.
Sunday, December 15, 2024

Rektor Ma Chung Raih Jabatan Guru Besar

Cetuskan Konsep Leadership Spiritual

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Rektor Universitas Ma Chung, Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring, SE., M.Si resmi menyandang jabatan Guru Besar. Jabatan Fungsional Akademik tertinggi itu diterima Murpin Josua Sembiring awal Desember 2022 lalu. Rencananya, Senin (6/2) hari ini, akan dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Bidang Ilmu Manajemen. Lebih spesifik pada Manajemen Strategi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.

Ditemui Malang Posco Media, Murpin terlihat senang dengan perolehan gelar profesornya itu. Setidaknya proses panjang telah berhasil dilaluinya. Dan tidak mudah. Ada banyak kendala yang dihadapi. “Tentu saya sangat bangga dengan pencapaian ini. Dan tentu juga kebanggan untuk kampus Ma Chung,” katanya.

Menurutnya, setiap civitas akademika terutama dosen, harus punya target. Tidak boleh cepat puas dengan yang dicapai saat ini. Selain gelar akademik juga perlu mencapai jabatan fungsional akademik tertinggi. “Dari Asisten Ahli, Lektor Muda, Lektor Madya, Lektor Kepala, hingga profesor,” katanya.

Sebagai rektor, Murpin perlu menjadi contoh bagi para dosen. Karenanya mencapai jabatan profesor diraihnya dengan tekad besar. Dan kini dia sukses menjadi profesor kedua di Universitas Ma Chung.

Murpin berharap di tahun 2023 Ma Chung kembali menambah guru besar. Setidaknya ada dua atau tiga dosen yang akan menyusul. “Mohon doanya karena sudah kita canangkan penambahan guru besar di tahun ini,” kata dia.

Untuk mencapai jabatan guru besar, Murpin telah banyak melakukan penelitian. Semua sudah terpublikasi di Jurnal internasional terindeks scopus maupun domestik. Beberapa buku referensi juga sudah dihasilkan dari hasil penelitiannya.

Terkait penelitiannya, Murpin telah membuat sebuah gagasan besar di bidang ilmu manajemen. Ia mencetuskan sebuah konsep kepemimpinan dengan nama Leadership Spiritual. Sebuah konsep yang dikembangkan dari pengalamannya memimpin lembaga perguruan tinggi maupun beberapa organisasi selama beberapa tahun.

Dia menjelaskan, spiritual yang dimaksud bukan yang berkonotasi dengan keagamaan. Tetapi lebih pada spirit membangun manajemen yang mampu menumbuhkan spirit atau semangat yang kondusif. Sehingga orang-orang yang dipimpin dapat mengikuti top leadernya dalam satu gerbong untuk mencapai tujuan bersama.

“Tidak banyak pemimpin yang mempunyai pandangan visioner seperti itu. Kebanyakan bersifat instruktif dengan semua perintahnya yang harus dijalankan. Sementara yang dipimpin tidak sepenuhnya percaya akan kemampuan dan arah tujuan pemimpinnya,” terang mantan Rektor Universitas Widya Kartika Surabaya itu.

Menurutnya, leadership spiritual membuat iklim kondusif. Dan itu berdampak pada semangat bekerja. Seseorang dengan kesadarannya akan menumpahkan segala potensi untuk bekerja bersama.

Selain itu, lanjut Murpin, konflik antar sektor bisa dihindarkan. Karena pemimpinnya menumbuhkan kepercayaan. “Semua sektor dinilai penting. Punya peran tersendiri untuk menjadi hebat,” kata dia.

Penelitian Murpin, berawal dari pengalamannya yang panjang menjadi seorang pemimpin. Baik di Ma Chung atau di Universitas Widya Kartika Surabaya. Dia juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Forum Dosen Kopertis se Jawa Timur dan Ketua Akrindo Jawa timur.

Dengan pola dan model kepemimpinannya itu, Murpin berhasil membawa Ma Chung dengan performa terbaik. Berbagai prestasi diraih. Baik oleh mahasiswa atau dosen. Berbagai sektor juga mengalami kemajuan. Termasuk finansial lembaga.

Karena menurutnya, menjadi rektor tidak cukup memiliki kemampuan akademik. Tetapi harus multi kompetensi. “Kalau hanya kemampuan akademik, cukup menjadi kepala laboratorium saja,” kata dia.

Mindset rektor juga harus memikirkan bisnis. Tentu bukan untuk keuntungan pribadi. Melainkan keuntungan lembaga.
Tujuannya bisnis itu untuk mencari side income agar pendapatan kampus tidak hanya dari mahasiswa.

Salah satunya dengan cara mengembangkan badan usaha non akademik. Atau memaksimalkan potensi yang dimiliki dosen sebagai pakar atau konsultan untuk instansi di luar kampus.

“Dari situ akan ada penghasilan baik untuk lembaga atau honor dosen. Karena kalau hanya mengandalkan income tunggal, saya yakin lambat laun kampus akan mati,” ujarnya.

Ia menambahkan, seorang pemimpin harus memiliki trush, idealisme, integritas dan visioner. Tidak hanya memikirkan masa periode jabatannya saja. Harus berani mengorbankan waktu tenaga pikiran untuk meletakkan pondasi yang kuat. “Merosotnya sebuah negara atau lembaga karena pemimpinnya hanya mengamankan masa jabatannya. Bukan untuk masa yang panjang,” tuturnya.

Dia juga menegaskan, agar seorang pemimpin mampu meletakkan rekam jejak yang baik. Kalau jam terbang seorang pemimpin tinggi, tidak lagi membutuhkan pengawasan. Karena dirinya sendiri sudah menjadi self control. “Kalau spiritualitas dikaitkan dengan moralitas maupun keagamaan maka dia bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan,” pungkasnya. (imm/kr)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img