Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam lingkungan anak usia dini menjadi tantangan di dunia pendidikan. Pendidikan kini menuntut anak usia dini tidak hanya menguasai materi akademik, tetapi juga keterampilan berpikir kritis, kreatif, serta kemampuan kolaborasi dan berkomunikasi.
Anak usia dini pada dasarnya berada dalam fase eksplorasi yang sangat kritis. Mereka mendapatkan pengalaman belajar yang akan berpengaruh terhadap perkembangan mereka di masa depan. Menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan merupakan kebutuhan bagi anak usia dini.
Pembelajaran mendalam (deep learning) merupakan pendekatan yang mengutamakan beberapa aspek utama untuk memastikan efektivitas dan keberhasilan proses belajar. Ada beberapa poin penting yang menjadi fokus dalam pembelajaran mendalam (deep learning).
Pertama, eksplorasi dan penemuan. Anak usia dini belajar melalui pengalaman, anak distimulasi dan didorong untuk mengeksplorasi lingkungan mereka dan menemukan konsep baru secara mandiri. Aktivitas seperti bermain di lingkungan luar (outdoor activitiy), eksperimen sains sederhana, dan eksplorasi bahan alam dapat mendukung belajar mendalam.
Kedua, penggunaan teknologi pembelajaran. Anak-anak dapat menggunakan aplikasi berbasis AI yang membantu mereka belajar konsep-konsep dasar, seperti matematika atau bahasa. Contoh aplikasi tersebut adalah game edukatif yang mendorong interaksi dan eksplorasi seperti halnya dalam pembelajaran smar digital learning yang telah dimodifikasi oleh satuan melalui interactive flat panel (IFP).
Ketiga, proyek berbasis pertanyaan. Memantik anak untuk mengajukan pertanyaan merupakan hal penting bagi anak. Membiarkan mereka bertanya dan mencari jawaban melalui proyek berdasarkan minat mereka. Misalnya jika anak tertarik pada daur ulang sampah, mereka bisa melakukan proyek tentang membuat hasil karya dari daur ulang sampah baik organik mapun anorganik. Menggunakan bahasa yang beragam atau multilingual juga membantu anak untuk meningkatkan kosakata dan pemahaman konsep melalui diskusi kelompok, bercerita atau membaca buku bersama.
Keempat, integrasi disiplin ilmu. Menghubungkan berbagai area ilmu seperti sains (science), teknologi (technology), teknik (engineering), seni (art), matematika (mathematics), dan nilai agama (religious). Hal tersebut dapat membantu anak memahami bagaimana konsep saling terkait dan relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Kelima, pendidikan berbasis masalah. Memberikan tantangan atau masalah nyata yang bisa mereka selesaikan dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Contohnya, meminta anak untuk merancang cara mencuci alat makan yang kotor.
Keenam, deferesiansi pembelajaran. Mengidentifikasi dan mengakomodasi berbagai gaya belajar dan kecepatan anak memberikan kesempatan personalisasi dalam pembelajaran. Anak memiliki gaya belajar yang berbeda, mereka dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan minat masing-masing. Hal tersebut memungkinkan anak mengeksplorasi kegiatan pembelajaran secara lebih mendalam yang dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar mereka.
Ekosistem Pembelajaran
Pentingnya keterlibatan elemen ekosistem pembelajaran mendalam. Ekosistem pendidikan terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu menghasilkan profil siswa yang diharapkan. Komponen tersebut termasuk guru, siswa, orangtua, lingkungan belajar, teknologi, dan lainnya. Seluruh komponen tersebut harus bekerja sama dan berinteraksi secara positif untuk mencapai tujuan pendidikan.
Selain itu, peran guru memiliki peran tertinggi sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswanya. Peran guru seharusnya sebagai fasilitator yang mendukung proses belajar, memberi bimbingan dan sumber daya, dan memungkinkan anak untuk belajar secara mandiri. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, peran guru menjadi lebih kompleks dan efisien yaitu guru berperan sebagai activator, collaborator dan culture builder.
Yang tak kalah penting adalah penguatan dasar sosial dan emosional. Proses pembelajaran deep learning sering kali melibatkan kerja sama dan kolaborasi di antara teman-teman sebaya. Hal ini membantu anak-anak dalam membangun keterampilan sosial dan emosional yang penting, seperti empati, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim.
Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman emosional untuk membuat konsep lebih bermakna. Ketika anak merasakan dampak emosional dari belajar, mereka lebih mungkin mengingat informasi dan memahami konteks.
Pembelajaran mendalam pada anak usia dini berorientasi pada eksplorasi, integrasi pengetahuan, dan pengalaman nyata. Pendekatan yang mendukung tersebut tidak hanya membuat anak belajar informasi, tetapi juga membangun pemahaman yang lebih dalam dan menyeluruh tentang dunia di sekitar mereka.
Hal ini membantu ank lebih siap untuk pembelajaran di masa depan dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk kehidupan. Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa anak usia dini tidak hanya mendapatkan pengetahuan dasar, tetapi juga mulai menerapkan pendekatan deep learning dalam cara mereka belajar dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Integrasi teknologi dan metode pembelajaran yang interaktif memungkinkan mereka untuk memahami dan menggunakan konsep kompleks sejak dini. Sehingga mengintegrasikan pendekatan deep learning dalam pendidikan anak usia dini dapat memberikan banyak manfaat. Mulai dari pembelajaran yang lebih efektif hingga persiapan untuk tantangan di masa depan. Melalui fondasi yang lebih kuat di usia dini, anak-anak memiliki peluang lebih besar untuk sukses di kemudian hari.(*)