.
Friday, December 13, 2024

Bushido dan Kekuatan Kecerdasan Emosional

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Kecerdasan emosional atau istilah dalam bahasa Inggris emotional quotient dan masyarakat kita lebih suka menyingkat dengan EQ memiliki arti kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Kecerdasan yang dimiliki seseorang yang lebih majemuk dalam penerapan-penerapan kehidupan. Bukan hanya sekadar retorika dan teori tetapi lebih mampu menerapkan keilmuannya untuk kehidupan.

Beberapa pakar serta peneliti meyakini bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosional memiliki harapan yang lebih baik pada sisi-sisi kehidupannya.  Menurut penuturan ahli-ahli yang memang mempelajari perkembangan kecerdasan emosional  memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan seseorang.                 Kecerdasan emosional bertanggung jawab atas keberhasilan sebesar 80 persen dan 20 persen  ditentukan oleh kecerdasan Intelegensi. Penelitian yang konsen pada kecerdasan emosional terus digali dan dicari kemungkinan-kemungkinannya untuk dilakukan studi lanjut guna menemukan pola perkembangan emosional yang signifikan.  Salah satu tokoh pendidikan serta psikologi kenamaan Amerika Serikat Howard Earl Gardner memberikan penjelasan detail mengenai kecerdasan seseorang. Lebih dikenal dengan nama Howard Gardner, ia mengatakan bahwa terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang.

Pokok kecerdasan emosional menurut Gardner di  antaranya adalah seseorang lebih mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri. Yang memiliki arti seberapa mampu sesorang mengendalikan dirinya sendiri baik pada keadaan tertekan maupun tidak.

Kemudian pokok kedua dari kecerdasan emosional adalah memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, yang berarti mampu mengembangkan rasa simpati serta empati kepada orang lain. Ketiga mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional dengan kata lain memiliki hubungan sosial yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan dalam kehidupannya.

Keempat dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri sendiri yang mengandung pengertian emosi yang labil akan mampu ditangkis secepat mungkin oleh seseorang yang memiliki kecerdasan emosional. Pokok kecerdasan emosional  yang terakhir adalah melibatkan kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan perasaan, serta kemampuan untuk mengetahui apa yang orang lain rasakan.

Lebih jauh adalah sesorang mampu dengan  tepat untuk mengenali masalah serta menanganinya. Kecerdasan emosional juga dapat meredam permasalahan antara individu yang sedang dalam kondisi emosional tidak stabil.

Dikutip Psych Central (Qubisa.com, 24/01/2023) kecerdasan emosional pada aplikasinya memiliki beberapa kategori. Self awareness atau kesadaran diri seseorang untuk mengenali sifat serta karakter diri sendiri yang berfungsi untuk mengoptimalkan sisi keunggulan seseorang. Self regulation atau pengaturan emosi yang lebih baik yang berarti mengatur diri sendiri ketika tidak puas terhadap hasil ia yang dicapai. Berikutnya mampu memberikan motivasi untuk diri sendiri agar mencapai hal yang maksimal.

Terakhir seseorang yang memiliki kecerdasan emosional memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain lebih baik. Pada titik ini sering kita temui seseorang yang memiliki link serta jaringan untuk menciptakan kolaborasi dalam rangka mencapai hasil maksimal.

Mengingat kembali sejarah perkembangan negara Jepang yang mampu mengelola masyarakatnya khusus di bidang kecerdasan emosi dengan baik. Budaya pengelolaan kecerdasan emosional ditumbuhkan dalam setiap sendi-sendi kehidupan.

Sejak Restorasi Meiji (1852-1912) Jepang menginginkan negara yang tumbuh dengan sebaik-baiknya. Karakter masyarakatnya rajin, ulet, serta tidak mudah menyia-nyiakan peluang adalah salah satu modal utama. keterbatasan lahan serta adanya empat musim mengondisikan seseorang harus terus bertumbuh menjadi cerdas.

Pertumbuhan yang cepat di Jepang didukung pula kuatnya penanaman karakter budaya bushido (ariefsugianto503.blogspot.com). Kecerdasan Emosional memegang peranan penting dalam lingkup era perkembangan suatu negara.

Membuka kembali ingatan Jepang memiliki sejarah kelam sejak kota Nagasaki dan Hiroshima terkena bom sekutu di penghujung perang dunia kedua. Kaisar Jepang saat itu Hirohito tertunduk lesu karena sangat mengkhawatirkan keadaan rakyatnya. Tetapi justru yang ditanya pertama setelah terjadi pemboman adalah “berapa jumlah guru yang tersisa?”.

Jendral yang tersisa dikumpulkan untuk mencari berapa guru di Jepang sesaat setelah terjadinya pemboman. Hirohito mengatakan Jepang tak akan bisa mengejar Amerika jika tidak belajar. Fokus pembangunan sumber daya manusia saat itu yang menjadi tugas utama. Tercatat saat itu dikumpulkan guru seluruh Jepang berjumlah 45.000 guru (sdn006batamkota.sch.id. 30/8/2022)

Hirohito kaisar Jepang terlama memimpin kurun waktu 63 tahun, tepatnya berkuasa sejak tahun 1926 hingga 1989. Ia meyakini jika kemampuan rakyatnya akan terjaga jika pola pembangunan sumber daya manusianya juga baik. Produktivitas rakyatnya yang tinggi dianggap adalah sebuah kemapanan untuk mengembangkan Jepang setelah perang dunia kedua.

Dari sejarah Jepang tersebut, kecerdasan emosional serta intelektual rakyatnya mampu membawa Jepang merangkak naik dengan menjadi negara maju. Lebih jauh ditarik benang merah, guru memiliki peran untuk mengembangkan pola pikir serta penanaman karakter.  

Kini seperti apa perkembangan Indonesia pada akhirnya? Indonesia emas seperti apa yang akan kita bentuk hari ini untuk tahun 2045? Pemanfaatan bonus demografi seperti apa yang mengerucutkan pada semakin berkembangnya negara ini?

Ah mungkin terlalu luas dalam skala itu cara detail berpikir kita. Yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia adalah terus mengembangkan diri dengan sebaik-baiknya yakni kecerdasan dari berbagai sudut untuk menjamin kehidupan yang lebih baik. Baik di tataran kecerdasan emosional maupun kecerdasan intelegensi sengaja harus dikembangkan.    

Pada titik menyiapkan generasi emas 2045 serta memperjuangkan bonus demografi, negara memiliki peranan penting serta wajib memiliki dominasi yang tinggi untuk menguatkan persaingan-persaingan sebagai bangsa yang unggul serta beradab di masa depan. Memulai merawat dari hal kecil yang mulai terkikis, salah satunya menghargai perbedaan serta kolaborasi yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama atau lebih dikenal gotong royong.

Semoga generasi emas 2045 bukan slogan remeh yang setiap orang mudah mengatakan tanpa tahu hal apa yang akan disiapkan, tetapi ikut mengambil bagian di dalamnya. Mari mengepakkan sayap diri kita masing-masing dengan penuh tanggung jawab.(*)  

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img