MALANG POSCO MEDIA- Terangnya cahaya Ramadan tak hanya dirasakan oleh mereka yang melihat dengan mata. Namun juga dialami mereka yang melihat dengan hatinya. Dengan semangat itulah, UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra (RSBN) Malang mengadakan pendampingan intensif tartil braille Al-Quran kepada 105 penerima manfaat yang berasal dari seluruh Jawa Timur.
Serta mengadakan perlombaan keagamaan. Seperti lomba azan dan lomba baca tulis Braille Al-Quran, Jumat (15/3) kemarin.
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial UPT RSBN Malang, Anantya Wulandari mengatakan kegiatan Ramadan ini memang rutin dilakukan. “Sudah tiga tahun ini, RSBN bekerja sama dengan RRI untuk mengadakan lomba tilawatil quran,” ujarnya.
Tak hanya itu, juga mengadakan rangkaian kegiatan Islami. Seperti muratal Al-Quran, kultum menjelang berbuka, dan pembiasaan ibadah harian.
Dari 105 penerima manfaat, hampir 100 persen beragama Islam. Seorang lainnya non Islam. Karena itulah, di momen Ramadan ini, para penerima manfaat diberi pendampingan intensif membaca braille Al-Quran.
Jika di hari-hari biasa pembinaan braille dilakukan seminggu sekali, di bulan puasa ini pendampingan dilakukan setiap hari. Terlebih di zaman yang semakin canggih ini, sudah banyak tools untuk membaca Al- Quran bagi tuna netra. RSBN pun berupaya agar para penerima manfaat tak hanya bisa mengakses Al-Quran digital, tetapi juga bisa membaca secara manual.
“Sekarang kan praktis tinggal sentuh sudah bisa akses Al-Quran, tapi harapannya mereka juga bisa mengakses manual dengan braile,” ujar Anantya.
Ia berharap, di masa depan akan banyak qari dan qariah yang berasal dari kalangan netra. “Tidak hanya dari kalangan awas saja,” tuturnya.
Untuk bisa membaca braille Al-Quran , terang Anantya, dibutuhkan basic pemahaman braille
tahap awal terlebih dahulu. Para penerima manfaat diharap sudah menguasai huruf braille yang enam titik dahulu. Serta diusahakan sudah mengenal ayat Al-Quran dengan metode hafalan.
Suasana keterlibatan terus diupayakan oleh RSBN. Misalkan dengan melibatkan seluruh penerima manfaat dalam kegiatan mulai sahur hingga berbuka. Harapannya, ketika kembali ke rumah, para penerima manfaat bisa beradaptasi dan memanfaatkan ilmu yang didapat. Serta adanya peningkatan keimanan yang bisa dijadikan bekal.
Halimah, salah satu penerima manfaat membagikan pengalamannya belajar braille Al-Quran. Cara belajarnya dengan menghafal dulu titik-titik braile untuk huruf hijaiyah alif sampai ya. Lalu terus melatih kepekaan agar mudah membaca braille Al-Quran. Ia mengaku butuh waktu dua tahun untuk mempelajari braille Al-Quran. “Kesulitannya di huruf hijaiyah yang belum diketahui,” ujarnya.
Halimah sudah hafal dua hingga tiga surat Al-Quran. Ia merasa, membaca Al-Quran dalam kondisinya sekarang sulit dijelaskan. Ada sedihnya dan ada senangnya. “Yang bikin senang, kita masih bisa tetap mendengar bacaan Al-Quran, bisa merasakan sejuknya Ramadan,” tuturnya.
Gadis asal Tulungagung ini mulai belajar braile Al-Quran usia 22 tahun. Dan di usianya yang ke 23 tahun ini ia telah meraih juara tiga lomba Tartil Quran Sensorik Netra tingkat Jawa Timur yang diadakan RRI Malang di tahun 2023 lalu. “Kemarin lomba lagi di RRI Malang, alhamdulillah juara dua tingkat provinsi,” ujar Halimah. (mg1/van)