Digunakan di Puskesmas Dinoyo, Sementara untuk Layanan Laboratorium
MALANG POSCO MEDIA – Pelayanan yang terkesan konvensional dan kaku yang selama ini berlaku di puskesmas, kini mulai bergeser ke arah yang lebih modern dan canggih. Ini dibuktikan sejumlah layanan di Puskesmas Dinoyo yang menghadirkan teknologi smart assistant berupa robot AI/Artificial Intelligent (kecerdasan buatan)
Namanya Robot Bytorium. Kini tiap harinya selalu siaga di depan laboratorium Puskesmas Dinoyo. Robot mungil berwarna oranye itu mampu diajak bicara dan membantu antrean pasien hingga menyajikan proses layanan yang tengah berlangsung.
“Namanya Bytorium ini berasal dari kata Byte yang artinya (satuan) data, lalu ‘torium’nya itu penggalan dari laboratorium. Jadi robot ini dibuat untuk laboratorium supaya menyajikan data,” terang Budi Ari Bowo, inovator atau pencipta robot Bytorium.
Robot Bytorium dirancang Budi pada tahun 2023 lalu. Saat itu, Budi menyadari, tugas di puskesmas yang merupakan garda pertama layanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, harus bisa memberikan layanan yang transparan. Dari situlah, Budi yang memang sejak lama cinta dengan dunia teknologi, akhirnya mulai merakit dan merancang perangkat yang memudahkan pelayanan di tempat kerjaha sendiri.
Total, Budi menghabiskan waktu sekitar satu tahun untuk merancang dan menyelesaikan robot Bytorium itu di tengah kesibukannya menjadi pelayan masyarakat.
Kemampuan robot Bytorium ini, yang pertama adalah untuk mendaftarkan pasien untuk layanan laboratorium. Tiap kali pasien datang ke laboratorium, cukup menyodorkan kartu BPJS-nya untuk discan oleh Bytorium. Selanjutnya Bytorium seketika itu langsung mengurutkan sesuai antrean.
Jika pasien bukan merupakan pasien BPJS di Puskesmas Dinoyo, Bytorium akan langsung menolak. Pendaftaran itu juga secara transparan ditampilkan dalam sebuah layar yang ada di sebelah Bytorium. Jika antrean sudah saatnya, maka Bytorium akan langsung memanggil pasien melalui pengeras suara.
“Kalau biasanya di bank itu ketika memanggil antrean hanya dengan nomor antrean, kalau di sini manggilnya langsung nama yang bersangkutan. Jadi orang tua atau orang yang tidak sadar dengan nomor antreannya sendiri, itu bisa langsung menyadari kalau dia dipanggil. Karena biasanya, orang itu sudah pegang nomor antrean, tapi dipanggil berkali kali tidak sadar,” jelas Budi.
Kelebihan Bytorium, tiap proses mulai dari pendaftaran, pengambilan sampel darah, proses lab, dan seterusnya, selalu ditampilkan di layar. Sehingga layanan di laboratorium Puskesmas Dinoyo ini begitu transparan karena pasien bisa langsung memantaunya.
Selain itu, hasil pemeriksaan laboratorium, juga bisa langsung diakses melalui website secara real time, sesaat setelah rangkaian proses pemeriksaan selesai dilakukan. Bisa juga diakses secara langsung melalui HP.
“Dan kelebihannya kalau di kami, tidak perlu instal program atau sejenisnya. Semua langsung ke website kami dan itu tersaji lengkap, ada riwayat pemeriksaan hari itu, riwayat pemeriksaan tahun lalu dan seterusnya,” beber dia
Kemampuan lain, Bytorium mampu menjawab berbagai pertanyaan yang ingin diketahui pasien dan telah dirancang untuk bisa menjawab seputar layanan yang ada di Puskesmas Dinoyo.
Misalnya, Bytorium mampu menjawab apa saja layanan yang ada di Puskesmas Dinoyo, berapa harga layanan pemeriksaannya, apa saja jenis penyakit yang dilayani dan segala hal lain yang ingin diakses di Puskesmas Dinoyo.
“Begitu diberi pertanyaan, Bytorium akan langsung menjawab. Jadi ini sekaligus menjadi pusat informasi bagi pasien. Ini masih terus kami kembangkan, karena ini kan berbasis database. Nanti kecerdasannya akan kami tingkatkan,” tegas alumnus Insitut Ilmu Kesehatan (IIK) Kediri ini.
Pembuatan Bytorium ini, sepenuhnya dilakukan oleh Budi dan timnya di Laboratorium Puskesmas Dinoyo. Ia merakit dan merancang Bytorium dengan perangkat yang sudah ada. Misalnya seperti layar Bytorium yang menggunakan HP bekas, ada kamera, lalu mini CPU dan monitor dari Puskesmas Dinoyo.
“Kalau body-nya itu saya cetak digital sendiri, cetak tiga dimensi. Itu butuh waktu dua hari. Yang lainnya, itu saya rakit sedikit-sedikit, jadi kalau ditanya biayanya saya tidak bisa memperkirakan berapa habisnya. Perlu saya hitung dulu,” tambah pria kelahiran Mojokerto tersebut.
Pria berusia 50 tahun itu menegaskan, inovasi robot Bytorium ini tidak berhenti di sini saja. Sebab, kini pihaknya juga tengah mengembangkannya menjadi lebih canggih. Ia kini tengah menyiapkan basis server agar masyarakat bisa mengakses Bytorium secara online.
Progressnya, dikatakan Budi, sudah mencapai 90 persen dan diharapkan nantinya Bytorium ini bisa memberi manfaat yang luas. Teknologi Bytorium sendiri kini sudah tersertifikasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kemenkumham RI.
“Kami punya harapan, Bytorium ini bisa memberi manfaat dan memudahkan masyarakat saat mengakses layanan kesehatan. Bahkan, kami ingin agar fasilitas kesehatan supaya mereplikasi inovasi seperti ini agar masyarakat lebih dimudahkan,” tutur pria berkacamata itu.
Salah satu pasien di Puskesmas Dinoyo, Rohmah mengaku dimudahkan dengan adanya layanan tersebut. Ia merasa antrean di Puskesmas Dinoyo lebih jelas dan ringkas.
“Kalau di sini semua kelihatan jelas siapa yang masuk, siapa yang mendaftar jadi tahu kurang berapa lama lagi. Memang sudah semestinya layanan publik ini harus mudah digunakan,” pungkasnya (ian/van)