MALANG POSCO MEDIA-Hidup memang soal pilihan. Begitu juga karir yang tak selalu lurus dengan pendidikan yang telah dijalani. Seperti yang dilakoni Rizky Putri Raharjo, 28, perempuan yang kini nyaman jadi seniman pengrajin aksesori dulunya lulusan kebidanan. Ia memilih menjadi crafter dengan belajar secara otodidak.
Nyentrik, kata itu sering mampir di telinga Kiky, sapaan akrab Rizky Putri Raharjo. Sehari-harinya ia sibuk membuat aksesori.
Bagitu juga tubuhnya yang dihiasi beragam kreasi aksesori bak manekin hidup yang memamerkan karyanya sendiri yang terbilang unik.
Perempuan asal Desa Bululawang Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang ini punya ciri khas yang nyentrik. Itu dari hobi mengenakan aksesori
hingga sekarang membuat aksesori sendiri, ia pelajari dari pengamatan serta bereksperimen.
Kiky mengembangkan ciri khas aksesorinya menggunakan bahan kawat tembaga serta batuan alam yang indah. Dari keinginan selalu tampil beda, membuat aksesori buatannya hanya memiliki beberapa item setiap jenisnya bahkan tak jarang hanya satu item untuk satu jenis aksesori.
Aksesori buatannya dipadupadankan dengan manik-manik atau tali temali hingga menghasilkan aksesori yang khas.
Dari event kecil kafe ke kafe, bazar lokal hingga beberapa workshop bersama tentang pembuatan aksesori kawat sudah mulai diminati beberapa kalangan masyarakat khususnya Malang.
“Ketertarikannya dari awal saat masih sekolah, suka pakai anting dan gelang tapi gak bisa bebas. Lalu akhirnya masuk pendidikan kesehatan di Poltekkes Malang jurusan Kebidanan. Justru tidak boleh menggunakan aksesori berlebihan. Semua baru terlaksana saat saya keluar jalur bertemu dengan sesama peminat aksesori,” cerita Kiky kepada Malang Posco Media.
Bertemu dengan penikmat dan pecinta seni crafting, ia merasa menemukan dirinya yang baru di dalamnya. Ia yang gemar mengoleksi dan memakai aksesori senang jika bisa membuat kreasi dari tangannya untuk orang lain.
Meski semula ia tak langsung berniat menjual kreasinya itu. Dia saat awal 2019 seing kali membuat aksesori untuk dipakai sendiri dan diberikan orang-orang terdekat.
“Memilih jalur crafting perhiasan ini karena saya lebih bisa merepresentasikan diri sendiri. Badan saya sebagai manekin apa yang saya pamerkan produk saya, berbagai jenis dan model dan bisa bebas berekspresi,” tuturnya.
Dipandang nyentrik, bagi dia adalah sebuah karunia. Dengan adanya komentar positif maupun negatif, ia merasa mendapatkan apresiasi yang membantu dirinya untuk berkarya.
Jalannya yang diambil sejak tahun 2019 itu diawali dengan banyak keraguan. Dia mulai mengenalkan kreasinya pada orang terdekat dan teman-temannya. Hingga 2020 tiba, pandemi Covid-19 memaksa dia untuk tak banyak keluar rumah. Sedangkan ia harus mendapatkan uang.
“Sempat gak dibolehin ayah saya, dan mengingatkan saya agar kerja yang lain, tapi saya tidak berhenti,” ucapnya.
Ia mulai punya keberanian untuk produksi awal. Secara otodidak belajar dari beberapa kenalannya, Kiky mencoba membuat beberapa buah kerajinan aksesori yang unik.”Teman saya memberi kesempatan dan mempercayai saya membuat aksesori step master beberapa lusin. Di sana saya percaya dan mulai jadi modal percaya diri,” terang wanita kelahiran Surabaya 1995 itu.
Dalam perjalanan merintis, dia tentu menghadapi kesulitan. Ia sendiri tak punya dasar sama sekali tentang crafting.
Ia memperkenalkan diri kepada siapa saja yang ditemuinya dengan brand yang dia buat. Lalu terus belajar dengan berkenalan pada crafter yang sudah dikenal luas. Hingga ia bisa memperluas koneksi dan kesempatan.
“Banyak yang saya temui crafter yang ada saya minta diajak event. Minta dikasih info kalau ada kegiatan pameran dan banyak lagi. Saya sadar harus begitu agar bisa tumbuh,” katanya.
Lagi-lagi keraguan sempat mengganggunya, namun berhasil diatasi dengan dukungan beberapa rekannya sesama pengrajin.
Sebab jauh dari pendidikan yang dia tempuh di kesehatan, ia kerap dianggap terlalu berbeda. Namun, itu justru menbuat sadar bahwa sudah menjadi konsekuensi.
Keluarga juga sempat tidak mendukung Kiky berkarir. Namun ia meyakini dapat bertanggung jawab dengan jalannya sendiri. “Bahwa brand saya tidak laku atau masalah lainnya saya yang bertanggung jawab seharusnya,” tegasnya.
Pada akhirnya, keluarga mulai terbuka dengan apa yang dilakukan Kiky. Semangat baru baginya untuk terus berkarya. Banyak kesan yang didapat dari perjalanan karir craftingnya hingga kini. Kiky yang membangun dari awal brandnya melangkah dari kafe ke kafe mampu membangun relasi dan cirikhas kuat.
“Dari event ke event saya rintis brand bukan lagi individu. Yang mengesankan satu tahun yang brand saya meski tidak ditoleh sedikit pun, lalu mendapatkan kepercayaan dengan bisa ikut salah satu event band yang saya sukai,” cerita Kiky.
Kiky masih bertahan dengan apa yang dilakukannya sekarang karena merasa bebas melakukan apapun dalam berkarya. Merangkai sesuatu yang sederhana dengan membuat aksesori dan terus belajar.
Ketika sampai di tangan pelanggannya dan menghiasi tubuh ia sangat senang. “Pada akhirnya ilmu di pendidikan yang dulu tetap diterapkan bagaimana memahami tubuh manusia, tubuh perempuan yang berbeda, dan sebagainya,” tambahnya.
“Saya sekarang juga ingin membawa kembali tren batu akik untuk anak muda. Jadi beberapa produk saya menggunakan batu akik sebagai bahan utama. Biar batu akik tidak lagi dibilang kuno dan lebih modern. Semua usia bisa menggunakan batu akik dengan cantik dan indah,” imbuhnya.(tyo/van)