, Senin, (5/5) kemarin. Ruangan 3×5 meter disulap sebagai studio mini vinyl dan satu mesin roasting kopi.

Beberapa kali ia memutarkan vinyl untuk membuktikan, bahwa karakter musik dari vinyl sangat berbeda jauh dengan musik digital.

Koleksinya kini mencapai 300 vinyl, 200 mini vinyl, dan 500 kaset tape. Terkadang  beberapa rilisan  dijual untuk memenuhi kebutuhan  modal kopi, tapi ada juga rilisan yang tak tergantikan, terutama rilisan langka hadiah dari sang istri tercinta.

Tak hanya sebagai DJ, Radit juga pemilik Giggsy Project, sebuah roaster kopi dengan konsep unik yang memadukan musik dan kopi. Menurutnya, orang yang suka  musik pasti suka ngopi. Ia  ingin memberikan pengalaman berbeda.

Ia bahkan akan menggandeng musisi lokal Malang seperti Iksan Skuter dan Extrem Decay untuk membuat merchandise kopi edisi khusus. Yang lebih menarik, setiap kemasan kopinya dilengkapi barcode playlist Spotify.

Konsep tersebut menjadi terobosan pertama di Jawa Timur, menghadirkan sensasi baru bagi penikmat kopi dan musik. Ke depan, Radit berencana merilis varian kopi baru dengan konsep serupa, sekaligus memperkenalkan kopi Malang ke daerah lain. 

“Jadi, saat menyeduh kopi, pelanggan bisa mendengarkan musik yang sesuai karakter kopinya,” jelas Radit. 

Bagi Radit, musik analog bukan sekadar hobi, melainkan bagian dari hidup. Ia membuktikan bahwa passion bisa menjadi jalan hidup, bahkan di tengah keterbatasan. Dari seorang kolektor vinyl, kini ia menghidupkan kembali musik analog di tengah gempuran digital, sambil membawa kopi Malang menuju panggung yang lebih luas. 

Dan bagi siapa pun yang mendengar alunan vinylnya saat tampil, Radit telah membuktikan bahwa musik seperti kopi selalu punya cerita untuk dinikmati perlahan. 

Bagi Radit, musik analog dan kopi adalah dua hal yang saling melengkapi. Keduanya menawarkan sesuatu yang original, dan penuh cerita. Ia berharap, melalui terobosannya ini, semakin banyak orang yang menghargai proses baik dalam menikmati musik maupun kopi.  “Di era serba instan, saya ingin mengajak orang untuk sedikit lebih lambat, merasakan setiap nada, dan menikmati setiap teguk kopi dengan kesadaran penuh,” pungkasnya.  (hud/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img