.
Thursday, December 12, 2024

Cerita Ruspandi Mengapung Sembilan Jam di Tengah Laut, Sempat Melihat Tubuh Manusia Berbaju Hitam

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Mohamad Ruspandi warga Dusun Klagen Desa/Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang  salah satu korban yang selamat terseret ombak Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap Desa Sumberbening  Bantur Kabupaten Malang, Sabtu (8/7) lalu.

Kepada Malang Posco Media, Pendik, sapaan akrabnya   mengatakan  awalnya dia berniat menolong dua warga negara asing (WNA), Ana Brieva Ramirez asal Spanyol dan   Jana Olivia Soland asal Swiss. Seperti diberitakan sebelumnya,Ana berhasil menyelamatkan dirinya. Sedangkan Jana hingga saat ini masih sedang dalam pencarian.   Mereka merupakan mahasiswa yang sedang ikut pertukaran pelajar di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).

Pendik menuturkan, saat itu waktu sudah menunjukan pukul 09.00. WIB. Seharusnya pemain surfing sudah beranjak ke pinggir pantai. Namun, tak disangka gelombang laut meninggi sekitar tiga meter  menggulung kedua mahasiswa asing tersebut. 

“Kegiatan stand up paddle surfing dimulai pukul 07.00 WIB dan batasnya pukul 09.00 WIB. Tamu yang lainnya sudah menepi ke pinggir pantai. Namun dua turis itu masih bermain (surfing),” ceritanya,  Selasa (11/7) kemarin.

Mahasiswa UB  itu kemudian mendapat informasi dari seseorang rekan turis. Bahwa dua WNA itu membutuhkan pertolongan saat bermain stand up paddle surfing (semacam papan selancar dengan dayung). Kemudian saat itu Pendik melihat rekannya, Bayu Perbangsa tergulung ombak di atas paddle  yang digunakan. Bayu juga hendak menolong dua WNA itu.  Pendik kemudian membantu.

“Posisi saya saat itu, berpikir pengalaman saya saat pelatihan mau masuk TNI Angkatan Laut. Karena digulung ombak kondisi rolling. Saya kemudian berpikir membawa mas Bayu ke tengah. Karena kalau di tengah musuhnya gelombang dan arus, itu masih bisa di atasi dengan berenang. Kalau gulungan ombak itu tidak bisa,” paparnya.

Pendik kemudian memutuskan  berenang ke tengah laut sekitar 20 meter menggunakan pelampung. Saat itu, dia masih dapat bertemu dan berkomunikasi dengan Bayu yang hendak berbalik ke pinggir pantai. “Saya meminta mas Bayu kembali ke pinggir, biar saya yang akan mencari kedua turis itu, karena saya membawa pelampung,” tuturnya.

Anak sulung itu mengaku, dia mendengar Bayu meminta tolong karena terguling ombak kembali. Dia kemudian berusaha menyelamatkan Bayu.  

Saat itu, Pendik melihat Bayu sudah di dalam air tidak sadarkan diri tapi bisa bersuara. Setelah ditarik. Pendik berusaha menolong Bayu tapi justru dilihatnya Bayu mengeluarkan busa dari mulut.

Pendik setelah itu terombang-ambing di tengah laut. Mulai diterjang arus. “Ketika diterjang ke arah barat, saya melihat tubuh mengenakan baju hitam. Saya sempat mengangkat kakinya. Saya tidak tahu itu siapa. Yang saya lihat itu perempuan mengenakan pakaian hitam,” sambungnya.

Pendik terus berjuang tetap bisa bertahan di tengah laut. Sembari berdoa. Beberapa kali burung camar terbang di hadapannya. Pun beberapa kali ia melihat nelayan sedang memancing, lalu berteriak minta tolong. Namun, suaranya tidak terdengar.

“Saat saya mengapung, saya menemukan kayu sekitar tiga meter. Akhirnya saya ambil dan terus saya pegang dan peluk untuk membantu saya,” cerita Pendik.

Sekitar sembilan jam di lautan, Pendik terus berusaha terapung di tengah laut sampai petugas SAR datang menolongnya sekitar pukul 17.30. “Setelah saya dievakuasi, ternyata yang melapor ke tim SAR itu nelayan yang saya panggil untuk meminta tolong,” tutupnya. (den/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img