spot_img
Saturday, April 20, 2024
spot_img

Pengukuhan Guru Besar FKIP UNISMA, Prof. Dr. Dra. Hj. Luluk Sri Agus Prasetyoningsih, M.Pd

Ciptakan Inara Toolkit, Bantu Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Universitas Islam Malang (Unisma) kembali menghasilkan Guru Besar (Profesor), yang kali ini lahir dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Adalah Prof. Dr. Dra. Hj. Luluk Sri Agus Prasetyoningsih, M.Pd, yang dikukuhkan sebagai Guru Besar, Sabtu (4/2) hari ini. Sebagai salah satu dosen terbaik FKIP Unisma, Profesor Luluk menjadi Guru Besar dalam bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan kepakaran pendidikan dan pembelajaran inklusif.

HARMONI: Guru Besar FKIP Unisma Prof. Dr. Dra. Hj. Luluk Sri Agus Prasetyoningsih, M.Pd, bersama sang suami Drs. Prawoto, M.Pd serta anak dan cucunya.

Dikukuhkannya Luluk Sri Agus Prasetyoningsih sebagai Guru Besar membuktikan prestasi FKIP Unisma sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Centre of Excellence. Dengan demikian, Unisma berhasil menambah pakar-pakar ilmuwan dalam bidang pendidikan, khususnya pada bidang inklusi. 

Profesor Luluk telah berhasil melahirkan satu rumusan penting dan sangat efektif diterapkan dalam pendidikan inklusi, yang disebut DEA, singkatan dari Direktif, Ekspresif dan Asertif. Rumusan itu dipakai dalam mendidik dan membangun komunikasi dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

AKRAB: Guru Besar FKIP Unisma Prof. Dr. Dra. Hj. Luluk Sri Agus Prasetyoningsih, M.Pd bersama tim risetnya saat di MTs Ma’arif NU Kota Malang

Dia menjelaskan bahwa Direktif merupakan bentuk komunikasi berupa perintah atau ajakan, dengan menggunakan pola sederhana. Ekspresif, membangun komunikasi dengan menggunakan kedekatan hati. Bila diperlukan menggunakan sentuhan fisik. Sedangkan  Asertif, memberikan penjelasan dan perhatian khusus kepada ABK. “Caranya tidak boleh sama dengan anak pada umumnya. Harus ada plus. Karena ABK, sesungguhnya anak yang spesial,” katanya kepada Malang Posco Media.

Profesor Luluk memaparkan, bahwa ABK memiliki tiga hambatan dalam hidupnya. Yakni hambatan komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. Kendala ini tidak jarang terbawa sampai anak tumbuh remaja atau dewasa.

Maka tak heran, kata Prof Luluk, saat jadi mahasiswa pun mereka mengalami kendala itu. Diantaranya ada yang mudah depresi, pemalu, introvert, gagal fokus, maupun slow learner. “Untuk mengatasi semua itu, harus menggunakan pendekatan khusus,” imbuhnya.

Hingga saat ini, topik penelitian Profesor Luluk berhubungan dengan Inovasi Pembelajaran dan Teknologi Bantu (Asistif) untuk Mahasiswa Berkebutuhan Khusus untuk Pendidikan Bahasa. Bersama timnya telah membuat sebuah aplikasi yang dinamakan Inara Toolkit. Inovasi ini digunakan untuk mahasiswa yang mengalami berbagai kendala dalam belajar. “Inara Toolkit merupakan sebuah aplikasi untuk mencermati emosi mahasiswa,” terangnya.

Wanita kelahiran Tulungagung 1958 ini menjelaskan, aplikasi Inara Toolkit bisa dipakai untuk mata kuliah apapun. Mahasiswa dapat mengakses dari smartphone mereka. Didalamnya ada media interaktif serta dilengkapi dengan fitur jurnal validasi emosi yang hampir menyerupai google assistant.

Mahasiswa juga dapat mengakses naskah kapan saja untuk belajar dan berlatih.  “Memang kami buat sefleksibel mungkin. Agar mudah diakses dan digunakan oleh mahasiswa. Karya kami ini untuk memfasilitasi siswa atau mahasiswa dengan style yang berbeda,” terangnya.

Ibu dari dua putra ini mengungkapkan, penggunaan aplikasi Inara Toolkit memberikan hasil yang luar biasa. Mahasiswa berkebutuhan khusus yang menggunakan aplikasi ini mengalami peningkatan nilai akademik. “Kepercayaan dirinya semakin meningkat, nilai mereka pun semakin baik setelah satu semester intensif menggunakan aplikasi ini,” ungkapnya.

Prof. Dr. Dra. Luluk Sri Agus Prasetyoningsih, M.Pd sendiri menyelesaikan pendidikan sarjana, magister, dan doktor dalam bidang pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Negeri Malang (UM). Selama menjadi dosen PNS Dpk di Universitas Islam Malang pada prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Luluk pernah menduduki berbagai jabatan struktural seperti ketua jurusan, wakil dekan, dekan, hingga ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM).

Akademisi yang menekuni bidang psikolinguistik dan pendidikan inklusi ini telah banyak melakukan penelitian yang didanai oleh Kemenristekdikti sejak tahun 2013 hingga sekarang. Juga, sejak 2019 hingga 2022, Luluk berturut-turut mendapatkan pendanaan untuk penelitian pendidikan khusus. Hasil dari penelitiannya telah dipublikasikan di banyak jurnal nasional terakreditasi SINTA dan jurnal internasional bereputasi terindeks di SCOPUS/WoS.

Disamping mempublikasikan hasil penelitian di jurnal ilmiah, karyanya juga telah banyak ditulis dalam buku ber-ISBN, prosiding internasional terindeks WoS, dan terdokumentasikan dalam bentuk HAKI.

Selain mengajar dan meneliti, Luluk juga menjadi reviewer di beberapa jurnal internasional terindeks Scopus. Selama menjadi dosen, Luluk juga telah mendapatkan banyak penghargaan, baik dari pemerintah Republik Indonesia dan dari universitas di luar negeri.

Profesor Luluk Sri Agus Prasetyoningsih punya perhatian besar terhadap pendidikan ABK. Selain tugas akademik di kampus, waktu dan dipikirannya digunakan untuk membantu para ABK, termasuk mahasiswanya yang butuh perhatian khusus.

Menurutnya, tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia. Termasuk ABK. Nalurinya sebagai seorang ibu sangat besar untuk mendidik dan memberikan kasih sayang. “Setiap anak itu spesial,” kata dia.

Hingga di puncak jabatan fungsional akademiknya saat ini, perhatiannya masih besar pada ABK. “Kalau saya bertemu dengan anak berkebutuhan khusus rasanya tangan ini tidak bisa diam. Ingin rasanya berbuat sesuatu,” pungkasnya. (imm/sir/bua)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img