MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU– Langkah mitigasi ditempuh BPBD Kota Batu bersama TNI, Polri, Perhutani, Tahura Raden Soerjo, perangkat Kecamatan Bumiaji dan Pemdes Bulukerto dibantu relawan. Tim gabungan itu melakukan susur sungai di bekas aliran banjir bandang Bulukerto. Susur sungai telah berjalan lima hari mulai 15-20 November.
Susur sungai di bekas aliran banjir bandang Gunung Arjuno tersebut sebagai upaya pencegahan banjir bandang yang terjadi dua tahun lalu agar tidak kembali terjadi. Mengingat pada peristiwa banjir bandang menerjang Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji yang terjadi pada 4 November 2021 menewaskan 7 orang dan merusak 35 rumah yang tersebar di enam titik.
Dari hasil kajian, peristiwa kelam itu dipicu bendungan alam berupa tanah dan pepohonan tumbang imbas kebakaran hutan di kawasan Gunung Arjuna pada 2019 lalu. Bendungan alam tersebut lantas jebol saat hujan mengguyur dengan intensitas tinggi yang mengakibatkan terjadinya banjir bandang. Air mengalir deras ke arah hilir membawa material kayu dan batu-batuan serta lumpur.
Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu mengatakan, bahwa susur sungai merupakan bentuk kesiapsiagaan mengantisipasi munculnya bencana banjir. Apalagi saat ini telah memasuki musim penghujan. “Untuk itu kami kami bersama tim melakukan susur sungai bersama lintas stakeholder. Dalam pelaksanaanya dibagi dua regu untuk melakukan survei dan mendata titik persebaran bendungan alam di Pusung Lading, Bukit Pucung, Desa Bulukerto kawasan lereng Gunung Arjuna,” ujar Agung kepada Malang Posco Media.
Ia menjelaskan, selama melakukan susur sungai sejak 15 November hingga kemarin Tim Gabungan menemukan tumpukan pohon-pohon tumbang dan timbunan tanah yang tergerus arus air yang tersebar di beberapa titik. Untuk selanjutnya dilakukan pendataan dan melakukan pemotongan pohon yang tumbang di area aliran sungai.
Apalagi, selama musim kemarau terjadi kemarin terjadi kebakaran di lahan hutan Gunung Arjuna wilayah Kota Batu seluas 917 hektar. Karhutla tersebar di beberapa titik antara lain Curah Wirang, Gunung Kembar 1 dan 2 serta Curah Wedi yang merupakan hulu Sungai Krecek.
“Atas kejadian tersebut atas instruksi dan pesan dari bu Gubernur untuk memperhatikan dampak kebakaran hutan. Karena dikhawatirkan terjadi akibat karhutla terjadi erosi yang membentuk bendungan alam akibat banyak tanaman tegakan yang mati,” paparnya.
Sementara itu ditambahkan Kepala Desa Bulukerto Suhermawan menjelaskan dari susur sungai ini menjadi bentuk kesiapsiagaan bersama agar kejadian banjir bandang agar tidak terulang kembali. Kemudian dari susur sungai ini nanti diketahui data jumlah longsoran, disposal (pembuangan.red) material hingga bendung alam yang ada.
“Dari data itu selanjutnya akan diketahui seberapa parah potensi kerawanan terjadinya bendung alam. Jadi misal dari data yang didapat nanti parah, akan dilakukan pembersihan. Contohnya saja hari ini (kemarin, red.) dilakukan pemotongan pohon yang menutup aliran sungai,” ungkapnya.
Mawan menerangkan, untuk pemetaaan dilakukan di 2 jalur yang ada di kawasan hulu Pusung Lading. Selama sisir sungai mengacu data existing terakhir pada 22 Oktober 2022 lalu total ada 28 titik longsor, 19 kayu sar dan disposal berupa clay dan batu.
“Sedangkan dari hasil susur sungai selama lima hari ditemukan 54 kayu besar yang melintang melintang atau menutup jalur bendung alam. Kayu-kayu tersebut akan dipotong dan dipindah dari bendung alam untuk mengindari terjadinya bencana banjir,” tandasnya. (eri/udi)