MALANG POSCO MEDIA – Lulus tapi tidak siap kerja? Lulus tapi sulit dapat kerja? Lulus tapi tidak punya kompetensi khusus? Lulus tapi diragukan bekera di dunia usaha? Lulus tapi masih bingung? Lulus, Lulus, Lulus. Tapi, tapi, tapi. Stop! sudahi keraguan keraguan itu, karena kampus masa kini sudah mulai menjawab keraguan-keraguan yang dialamatkan pada perguruan tinggi.
Adalah kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang mendesain Center of Excellence (CoE) atau Sekolah Unggulan. Melalui CoE inilah mahasiswa ditingkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) nya agar mempunyai kompetensi khusus sesuai passionnya, di luar jurusan yang sudah dikuasainya. Sehingga ketika lulus, mahasiswa siap bekerja di perusahaan yang diinginkan dan mandiri.
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Dr. Fauzan, M.Pd saat diwawancarai Pro1FM RRI Malang (20/7/2022) menjelaskan, CoE didesain sejak 2019 lalu, pertama, berangkat dari kenyataan dan disinyalir bahwa relevansi output perguruan tinggi dengan tuntutan perkembangan zaman dianggap kurang.
Kedua, kata Fauzan, kita akan dihadapkan pada persoalan serius yaitu bonus demografi. Dan pada tahun 2045 Indonesia Emas. Saat dimana Indonesia membutuhkan SDM-SDM unggul dengan kualifikasi-kualifikasi tertentu. Kampus harus terusik dengan kondisi ini.
Di UMM CoE adalah salah satu kebijakan dari Center for Future of Work (CFW). UMM ingin mengembangkan SDM-SDM yang dibutuhkan masa depan. UMM kemudian mendesain UMM Pasti. Pasti Lulus Tepat Waktu, bukan Lulus di Waktu yang Tepat dan dan Pasti Mandiri.
Agar mahasiswa lulus tepat waktu, kata Fauzan, maka ada beberapa skema skripsi. Ada skripsi murni berbasis riset dan Skripreneur. Ini dalam rangka memastikan mahasiswa dalam waktu 3,5 sampai 4 tahun lulus. Dan Pasti Mandiri. Yaitu UMM akan mengantarkan mahasiswa untuk percaya diri setelah lulus.
Mahasiswa akan percaya diri kalau mempunyai kompetensi atau kepakaran tertentu. Maka dibuatlah CoE berbasis Program Studi. “Arahnya membekali mahasiswa supaya memiliki kompetensi atau kepakaran tertentu. Diselenggarakan oleh prodi secara inklusif. Artinya prodi-prodi lain boleh mengikuti, ini sebagai konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Ya bahkan lintas universitas, boleh.’’ kata Fauzan.
Saat ini UMM sudah memiliki sedikitnya 50 CoE (Sekolah Unggulan). Ada yang sudah running dan ada yang masih merintis. Ada Sekolah Unggas, Sekolah Udang, Sekolah Rumput Laut, Sekolah Anggrek, dan lainnya. Kenapa disebut sekolah? Kata Fauzan, karena tidak sekadar konsentrasi. Tapi ini program yang bisa diikuti tidak hanya dari jurusannya. tapi dari jurusan lainnya.
Dulu, sebelum ada gagasan CoE, mahasiswa yang lulus kuliah memang terbilang minim pengalaman dengan dunia usaha. Saya mengalami sendiri kondisi itu setelah lulus kuliah dari Jurusan Ilmu Komunikasi tahun 2000. Jangankan siap kerja, siap beradaptasi saja membutuhkan waktu yang lama. Apalagi bila mahasiswa yang bersangkutan tidak punya pengalaman berorganisasi sama sekali. Sementara dunia kerja butuh orang yang sat set wat wet.
Fakta di dunia usaha yang butuh kecakapan super cepat itu yang langsung membuat frustrasi. Bila mental mahasiswa yang bersangkutan tidak kuat, meskipun IPK-nya oke, tapi tak cukup membuatnya bisa tune in di dunia kerja. Bahkan mayoritas mundur teratur dan menganggap dunia kerja tidak sesuai dengan passionnya. Apa yang dibayangkan jauh dari ekspektasinya saat kuliah.
Kegelisahan-kegelisahan inilah yang kemudian disikapi serius oleh perguruan tinggi dengan menggandeng dunia usaha. Sekolah-sekolah Unggulan yang digagas oleh UMM tadi juga menggandeng dunia usaha yang berkelas nasional bahkan internasional. Ini yang membuat CoE UMM mempunyai nilai strategis saat mahasiswa lulus kuliah nanti.
Prof. Dr. Rhenald Kasali, P.hD. mengatakan semakin ke sini semakin banyak anak muda yang memiliki skill mumpuni namun tidak tahan banting dan mudah menyerah. Ia juga mendorong anak-anak muda untuk tidak menjadi pribadi atau generasi yang toxic dan mampu memanfaatkan kemajuan zaman.
Penegasan Rhenald Kasali itu disampaikan saat memberikan motivasi pada 7.500 mahasiswa dalam Pengenalan Studi Mahasiswa Baru (Pesmaba) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Dome UMM, Kamis (15/9) lalu.
Renald menjelaskan, bumi yang ditinggali manusia semakin padat, bahkan pada November 2022 mendatang jumlah manusia bertambah dari 7,9 miliar menjadi 8 miliar. Cina, yang sebelumnya menjadi negara dengan penduduk terbanyak akan disalip oleh India.
Dalam menghadapi dunia metaverse dan artificial yang semakin maju, sumber daya manusia yang cakap diperlukan. Terutama yang menguasai bidang-bidang masa depan. Maka, ia sangat mengapresiasi program Center for Future of Work (CFW) yang digagas dan dijalankan oleh UMM.
“Banyak orang yang berpikirnya terbatas pada current (saat ini) saja, tapi hanya segelintir yang melihat masa depan. Dan UMM menjadi salah satu yang melahirkan generasi dengan skill masa depan,” tambah guru besar bidang manajemen tersebut.
Penulis buku ‘Change’ itu juga mendorong mahasiswa untuk tidak menjadi generasi stroberi yang toxic. Generasi yang meski punya kecakapan tapi mentalnya rapuh. Ia bahkan menyebutkan sepuluh kata toxic yang seringkali digunakan anak-anak muda sebagai alasan.
Ada kata cuan, passion, insecurity, quarter life crisis, hustle culture, hingga toxic work place. Pun dengan passive income, financial freedom, smart work serta priviledge. “Sepuluh kata itu kadang menjadi permasalahan di kalangan anak muda. Di usia belasan dan dua puluhan, saya rasa belum waktunya untuk financial freedom atau passive income. Pun dengan passion yang seringkali malah menjadi penghalang. Tak perlu insecure karena jalan saudara masih panjang. Selama saudara bekerja keras dan berani mengambil tantangan, maka saya yakin saudara akan menjadi manusia yang sukses dan berhasil di masa depan,” pesannya.
UMM sudah bergerak cepat dengan kelas CoE-nya. UB juga mulai mengembangkan CoE. Kampus-kampus negeri dan swasta lainnya pastinya juga sudah bergerak yang sama untuk menyiapkan lulusan yang kompeten menyongsong Indonesia Emas 2045. Masih menjadi mahasiswa yang tidak sat set wat wet?!! (*)