Wednesday, October 22, 2025
spot_img

Dari Kolam Lele ke Ekonomi Umat, Jalan Panjang OPOP Ponpes Bahrul Maghfiroh

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Di sudut Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh, suara gemericik air kolam lele menjadi saksi awal lahirnya mimpi besar. Dari tempat sederhana itu, cita-cita kemandirian ekonomi santri mulai tumbuh. Sebuah perjalanan panjang yang kini dikenal sebagai gerakan One Pesantren One Product (OPOP),  wujud nyata pesantren tak hanya mencetak dai, tapi juga penggerak ekonomi umat.

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Bisri, MS., IPU., sang pengasuh mengisahkan dengan mata berbinar bagaimana pesantren ini perlahan bertransformasi. “Dulu kami memulai dari ternak lele. Itu usaha pertama pondok untuk mandiri secara ekonomi,” ujarnya mengenang masa awal pesantren.

-Advertisement- HUT

Kala itu, Bahrul Maghfiroh masih menjadi pesantren kecil dengan santri-santri yang belajar tanpa biaya. Namun, Prof. Bisri menyadari, keberlangsungan pesantren tidak cukup hanya dengan niat baik dan sedekah. “Kami ingin santri dan pesantren ini tidak hanya hidup dari bantuan, tapi juga memberi manfaat ekonomi bagi umat,” katanya tegas.


HUT

Dari semangat itu, lahirlah berbagai unit usaha, agribisnis, peternakan, industri keju mozzarella, kopi Sultan, hingga ritel dan resto BM Mart. Belum lagi Pertashop, klinik kesehatan, dan Balai Latihan Kerja (BLK) yang semuanya dikelola dengan sistem ekonomi syariah berbasis mudharabah (bagi hasil).

“Laba bersih dibagi dengan sistem persentase 50 persen untuk yayasan, 40 persen untuk pengelola, 7,5 persen ditabung di koperasi pondok, dan 2,5 persen untuk zakat,” jelas Prof. Bisri. Sistem itu bukan sekadar hitung-hitungan ekonomi, tetapi wujud konkret dari nilai Islam: keadilan, keberkahan, dan kesejahteraan bersama.

Kini, santri-santri Bahrul Maghfiroh tak hanya fasih membaca kitab, tapi juga lihai berwirausaha. Mereka belajar mengelola keuangan, memasarkan produk, hingga memahami prinsip bisnis Rasulullah SAW yang dikenal jujur, profesional, dan memegang teguh kepuasan pelanggan.

“Rasulullah adalah teladan terbaik dalam membangun ekonomi. Beliau sukses karena kejujuran dan pelayanan. Itulah yang kami tanamkan di pesantren,” tutur mantan Rektor Universitas Brawijaya itu.

Bagi Prof. Bisri, ekonomi pesantren bukan sekadar tentang jual beli. Ia adalah sistem sosial yang menegakkan keseimbangan antara ilmu, amal, dan ibadah. Karena itu, pesantren juga aktif menyalurkan hasil usaha dalam bentuk bedah rumah, bantuan sembako, dan beasiswa untuk masyarakat kurang mampu.

“Kebenaran tanpa sistem bisa dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi. Karena itu, umat Islam harus profesional dan punya tata kelola yang baik agar bisa bersaing,” ucapnya penuh makna.

Perjalanan Bahrul Maghfiroh kini merambah ke bab baru. Prof. Bisri tengah menyiapkan buku berjudul Pesantrenomics, yang merangkum model ekonomi berbasis pesantren dan pengalaman para pelaku ekonomi Islam di Jawa Timur.

Dari kolam lele hingga koperasi zakat, dari dapur santri hingga toko modern, kisah Bahrul Maghfiroh menjadi bukti bahwa ekonomi umat bisa tumbuh kuat dari dalam pesantren dengan iman sebagai pondasi dan ilmu sebagai arah. (rexy/aim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img