Malang Posco Media, Jakarta – Rusia mengeklaim berada pada urutan teratas dalam penjualan gandum di pasar global.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan,pada 2023, Rusia mencatat rekor panen gandum sebanyak 156 juta ton, sementara panen tahun ini diperkirakan lebih sedikit, yaitu 143-147 juta ton.
Dalam sebuah pertemuan dengan para kepala daerah di Moskow, Selasa (16/1), Putin menambahkan pertanian Rusia kini menunjukkan tingkat perkembangan yang sangat baik dan meyakinkan. Sehingga negara tersebut sepenuhnya menjamin ketahanan pangannya sendiri, katanya.
Pada bulan Juli lalu, Rusia menolak untuk memperpanjang Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam karena mengeluhkan bahwa bertentangan dengan tujuan dari inisiatif itu, sebagian besar ekspor pangan ditujukan ke negara-negara kaya dan maju dibandingkan negara-negara miskin, serta manfaat bagi Rusia dalam perjanjian tersebut belum dilaksanakan.
Beralih ke situasi di Ukraina, Putin mengatakan bahwa negara itu mungkin menerima “hantaman yang tidak dapat diperbaiki,” dan tanggung jawab atas hal tersebut ada para pemerintah Kiev yang sekarang karena mereka menolak perundingan perdamaian dengan Rusia.
“Jika apa yang terjadi sekarang terus berlanjut … maka cukup jelas bahwa mereka (Ukraina) tidak hanya gagal dalam serangan balasan, tetapi inisiatif sepenuhnya berada di tangan angkatan bersenjata Rusia,” lanjutnya.
“Jika ini terus berlanjut, maka hantaman yang sangat serius dan tidak dapat diperbaiki mungkin akan menimpa negara Ukraina,” kata Putin dengan nada memperingatkan.
Ketika ditanya tentang inisiatif Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang menyerukan “formula perdamaian,” Putin mengatakan hal tersebut merupakan “tambahan dari larangan Zelenskyy untuk mengadakan pembicaraan dengan Rusia,” yang dia tandatangani menjadi undang-undang pada September 2022.
“Semuanya (perang di Ukraina) bisa saja berakhir sejak lama jika mereka tidak menolak untuk bernegosiasi,” katanya.
Rusia memulai “operasi militer khusus” di Ukraina pada Februari 2022. Rusia menuntut Ukraina menyatakan dirinya sebagai negara netral dan membatalkan rencana untuk bergabung dengan NATO. (ntr/nug)