Apa yang dibuang oleh seseorang bisa menjadi harta bagi orang lain. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh Ernik Yustiana, pemilik butik kriya Yust Collection asal Kelurahan Bunulrejo, Kota Malang yang kini banyak prestasinya.
MALANG POSCO MEDIA – Sejak kecil, Ernik Yustiana memiliki hobi mengolah barang bekas menjadi sesuatu yang baru dan bernilai. Dari kebiasaannya itu, Yustin sapaan akrabnya, kini dikenal sebagai pebisnis kriya daur ulang ternama di Kota Malang.
Tak hanya sukses sebagai pelaku usaha, ia juga telah meraih berbagai penghargaan bergengsi. Pada Kartini Run Jakarta 2019, karya kreatifnya mendapat penghargaan khusus. Tahun yang sama, kostum daur ulang buatannya dinobatkan sebagai Kostum Daur Ulang Terbaik dalam Jambore Sampah Nasional di Bali.
Pada 2020, ia meraih Juara III dalam Lomba Daur Ulang Kota Malang, kemudian pada 2019 memenangkan Juara II Desain Batik Kota Malang, dan pada 2022 berhasil meraih Juara I Desain Batik Kota Malang.
Ketertarikannya terhadap daur ulang sudah terlihat sejak duduk di bangku SD. Saat itu, ia mulai membuat kotak pensil dari kardus bekas dan menjualnya kepada teman-temannya.
“Hobi ini sudah ada sejak kecil. Saya lihat ada kardus bekas, lalu saya coba buat kotak pensil. Ternyata bisa! Beberapa kali saya jual ke teman-teman di kelas,” kenangnya saat berbincang dengan Malang Posco Media.
Hobi yang berlanjut hingga dewasa itu semakin berkembang ketika ia mendapat kepercayaan menjadi kader lingkungan Kelurahan Bunulrejo pada 2013. Saat itu, ia turut serta dalam Lomba Kampung Bersinar, sebuah ajang kebersihan lingkungan tingkat Kota Malang. Berkat perannya yang aktif dalam daur ulang, perangkat kelurahan hingga RT dan RW mulai meminta Yustin untuk mengajarkan keahliannya kepada warga.
Sejak 2013, ia juga diminta aktif di Bank Sampah Malang, dan pada 2015, dipercaya menjadi instruktur di sana. Dari sinilah langkah besarnya dimulai. Berbekal pengalaman tersebut, ia mendapat pembinaan UMKM dan mulai mengembangkan bisnisnya sendiri.
Di tahun yang sama, 2015, ia resmi mendirikan butik kriya “Yust Collection”, yang kini berlokasi di Jalan Binor Gang 8 Kelurahan Bunulrejo Kota Malang.
Karya-karya Yustin dibuat dari berbagai jenis limbah, seperti plastik, kardus, kertas, buku bekas, kain perca, hingga bahan berbasis logam. Ia mampu menciptakan berbagai produk, mulai dari gantungan kunci, tas, hingga kostum karnaval berbahan daur ulang.
“Harga gantungan kunci untuk suvenir berkisar antara Rp 3.000 hingga Rp 5.000. Sedangkan kostum karnaval berbahan daur ulang pernah saya jual hingga Rp 2 juta,” ungkapnya.
Berkat keahliannya, Yustin beberapa kali mengikuti ajang peragaan busana dan karnaval. Ibu dua anak ini juga telah mengantongi sertifikat kompetensi sebagai instruktur dan sering diundang untuk mengisi pelatihan serta menjadi tujuan studi mahasiswa. Saat ini, ia juga menjadi guru ekstrakurikuler daur ulang dan membatik di beberapa sekolah.
“Saya juga mengajak warga kampung untuk ikut berkarya. Kalau ada pesanan dalam jumlah banyak, saya melibatkan mereka. Sistemnya kerja sama, jadi mereka bantu produksi dan keuntungannya dibagi sesuai hasil kerja masing-masing,” jelas Yustin.
Sejak 2022, Yustin dipercaya sebagai Instruktur Batik Daur Ulang di Balai Diklat Industri Surabaya. Ia pun sering berkeliling ke berbagai daerah di Jawa Timur untuk mengajarkan keterampilannya kepada masyarakat.
Namun, ia masih memiliki satu impian besar. Yustin ingin menjadikan Kelurahan Bunulrejo sebagai Kampung Tematik Daur Ulang.
“Saya ingin kampung saya dikenal sebagai Kampung Daur Ulang yang mandiri secara finansial. Warga bisa berdaya, dan karya-karya mereka bernilai ekonomi tinggi,” harapnya. Semangat dan konsistensinya dalam mengolah sampah menjadi produk kreatif tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat di sekitarnya. (Sisca Angelina)
