spot_img
Friday, August 1, 2025
spot_img

Daya Koping dan Kesehatan Mental Remaja

Berita Lainnya

Berita Terbaru

SDI SURYA BUANA MALANG

DPC PDIP KOTA BATU

BOUTIQUE B21

MALANG POSCO MEDIA – Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1995-2010, merupakan generasi dengan populasi terbanyak di dunia, terdiri dari remaja dan dewasa awal. Saat ini tahun 2025, generasi Z tumbuh di era teknologi digital, internet yang canggih dan sudah mengenal media sosial sejak usia dini.

Generasi Z juga lebih kritis dengan informasi baru, lebih kreatif, dan inovatif. Kota Malang dengan jumlah total 889.359 penduduk (BPS Kota Malang, 2025), memiliki jumlah Gen Z 200.242(22,5 persen) dari total jumlah penduduk.

Generasi Z saat ini rentang usianya antara 15-30 tahun (tahun 2025), ada yang termasuk dalam usia remaja. Remaja menurut WHO adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Remaja merupakan suatu proses pematangan fisik dan perkembangan anak-anak sampai dewasa dan dalam rentang usia 10-19 tahun.         Sehat menurut WHO (2008) adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Sementara kesehatan menurut UU No.23 tahun 1992 yaitu suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan mental remaja menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah kondisi kesejahteraan psikologis yang memungkinkan remaja dapat mengatasi stres kehidupan normal, produktif, dan berkontribusi pada masyarakat. Kesehatan mental remaja mencakup kemampuan untuk menyadari potensi diri, mengatasi tekanan hidup, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada lingkungannya.

Definisi kesehatan mental dari Kemenkes meliputi kesejahteraan psikologis, kemampuan mengatasi stress, produktif dan memiliki kontribusi sosial. Remaja memiliki kesejahteraan psikologis, jika remaja merasa bahagia, puas, dan memiliki perasaan positif tentang diri mereka sendiri dan kehidupan mereka.

Remaja mampu mengatasi stres, jika remaja dapat mengelola stres dengan baik dan tidak mudah terpengaruh oleh tekanan kehidupan sehari-hari. Remaja produktif, jika remaja mampu berprestasi di sekolah, bekerja, atau terlibat dalam kegiatan positif lainnya. Remaja mampu berkontribusi sosial, jika remaja merasa terhubung dengan masyarakat dan berkontribusi secara positif pada lingkungan mereka.

Menurut WHO, sekitar satu dari tujuh remaja (10-19 tahun) mengalami masalah kesehatan mental. WHO juga menyoroti pentingnya kesehatan mental remaja karena masa ini adalah periode krusial dalam pembentukan kebiasaan sosial dan emosional yang esensial untuk kesehatan mental di masa depan.

Era teknologi digital yang canggih membuat remaja betah bermain sosial media di gawainya. Kebiasaan ini jika berlanjut dapat mengakibatkan gangguan tidur, sulit fokus, penurunan kemampuan akademik, dan kelelahan emosional. Remaja sering membandingkan hidupnya dengan “kesempurnaan” yang ditampilkan di media sosial.

Hal ini memicu insecure, rendahnya harga diri, kecemasan sosial, bahkan body dysmorphia/Body Dysmorphic Disorder. Yaitu kondisi dimana seseorang terlalu terobsesi dan merasa cemas berlebihan terhadap kekurangan fisik pada tubuhnya. Padahal kekurangan itu sering kali tidak nyata atau sangat kecil.

Anonimitas internet mempermudah tindakan bullying, komentar jahat, atau doxing. Hal ini dapat meningkatkan risiko depresi, trauma psikologis, dan bunuh diri. Konten tentang kekerasan, self-harm, pornografi, atau radikalisme mudah diakses tanpa pengawasan, dapat memengaruhi kesehatan mental dan perkembangan nilai remaja.

Banyak remaja menghabiskan waktu di depan layar daripada berinteraksi langsung atau berolahraga, yang akhirnya berdampak pada isolasi sosial dan menurunnya kesehatan fisik dan mental. Masalah-masalah kesehatan mental yang berkepanjangan pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan kecemasan, depresi, stres, gelisah yang berlebih, hingga masalah fisik yang berdampak kepada kesehatan jiwa.

Kesehatan mental yang baik pada remaja adalah kondisi remaja yang mampu mengatasi penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab. Jika remaja mengalami kesulitan dalam mengelola emosi, mengalami perubahan perilaku yang signifikan, atau menunjukkan tanda-tanda masalah kesehatan mental lainnya, penting untuk mencari bantuan profesional.      Permasalahan yang terjadi pada remaja seringkali menjadi stresor bagi remaja generasi Z dan mengakibatkan kurangnya daya koping dari generasi Z. Daya koping pada remaja adalah kemampuan remaja untuk menghadapi, mengelola, dan menyesuaikan diri dengan tekanan, stres, atau masalah yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Baik di sekolah, rumah, lingkungan sosial, maupun dalam diri sendiri (emosi, identitas diri).

Remaja adalah fase dimana berada di masa transisi yang penuh tekanan baik secara fisik, sosial, dan emosional. Daya koping yang baik pada remaja dapat mencegah terjadinya gangguan mental (depresi, kecemasan), meningkatkan resiliensi (daya tahan mental), menjalin hubungan sosial yang lebih sehat, dan menjadi pribadi yang lebih mandiri dan tangguh.

Remaja dengan koping yang baik dapat membuat remaja lebih bagus dalam pola pikir, dapat mengatasi ketergantungan menggunakan internet dan gawai, memiliki ambisi yang tinggi, dan kesanggupan dalam melakukan segala hal.

Untuk para remaja, kesehatan mentalmu sama pentingnya dengan nilai akademikmu. Istirahatlah saat lelah, ceritakan saat sedih, dan jangan ragu minta bantuan. Kamu tidak sendirian dan tidak harus kuat terus-terusan. Menjaga dirimu itu juga bentuk keberanian. Kamu berhak bahagia, kamu berhak tenang, kamu berhak dimengerti.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

SDI SURYA BUANA MALANG

DPC PDIP KOTA BATU

BOUTIQUE B21

- Advertisement -spot_img