MALANG POSCO MEDIA-Kondisi ekonomi Malang Raya masih sangat terjaga. Daya beli masyarakat dalam level optimis. Begitu juga penjualan otomotif masih oke.
Kepala Kantor Perwakilan BI Malang Samsun Hadi menjelaskan, daya konsumsi masyarakat masih baik. Itu tampak Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2022. Yakni tercatat sebesar 134,42. Angka ini dikatakan relatif stabil meskipun lebih rendah dibanding capaian pada Juni 2022 sebesar 139,50.
Artinya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga pada level optimis. Samsun menjelaskan Indeks Kondisi saat ini tercatat sebesar 116,17 yang masuk dalam kategori stabil.
“Ini juga tercermin dalam pertumbuhan ekonomi di Malang Raya yang terpantau terus menunjukan optimisme,” papar Samsun.
Diurainya pada triwulan I 2022 pertumbuhan ekonomi tercatat tumbuh sebesar 6,93 persen. Sementara pada triwulan II sedikit tertahan pada level 10,16 persen.
Hal ini merupakan dampak dari tingginya inflasi berbagai negara maju dan inflasi domestik. Inflasi berbagai mitra dagang seperti AS dan Eropa tercatat tertinggi sejak beberapa tahun terakhir.
Sementara pada triwulan III 2022, perekonomian diprakirakan masih optimis tumbuh di level Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 35,08 persen.
“Hal ini didorong oleh confidence atau keyakinan masyarakat serta terkendalinya kasus Covid-19 seiring terus digiatkannya vaksinasi dan booster vaksin Covid-19,” paparnya.
Sementara itu catatan BI Malang, kata Samsun, berdasarkan hasil liaison terhadap pengusaha di bidang otomotif di wilayah Malang, diketahui penjualan mobil sedikit terkontraksi pada tahun 2022. Itu pasca berakhirnya insentif PPnBM secara bertahap.
Pemberlakuan PPn 11 persen serta peningkatan harga BBM yang diberlakukan pemerintah juga cukup memengaruhi daya beli masyarakat.
“Meski demikian, dari sisi service kendaraan terpantau meningkat seiring dengan momentum Lebaran yang berlangsung pada pertengahan tahun yang mendorong mobilitas masyarakat,” jelas Samsun.
Sedangkan kondisi inflasi di Malang Raya terpantau masih tinggi. Pada Juli 2022, Kota Malang secara bulanan tercatat inflasi sebesar 0,76 persen (month to month) lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 0,64 persen (mtm) maupun Jawa Timur yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,61 persen.
“Secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi 4,74 persen (year to date) dan 5,99 persen (year to year),” tegas Samsun.
Ia menambahkan, ada tiga kelompok pengeluaran yang menjadi penyumbang inflasi terbesar. Yakni kelompok penyediaan makanan dan minuman di restoran dengan andil 0,21 persen, transportasi publik serta makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,15 persen.
Lalu ada tarif biaya sekolah menengah atas menjadi pendorong inflasi terbesar mengingat Juli sudah dimulai tahun ajaran baru. Yakni SD dan SMP negeri masih digratiskan oleh pemerintah, sementara SMA sudah mulai dikenakan biaya.
“Angkutan udara juga terpantau masih menjadi salah satu penyumbang inflasi seiring dengan momentum libur sekolah yang masih berlangsung hingga pertengahan Juli ini,” jelasnya.
Sementara itu, komoditas bawang merah dan cabai merah menjadi penyumbang inflasi terbesar seiring terjadinya gagal panen di sentra produksi akibat pergantian musim meskipun dari sisi harga sudah relatif menurun dibandingkan bulan sebelumnya. (ica/van)