MALANG POSCO MEDIA- Bosan dan capek ribut-ribut urusan sumber air, Pemkot Malang seriusi solusi baru. Yakni memanfaatkan air permukaan. Sungai Amprong dan Sungai Bango merupakan dua sungai yang sedang disasar.
“Agar tidak ada ketergantungan terus. Sudah saya instruksikan seriusi pemanfaatan air permukaan. Belum lama ini sudah muncul feasibilitystudy (FS). Ada kajiannya,” jelas Wali Kota Malang Drs H Sutiaji kepada Malang Posco Media, Rabu (14/9) kemarin.
Hasil FS menyebutkan ada tiga titik sungai yang bisa dikelola. Potensinya mampu menghasilkan 1.500 liter per second (Lps). Jika direduksi, maka per detiknya bisa menghasilkan satu liter, jika satu menit maka mengalirkan 60 liter.
Dari perhitungan tersebut, lanjut Sutiaji, maka aka ada sebanyak 100 saluran pelanggan yang bisa dialiri air bersih per detiknya.
“Saya juga sudah minta ini untuk disimulasikan dulu. Jika diimpelentasikan seperti apa bangun SPAM, jaringan pipa seperti apa dan sebagainya. Ini yang memang masih terus dibahas dan disusun,” kata mantan Wakil Wali Kota Malang ini.
Jika hal ini berhasil diimplementasikan, maka tingkat ketergantungan Kota Malang terhadap sumber air di Kabupaten Malang dan Kota Batu perlahan bisa teratasi.
Menurut Sutiaji, menggantungkan aliran air dari Sumber Pitu seperti saat ini pun juga tidak membawa keuntungan signifikan. Karena akibat pipa yang sering jebol beberapa tahun belakangan, Pemkot Malang harus merogoh kocek hingga Rp 9 miliar. Hanya untuk mengganti pipa-pipa yang pecah atau jebol.
Mencari sumber air baru dari pengolahan air permukaan menjadi prioritas. Dimana tahun ini akan mulai disimulasikan. Dengan harapan di tahun 2023 paling tidak ada satu sumber air dari pemanfaatan air permukaan yang bisa dioperasikan.
“Sebenarnya ada 3 titik yang bisa dimanfaatkan. Tapi yang sudah intens dikaji ada di Sungai Bango dan Sungai Amprong. Lebih bagus kalau ada satu titik lagi agar maksimal,” jelas Sutiaji.
Meski begitu untuk bisa mewujudkan pengelolaan pemanfaatan air permukaan ini, membutuhkan biaya besar. Sutiaji menjelaskan untuk pemanfaatan satu titik air permukaan membutuhkan kurang lebih Rp 175 miliar hingga Rp 200 miliar agar bisa beroperasi maksimal.
Untuk itulah saat ini Pemkot Malang tengah menyusun strategi agar mengurangi beban biaya yang dibutuhkan. Di antaranya menggunakan metode kerjasama dengan pihak ketiga, dilakukan dengan Coorporate Social Responsibility (CSR) atau meminjam dana dari anak perusahaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
“Ya memungkinkan pinjam dari anak perusahannya Kemenkeu. Ada skema jika BUMD bisa meminjam. Bunganya kurang lebih hanya 0,5 persen. Jika bisa, prediksi beberapa tahun saja sudah bisa kembali uangnya,” jelas Sutiaji.
Dirut Perumda Tugu Tirta Kota Malang M Nor Muhlas menjelaskan kajian dan studi hingga penjajakan kerjasama untuk mewujudkan pemanfaatan air permukaan tanah dari sungai yang ada di Kota Malang memang sedangkan dikerjakan.
Muhlas menyampaikan bahwa hal ini menjadi salah satu alternatif yang tengah dikerjakan sebagai upaya pemunculkan sumber air baru Kota Malang.
“Memang saat-saat ini kita kaji terus, dan penjajakan untuk upaya kerjasama. Bagaimana skema terbaiknya. Mana yang bisa dikerjakan lebih mudah dan juga biayanya tidak mahal. Semua itu sedang kita bahas,” ungkap Muhlas saat dikonfirmasi Malang Posco Media kemarin.
Upaya mewujudkan sumber air baru dari pemanfaatan permukaan air tanah ini ditargetkan bisa diwujudkan secepatnya. (ica/van)