.
Thursday, December 12, 2024

Dari Model Jadi Guru

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Menjadi seorang guru, sebenarnya begitu seru dan mengasyikkan. Bertemu dengan siswa dan siswi, seolah menjadikan diri merasa selalu muda. Meski bukan cita-cita semasa kecil, namun dengan mengajar pelajaran yang dicintai, menjadi seorang guru merupakan suatu hal yang sangat berharga.

Itulah yang dirasakan Khafidhatul Silvi Ghoni. Guru di SMK Prajnaparamita Kota Malang, yang merupakan mantan model profesional. Tidak hanya itu, wanita yang akrab disapa Khaf ini juga merupakan Make Up Artist (MUA). Berbekal pengalamannya menjadi model dan MUA, kemudian ia tularkan sepenuhnya kepada anak didiknya. Sehingga, bukan hanya bagi dirinya saja, tapi pengalaman itu juga berharga bagi anak anak didiknya.

“Kan model sama MUA itu juga berhubungan sama jurusan di tempat saya mengajar. Jadi tentu apa yang saya dapat, saya ajarkan kepada mereka sepenuhnya. Grooming (penampilan) nya bagaimana, beautician (kecantikannya) bagaimana, ramah ke orang, tutur katanya, melayaninya, cara jalan dan berdiri, sampai menangani klien seperti apa,” ujar Khaf, yang biasa mengajar di Jurusan Tata Kecantikan ini.

Perempuan kelahiran asli Malang ini awalnya menekuni dunia modeling dan beauty pageant (kontes kecantikan) sejak SMP. Meski sebenarnya, jauh sebelumnya, Khaf sedari kecil sudah berkali kali ikut lomba kecil kecilan di kampungnya. Seperti lomba fashion show atau lomba kecantikan sewaktu masih anak anak.

Untuk menekuni secara serius dunia model, barulah ketika semasa sekolah. Baik lomba beauty pageant maupun modelling, selalu ia ikuti. Singkat cerita, dunia itu ia tekuni hingga lulus kuliah. Hingga sejumlah event sukses ia juarai. Misalnya saja, Favorit Indonesia Best Model Malang 2014. Sampai yang terakhir adalah Top 5 & Top Model Miss Jawa Timur 2022 lalu.

“Jadi dapat duit, menjadi profesional itu baru setelah sekolah atau kuliah. Saya tekuni model itu sekitar empat tahun.   Sebenarnya ikut model itu karena dari saya kecil memang suka difoto. Kemudian daripada tidak disalurkan, ya mending ikut lomba,” tambah dia.

Sementara profesi MUA, ia tekuni sejak 2018 ketika ia baru berkuliah. Ia sengaja melakoninya karena sejak kecil bercita cita membuka salon kecantikan. Maka tidak heran, setelah SMP ia memutuskan bersekolah di SMK dengan jurusan kecantikan. Profesi ini pun ia lakoni hingga saat ini.

Menurut wanita kelahiran 1995 ini, kedua profesi ini hasil ekonomi yang didapatkan begitu menjanjikan. Ia mengaku bisa mendapat banyak uang dari kedua pekerjaaannya itu. Namun, bukannya ia makin serius dengan bergabung bersama agensi atau event-event lebih besar lagi, ia justru banting setir menjadi guru. Dimana notabene secara penghasilan, rata rata guru di Indonesia ini terkenal relatif masih rendah.

“Memang job itu tidak tentu, kadang ramai kadang sepi. Tapi sebenarnya sangat menjanjikan. Saya memutuskan jadi guru tahun 2022 kemarin ini karena teringat ayah saya guru, ingin anaknya jadi guru. Jadi ingin membahagiakan saja. Kita sebagai anak tidak bisa membayar semua jasa jasa orang tua sejak dari lahir, tapi setidaknya saya berusaha menyenangkan untuk orang tua,” beber alumnus Universitas Negeri Surabaya ini.

“Kalau dibilang cukup ya dicukup cukupkan, kalau dibilang kurang ya cari yang lain. Bisa dari MUA untuk tambah tambahan penghasilan,” sambungnya.

Terlepas dari itu, Khaf mengaku begitu menikmati pekerjaannya sebagai guru. Baginya, jika guru bisa ‘enjoy’ maka anak anak didiknya juga akan terbawa menjadi ‘enjoy.’ Sehingga ilmu yang disalurkan bisa lebih maksimal. Dengan begitu, menurut Khaf, seorang guru nantinya juga bisa menciptakan sebuah inovasi, di samping kegiatan rutin sehari harinya.

“Memang perlu untuk inovasi, bagaimana cara menginspirasi anak anak sekarang. Karena anak sekarang seperti kurang termotivasi. Kalau tidak disuruh kayak kurang greget begitu,” yakin wanita yang hobi bersepeda ini.

Walaupun terkadang Khaf juga tidak terlalu suka kegiatan yang sifatnya administratif, namun menjadi guru merupakan kesempatan dan peluang berharga baginya untuk menyampaikan semua yang telah ia pelajari. Ia pun berharap semua guru di Indonesia termasuk dirinya, tetap memiliki semangat yang tinggi untuk mengajarkan yang terbaik bagi generasi bangsa ini. 

“Bagi guru, yang penting adalah bagaimana caranya bisa membangkitkan semangat untuk belajar bagi anak anak,” pungkasnya.(ian/lim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img