Ekonomi Kreatif
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kota Malang yang terkenal dengan berbagai pariwisata serta pendidikannya turut menyajikan banyak hal, termasuk juga oleh-oleh khasnya. Mulai dari kriya, fesyen hingga olahan makanan tersedia banyak dan tersebar hampir diseluruh wilayah Malang Raya.
Berkunjung ke suatu daerah, tentu akan kurang rasanya jika tidak membawa buah tangan khas dari daerah tersebut. Berbicara oleh-oleh khas Malang, nyatanya kota satu ini juga memiliki Pie yang dikemas dengan cita rasa khas Malangan. Dapur Chantique, salah satu brand oleh-oleh khas Malang yang menghadirkan apel menjadi berbagai olahan, mulai dari pie, brownies, bagelen hingga strudel. Owner Dapur Chantique, Rahtuningtyasworo mengungkapkan memulai bisnis ini sejak tahun 2017.
“Awalnya saya kerja di salah satu perusahaan finance, kemudian di akhir sebelum resign saya coba untuk membuat kue dan saya jual ke teman-teman kantor. Ternyata mendapatkan sambutan yang hangat. Akhirnya saya putuskan resign dan fokus mengelola usaha ini,” ungkapnya Kepada Malang Posco Media.
Produk yang dihasilkan cukup beragam, mulai dari pie dengan berbagai rasa, brownies, bagelen hingga strudel. Berawal dari bisnis rumahan, usaha kue tersebut sekarang sudah berkembang dan punya tempat produksi sendiri. Bahkan sampai sekarang sudah ada sembilan produk yang dihasilkan.
“Pie susu jadi produk best seller kami sejak awal. Namun seiring berkembangnya waktu dan kami ingin punya ciri khas, maka hampir di setiap produk kami sekarang menggunakan buah Apel sebagai bahan utamanya. Jadi ketika masuk ke pusat oleh-oleh ada yang ditonjolkan sisi Malangnya yakni buah apel ini,” jelasnya.
Bukan tanpa alasan, pemanfaatan apel sebagai bahan dasar olahan tersebut juga sebagai wujud untuk melestarikan Apel Malang sebagai icon agar tetap terjaga dan dapat dinikmati oleh semua kalangan.
“Kami ingin membantu petani-petani Apel yang ada di Batu, apalagi sekarang wisata sudah menjamur, peningkatannya cukup besar. Dan itu mengikis lahan-lahan. Semakin mereka tidak semangat menanam, kan akhirnya lahan apel habis. Lama-lama icon nya Malang jadi hilang,” ujarnya.
Bisa bertahan sampai dengan saat ini salah satu kuncinya terletak pada konsep. Menurutnya, Dapur Cantique ketika awal berdiri telah terkonsep dengan rapi dan sedemikian rupa, tidak asal usaha, sehingga dapat terus bertahan dan tetap mempertahankan cita rasa hingga sampai sekarang.
“Kami berdiri selain mengejar profit, salah satu tujuan lainnya adalah memberdayakan masyarakat yang ada di sekitar. Jadi kami memanfaatkan terutama warga-warga sekitar rumah produksi ini untuk menjadi karyawan. Sehingga ekonomi dapat terangkat dan memberdayakan wanita,” ucapnya.
Saat ini sudah dipasarkan di 10 kota yang berada di Jawa Timur serta satu kota lainnya yakni Bali. Saat ini ia sedang mempersiapkan kerjasama dengan salah satu toko oleh-oleh yang ada di Jakarta. Selain melalui toko oleh-oleh, ia juga biasa menjual produknya tersebut melalui pasar online atau berkunjung langsung ke lokasi. Harganya dibanderol mulai dari Rp 21 ribu sampai dengan Rp 50 ribu. Saat ini penjualan 70 persen masih melalui toko oleh-oleh dan 30 persen datang langsung ke lokasi.
“Kami ingin memberikan eksperience yang berbeda bagi para konsumen kami, jadi di rumah produksi ini selain sebagai tempat memproduksi juga sekaligus sebagai toko untuk kami menjual produk kami. Dan yang berbeda, konsumen kami persilahkan melihat keseluruhan proses selama produksi berlangsung,” tandasnya. (adm/aim)
-Advertisement-.